Khutbah Jumat: Tiga Langkah untuk Tidak Melupakan Kematian

Cukuplah kematian sebagai nasihat, cukuplah cukuplah ibadah sebagai suatu kesibukan, inilah tiga langkah untuk tidak melupakan kematian dalam khutbah Jumat kali ini

Oleh: Ali Akbar bin Muhammad bin Aqil

Hidayatullah.com KEMATIAN adalah sebaik-baik pengingat yang mengingatkan kita tentang kampung akhirat. Dengan kematian, selesai sudah seluruh rangkaian amal yang bisa kita kerjakan. Inilah naskah lengkap khutbah Jumat kali ini:

Khutbah Jumat Pertama

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن

عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا

Jamaah Shalat Jumat yang Berbahagia

Pada suatu hari, Rasulullah ﷺ menuju masjid. Di sana ada beberapa orang sedang tertawa. Beliau ﷺ lantas bersabda, “Sungguh, jika kalian banyak mengingat penghancur segala kenikmatan (kematian), ia tentu akan membuat kalian tidak sempat melakukan apa yang sedang kulihat saat ini (tertawa di masjid). Oleh karena itu, perbanyaklah mengingat kematian, penghancur segala kenikmatan. Sebab, setiap hari kubur berkata, ‘Aku adalah rumah perantauan, rumah kesendirian, rumah yang penuh debu, rumah bagi cacing-cacing…” (HR. Tirmidzi)

Hadits yang baru saja kita simak memberi peringatan kepada setiap kita agar tidak lupa tentang kematian.  Kita harus sadar bahwa pada satu waktu kita semua akan dipanggil menghadap kepada Allah SWT.

Tidak ada satu makhluk pun kecuali pasti sudah tercatat ajalnya. Sudah ditentukan kapan, di mana, dan dalam keadaan seperti apa seseorang akan meninggalkan dunia yang sementara ini.

Kematian adalah sebaik-baik pengingat yang mengingatkan kita tentang kampung akhirat. Dengan kematian, selesai sudah seluruh rangkaian amal yang bisa kita kerjakan. Dengan kematian, maka yang tersisa adalah penyesalan : mengapa dulu kita begitu, mengapa dulu tidak begini. Dengan kematian, tertutup semua kesempatan untuk melakukan hal-hal yang seharusnya kita lakukan.

Sejumlah cara bisa kita upayakan agar kita selalu ingat mati. Pertama, mengetahui dan menghayati dalil-dalil kematian. Dalam Al-Quran tertera banyak keterangan tentang kematian. Dalil pertama, firman Allah SWT :

كُلُّ نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِۗ وَاِنَّمَا تُوَفَّوْنَ اُجُوْرَكُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ ۗ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَاُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَآ اِلَّا مَتَاعُ الْغُرُوْرِ 

“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari Kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh, dia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya.” (QS. Ali Imran : 185)

Dalil kedua, firman Allah SWT :

وَلِكُلِّ اُمَّةٍ اَجَلٌۚ فَاِذَا جَاۤءَ اَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُوْنَ سَاعَةً وَّلَا يَسْتَقْدِمُوْنَ

“Dan setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun.” (QS. Al-A’raf : 34)

Dalil ketiga, firman Allah SWT :

وَجَاۤءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ۗذٰلِكَ مَا كُنْتَ مِنْهُ تَحِيْدُ

“Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang dahulu hendak kamu hindari.” (QS:Qaaf : 19).

Dengan menghayati ayat-ayat kematian akan membuat kita ingat bahwa kematian sewaktu-waktu bisa datang tanpa beruluk pamit terlebih dahulu. Selain itu, membuat kita berhati-hati dalam kehidupan di dunia ini. Sebab nyaman dan tidaknya kehidupan kita di akhirat kelak, tergantung dari bagaimana kita mengisi kehidupan di dunia yang fana ini.

Kaum Jamaah Shalat Jumat Rahimakumullah

Kedua, melawat orang yang wafat. Sering kita jumpai bendera tanda kematian dikibarkan sebagai tanda ada yang baru saja wafat. Entah itu tetangga, teman, atau salah satu dari keluarga kita. Pada satu hari, bendera kematian akan dikibarkan untuk menandai bahwa kitalah yang mendapat giliran dipanggil oleh Allah SWT.

