6 Putra Putri Rasul yang Wafat Saat Beliau Hidup

ADAPUN mengenai kesedihan, tentang hilangnya kekasih yang dicintainya, sanak keluarganya, maka sering dialami oleh Nabi Shallallhu ‘alayhi wa sallam.

Raslullh shallallhu ‘alayhi wa sallam diuji sejak kecil. Telah diuji oleh Allh Subhnahu wa Ta’la lahir dalam keadaan tidak berayah. Sungguh perkara yang sangat menyedihkan, tidak memiliki ayah.

Kemudian ibunya meninggal tatkala Beliau berumur enam tahun. Tatkala beliau pulang dari bersafar bersama ibunya dari kota Mekkah ke kota Madnah , tatkala di suatu tempat yang namanya Abwa’, maka sang ibupun (Aminah) kemudian sakit parah, dan sang anak yang masih kecil Muhammad Shallallhu ‘alayhi wa sallam, melihat bagaimana sakitnya sang Ibu, melihat bagaimana ibunya yang sekarat, dan menghadapi sakaratul maut.

Kemudian, tatkala Raslullh shallallhu ‘alayhi wa sallam berdakwah, di awal dakwah beliau seluruh orang mendustakannya. Akan tetapi istri beliau, Khadjah Radhiyallhu Ta’la ‘anh membantu suaminya dengan penuh pengorbanan, dengan seluruh hartanya.

Disaat Nabi Shallallhu ‘alayhi wa sallam sangat butuh dengan bantuan sang kekasih, bantuan istrinya Khadjah, Allh Subhnahu wa Ta’la memanggil Khadjah, mencabut nyawa Khadjah Radhiyallhu Ta’la ‘anh.

Sehingga Raslullh shallallhu ‘alayhi wa sallam tatkala itu sangat bersedih. Sangatlah bersedih dengan meninggalnya istrinya yang sangat dia cintai yang selama ini membantunya dengan seluruh harta, dengan seluruh perasaan, dan seluruh kasih sayang dari sang istri.

Kemudian setelah itu paman beliau yang bernama Ab Thalib, yang selama ini membela Muhammad Shallallhu ‘alayhi wa sallam, sang paman tidak membiarkan seorang pun dari kfir Quraishy untuk mengganggu sang keponakan (Muhammad Shallallhu ‘alayhi wa sallam) akhirnya sang paman pun meninggal dunia.

Sehingga tatkala itu Raslullh shallallhu ‘alayhi wa sallam pun sangat bersedih, ditinggal oleh Khadjah dan juga pamannya, Ab Thalib. Raslullh shallallhu ‘alayhi wa sallam pun berjalan dengan linglung, tidak sadar, tiba-tiba Beliau sudah berada di suatu tempat.

Kenapa beliau sampai linglung? Karena kesedihan yang amat sangat, sehingga para ulam tatkala itu menamakan tahun tersebut sebagai tahun kesedihan yang dialami Raslullh shallallhu ‘alayhi wa sallam.

Setelah itu beliau pergi ke Tha’if untuk berdakwah, ditemani oleh Zaid bin Haritsah. Namun Beliau akhirnya diusir oleh penduduk Tha’if, bahkan tatkala beliau keluar dari kota Tha’if disambut dengan dua barisan.

Dengan dua barisan, buat apa? Untuk menyambut Nabi Shallallhu ‘alayhi wa sallam dengan lemparan batu. Anak-anak, orang-orang gila, dikumpulkan, untuk apa? Untuk melempar Nabi Shallallhu ‘alayhi wa sallam, untuk menghinakan Nabi Shallallhu ‘alayhi wa sallam.

Maka merekapun melempari Nabi Shallallhu ‘alayhi wa sallam dengan kerikil-kerikil, dan Zaid bin Haritsah Radhiyallhu Ta’la ‘anhu berusaha untuk menangkis batu-batu tersebut. Akan tetapi beliau tidak mampu, sehingga masih banyak kerikil yang melukai Nabi Shallallhu ‘alayhi wa sallam, dan menumpahkan darah Nabi Shallallhu ‘alayhi wa sallam.

Kalau kita bicara tentang anak-anak, kita tahu betapa sedihnya seorang ayah yang kehilangan anaknya. Seorang ibu yang kehilangan satu orang anaknya sangat sedih, akan tetapi Nabi Shallallhu ‘alayhi wa sallam seluruh anaknya.

Beliau memiliki tujuh orang putra dan putri. Enamnya meninggal tatkala beliau Shallallhu ‘alayhi wa sallam masih hidup kecuali Fathimah. Fathimah meninggal setelah wafatnya Raslullh shallallhu ‘alayhi wa sallam, enam bulan setelah wafat Nabi Shallallhu ‘alayhi wa sallam.

Putra Beliau, Abdullh dan Qashim meninggal di hadapan Nabi Shallallhu ‘alayhi wa sallam. Kemudian putri-putri beliau Ummu Kaltsum, Ruqayyah, Zainab, seluruhnya meninggal di hadapan Nabi Shallallhu ‘alayhi wa sallam.

Nabi Shallallhu ‘alayhi wa sallam yang mengkafankan dan menguburkan putri-putrinya. Bisa kita bayangkan bagaimana sedihnya Raslullh shallallhu ‘alayhi wa sallam.

Tatkala Raslullh shallallhu ‘alayhi wa sallam dianugrahi seorang putra yang bernama Ibrhim, maka Nabi Shallallhu ‘alayhi wa sallam pun bergembira, mengabarkan kepada para shahbat bahwasanya Beliau telah dianugrahi oleh Allh Subhnahu wa Ta’la seorang putra yang Beliau namakan Ibrhim.

Akan tetapi ternyata kegembiraan Nabi Shallallhu ‘alayhi wa sallam tidak bertahan lama. Tatkala sang putra berumur dua tahun, sang putra sakit keras. Dan berada di pangkuan Nabi Shallallhu ‘alayhi wa sallam sang putra yang sangat dicintai meninggal.

Raslullh shallallhu ‘alayhi wa sallam sangat bersedih. Sampai akhirnya Beliau pun mengeluarkan (meneteskan) air mata. Beliau berkata:

“Sungguh mata meneteskan air mata, dan sesungguhnya hati sangat bersedih, akan tetapi kami tidak mengucapkan kecuali yang mendatangkan keridhan Allh Subhnahu wa Ta’la dan kami sesungguhnya sangat bersedih dengan kepergian engkau, wahai putraku, Ibrhim.” (Hadts Riwayat Bukhri no 1303)

Inilah Nabi Shallallhu ‘alayhi wa sallam betapa banyak ujian yang dihadapi oleh Nabi Shallallhu ‘alayhi wa sallam. [Ustadz Firanda Andirja, MA]

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2304677/6-putra-putri-rasul-yang-wafat-saat-beliau-hidup#sthash.vlISOpcy.dpuf