Praktik Mencintai Tanah Air Para Sahabat Nabi

Rasa cinta tanah air, atau yang biasanya disebut dengan nasionalisme, merupakan hereditas yang pasti ada di sisi manusia. Termasuk para sahabat Nabi Muhammad. Berikut ini praktik mencintai tanah air para sahabat Nabi SAW.

Tak bisa dipungkiri, implementasi nasionalisme setiap orang itu berbeda-beda. Terkadang ada orang yang hanya bisa mengejawantahkan rasa nasionalismenya melalui, tulisan, atau lisan, dan bahkan dengan perbuatan. Perbedaan implementasi ini setidaknya dilatar belakangi oleh beberapa faktor, bisa jadi mereka memang sengaja memilih satu aspek, atau boleh jadi karena mereka memang berani untuk melawan musuh dengan melakukan kontak fisik.

Rasa cinta tanah air ini, melekat di darah nabi saw. Salah satu hadis yang merepresentasikannya adalah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari. Berikut redaksi hadisnya;

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ، عَنْ حُمَيْدٍ، عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، «أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، كَانَ إِذَا قَدِمَ مِنْ سَفَرٍ، فَنَظَرَ إِلَى جُدُرَاتِ المَدِينَةِ، أَوْضَعَ رَاحِلَتَهُ وَإِنْ كَانَ عَلَى دَابَّةٍ حَرَّكَهَا مِنْ حُبِّهَا»

“Diriwayatkan dari sahabat Anas; bahwa Nabi SAW ketika kembali dari bepergian, dan melihat dinding-dinding madinah beliau mempercepat laju untanya. Apabila beliau menunggangi unta maka beliau menggerakkanya (untuk mempercepat) karena kecintaan beliau pada Madinah. (HR. Bukhari No. 1886 https://al-maktaba.org/book/33757/3325 Juz 3 hal. 23)

Salah satu Komentator hadis ini, Al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqalani mengatakan;

وَفِي الْحَدِيثِ دَلَالَةٌ عَلَى فَضْلِ الْمَدِينَةِ وَعَلَى مَشْرُوعِيَّة حُبِّ الوَطَنِ والحَنِينِ إِلَيْهِ

“Hadis ini mengindikasikan keutamaannya kota Madinah, serta dianjurkannya untuk mencintai tanah air dan rindu kepadanya”. (Fath al-Bari Syarh Sahih Al-Bukhari,  Juz 3 hal. 621).

Praktik Mencintai Tanah Air Para Sahabat Nabi Saw

Rasa nasionalisme ini diwarisi oleh para sahabat beliau, di antaranya adalah kalam Amirul mukminin Sayyidina Umar bin Khattab. Beliau mengatakan;

(حسبك يا اصيل لا تحزنى) قال عمر رضى الله عنه لولا حب الوطن لخرب بلد السوء فبحب الأوطان عمرت البلدان

“Tanpa cinta tanah air, niscaya akan hancur suatu negeri yang terpuruk. Maka dengan cinta tanah air, negeri-negeri termakmurkan.” (Isma’il Haqqi Ruh al-Bayan, Juz 6 Hal. 442)

Praktek cinta tanah air ini pun terdokumentasikan dalam piagam madinah, di mana pada beberapa poin piagam dijiwai oleh nilai-nilai nasionalisme. Di antaranya adalah pada pasal 18 yang berbunyi “Setiap pasukan yang berperang bersama harus bahu-membahu satu sama lain” Dan pasal 44 yang berbunyi “Mereka pendukung piagam ini bahu membahu dalam menghadapi penyerang kota Yatsrib (Madinah)”.

Para sahabat pun, banyak yang terlibat dalam peperangan yang dilatar belakangi ekspansi militer. Mencintai tanah air tidak butuh dalil, jika salah seorang ustadz menyatakan bahwa mencintai tanah air tidak ada dalilnya, lalu bagaimana dengan mereka yang sedang bertahan menghadapi serangan penjajah.

Pada hakikatnya, menjaga negara adalah salah satu cara untuk menjaga agama. Sebab dengan stabilnya suatu negara, niscaya kita bisa beragama dengan damai sentosa. Dengan bebasnya, kita bisa mengekspresikan aktivitas spiritual dan intelektual, sehingga kita mendapatkan nikmatnya beribadah dengan baik.

Demikianlah beberapa aksi dan praktik mencintai tanah air dari beberapa sahabat Nabi. Setidaknya pertahankan negaramu sebisa mungkin, dari pada hidup dalam pahitnya penjajahan.

BINCANG SYARIAH