Dikisahkan bahwa Ibrahim Az-Zayyat setiap kali melihat jenazah yang dibawa dan mereka mengasihani jenazah yang telah lewat tersebut, maka dia kepada mereka, “Hendaknya kalian menyayangi dan mengasihi diri kalian sendiri. Itu lebih baik dari pada yang kalian lakukan ini. Karena setiap jenazah, mereka telah melewati tiga keadaan. Yang pertama, dia telah melihat malaikat maut. Yang kedua, dia telah merasakan sakitnya sakaratul maut. Dan yang ketiga, dia telah aman dari su’ul khotimah.”

Oleh karena itu, dengan bertakziah, kita menjadi semakin yakin bahwa kematian memang sebuah kepastian yang tidak bisa ditawar-tawar. Dengan bertakziah, kita sedang mendapat nasihat dari orang yang mati agar kita menyiapkan diri sebelum ajal datang kepada diri kita sendiri.

Rasul Muhammad ﷺ bersabda :

كَفَى بِالْمَوْتِ وَاعِظًا وَكَفَى بِالْيَقِيْنِ غِنًى وَكَفَى بِالْعِبَادَةِ شُغلاً

“Cukuplah kematian sebagai nasihat, cukuplah keyakinan sebagai kekayaan, dan cukuplah ibadah sebagai suatu kesibukan.” (HR: Al-Qudho’iy)

Ketiga, melakukan ziarah kubur. Saat kita berziarah kita tengah berlatih menjaga kesadaran bahwa kita juga akan dikubur seperti orang yang kita ziarahi.

Ingat mati dengan berziarah tercermin dari doa ziarah kubur yang disunnahkan untuk kita baca:

السَّلامُ عَلَيْكُمْ يا أَهْلَ القُبُورِ يَغْفِرُ اللَّهُ لَنا وَلَكُمْ أَنْتُم سَلَفُنا ونحْنُ بالأَثَرِ

“Semoga keselamatan tetap atas kamu, wahai penghuni kubur. Semoga Allah mengampuni kami dan kamu. Kamu orang-orang yang mendahului kami, dan kami akan menyusul (orang-orang terdahulu).” (HR: Tirmidzi)

Ziarah kubur, selain mengingatkan kematian juga mengingatkan tentang kehidupan setelahnya, yaitu kehidupan akhirat. Rasul ﷺ bersabda :

فَمَنْ أرَادَ أنْ يَزُورَ القبور فليزر فإنها تذكرنا بالآخرة

“Barangsiapa ingin berziarah kubur, hendaklah ia berziarah karena ziarah kubur itu mengingatkan akan kematian.” (HR: Muslim)

Kaum Jamaah Shalat Jumat Rahimakumullah

Diceritakan, ada seorang lelaki masuk kota Basrah dan bertanya kepada Imam Ibrahim bin Adham, “Ya Syeikh, di mana ada kampung?” Syeikh Ibrahim Adham menjawab, “Berjalanlah ke depan.” Maka dia pun berjalan ke depan dan bertanya, “Di mana ada kampung ya syaikh?” Beliau menjawab, “Berjalanlah ke depan.”

Lalu orang itu sampai di kuburan seraya berkata, “Ya Syeikh, di mana ada kampung?” Syeikh menjawab, “Sekarang kamu telah sampai di kampung.” Orang itu berkata, “Tapi saya sampai di kuburan.”

Syeikh Ibrahim berkata, “Inilah kampung.” Orang itu berkata, “Bagaimana bisa begitu?” Ibrahim bin Adham berkata, “Karena orang-orang yang ada di sana akan datang semuanya ke sini dan tidak seorang pun yang ada di sini akan kembali ke sana.”

Inilah sejumlah cara untuk ingat mati. Kita baca ayat-ayat pengingat kematian sembari kita renungi kandungannya.

Kita lakukan takziyah dan ziarah kubur agar kita tidak lupa dengan yang namanya kematian. Semoga Allah SWT memanggil kita semuanya dalam keadaan husnul khatimah.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فيِ القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنيِ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنيِّ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ َإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْليِ هذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ ليِ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Khutbah Jumat Kedua

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن. اَمَّا بَعْدُ :

فَيَا اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ تَعَالىَ وَذَرُوا الْفَوَاحِشَ مَاظَهَرَ وَمَا بَطَنْ، وَحَافِظُوْاعَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ.

وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهَ اَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلاَئِكَةِ قُدْسِهِ، فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاً عَلِيْمًا: اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ،

اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنَ البَرَصِ وَالجُنُونِ والجُذَامِ وَسَيِّيءِ الأسْقَامِ

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا, اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى والتُّقَى والعَفَافَ والغِنَى، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Arsip lain terkait Khutbah Jumat bisa diklik di SINI. Artikel lain tentang keislaman bisa dibuka www.hidayatullah.com

HIDAYATULLAH