Jika Nisfu Sya’ban Bertepatan Hari Jumat, Apakah Tetap Dianjurkan Berpuasa?

Tiga Alasan Puasa Nisfu Sya’ban Dianjurkan

Menurut para ulama dari kalangan Hanafiyah, Syafi’iyah dan Hanabilah, berpuasa di hari Nisfu Sya’ban atau tanggal 15 bulan Sya’ban hukumnya adalah sunnah. Terdapat tiga alasan atau dalil yang dikemukakan oleh mereka mengenai kesunnahan puasa Nisfu Sya’ban ini.

Pertama, Nisfu Sya’ban masih termasuk bagian dari Ayyamul Bidh. Berdasarkan hadis-hadis Nabi Saw, para ulama sepakat bahwa puasa Ayyamul Bidh adalah sunnah, termasuk puasa Ayyamul Bidh di bulan Sya’ban.

Ini sebagaimana hadis riwayat oleh Imam Bukhari dari Abu Hurairah, dia berkata;

أَوْصَانِى خَلِيلِى بِثَلاَثٍ لاَ أَدَعُهُنَّ حَتَّى أَمُوتَ صَوْمِ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ، وَصَلاَةِ الضُّحَى ، وَنَوْمٍ عَلَى وِتْرٍ

Kekasihku (Rasulullah Saw) mewasiatkan kepadaku tiga nasehat yang aku tidak pernah meninggalkannya hingga aku mati, yaitu berpuasa tiga hari setiap bulan, mengerjakan shalat Dhuha, dan mengerjakan shalat Witir sebelum tidur.

Ketiga, puasa Nisfu Sya’ban masih tergolong dalam anjuran berpuasa di bulan Sya’ban secara umum. Disebutkan bahwa Nabi Saw memperbanyak puasa di bulan Sya’ban. Karena Nisfu Sya’ban berada dalam cakupan bulan Sya’ban, maka berpuasa di hari Nisfu Sya’ban juga tercakup dalam kesunnahan berpuasa di bulan Sya’ban ini. 

Ini sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Imam Al-Nasa-i dari Usamah bin Zaid, dia berkata;

يَا رَسُولَ اللَّهِ لَمْ أَرَكَ تَصُومُ مِنْ شَهْرٍ مِنَ الشُّهُورِ مَا تَصُومُ مِنْ شَعْبَانَ قَالَ ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ

Aku tidak melihat engkau berpuasa dari bulan-bulan yang ada seperti halnya engkau puasa pada bulan Sya’ban? Nabi Saw bersabda; Sya’ban itu bulan di mana manusia melalaikannya, karena berposisi antara Rajab dan Ramadhan.

Sya’ban juga merupakan bulan di mana amal manusia diangkat ke hadapan Tuhan semesta alam. Karena itu, aku ingin amalku diangkat dalam keadaan aku berpuasa.

Ketiga, berpuasa di hari Nisfu Sya’ban memang dianjurkan secara khusus. Ini berdasarkan hadis riwayat Ibnu Majah dari Sayyidina Ali, dari Nabi Saw, beliau bersabda;

إِذَا كَانَتْ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَقُومُوا لَيْلَهَا وَصُومُوا يَوْمَهَا، فَإِنَّ اللهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَنْزِلُ فِيهَا لِغُرُوبِ الشَّمْسِ إِلَى السَّمَاء الدُّنْيَا، فَيَقُولُ: أَلَا مِنْ مُسْتَغْفِرٍ فَأَغْفِرَ لَهُ، أَلَا مِنْ مُسْتَرْزِقٍ فَأَرْزُقَهُ، أَلَا مِنْ مُبْتَلَى فَأُعَافِيَهُ، أَلَا كَذَا أَلَا كَذَا حَتَّى يَطَّلِعَ الْفَجْرَ

Ketika malam Nisfu Sya’ban tiba, maka beribadahlah di malam harinya dan puasalah di siang harinya. Sebab, sungguh (rahmat) Allah turun ke langit dunia saat tenggelamnya matahari. Kemudian Ia berfirman;

Ingatlah orang yang memohon ampunan kepada-Ku, maka Aku ampuni, ingatlah orang yang meminta rezeki kepada-Ku, maka Aku beri rezeki, ingatlah orang yang meminta kesehatan kepada-Ku, maka Aku beri kesehatan, ingatlah begini, ingatlah begini, sehingga fajar tiba. 

Demikian penjelasan terkait tiga alasan puasa nisfu Sya’ban dianjurkan. Semoga bermanfaat.

BINCANG SYARIAH