Ahli Ibadah Bernama Imam Nawawi

Dia adalah Abu Zakaria Muhyuddin bin Syaraf an- Nawawi ad-Dimasyqi.
Kedua tempat tersebut kemudian menjadi nisbat nama dia, an-Nawawi ad-Dimasyqi.

Masa kecilnya banyak dihabiskan di Desa Nawa dekat dengan Da maskus. Masyarakat lebih men- genalnya dengan panggilan Imam Nawawi. Pemikirannya lebih berafiliasi pada aliran Ahlussunah wal- jamaah (Sunni). Gagasannya ba nyak yang merujuk kepada Imam Syafi’i.

Ia adalah seorang pemikir Muslim di bidang fikih dan hadis. Masa hidupnya banyak dihabiskan untuk menuntut ilmu, menulis kitab, dan mendidik generasi umat Islam. Dia juga banyak memanfaatkan waktu untuk berzikir.

Kehidupannya tidak mewah. Dia hanya memanfaatkan dunia sekadar untuk memenuhi kebutuhan hidup. Pakaian dia terbuat dari kain kasar. Serban yang dikenakannya berwarna hitam dan berukuran kecil.

Kehidupan sederhana menuntunnya bertemu dengan ulama yang mengajarkannya tentang banyak hal. Dia belajar fikih hadis kepada Syekh al-Muhaqqiq Abu Ishaq Ibrahim bin Isa al-Muradi al- Andalusi.

Kemudian belajar fikih pada al-Kamal Ishaq bin Ahmad bin usman al-Maghribi al-Maqdisi, Syamsuddin Abdurrahman bin Nuh, Izzuddin al-Arbili, dan banyak lagi. Nawawi dikenal sebagai ahli fikih, hadis, dan juga tasawuf.

Syekh Muhammad Ali as-Shabuni menjelaskan profil Imam Nawawi. Hanya sedikit orang seperti beliau di zamannya, kata dia dalam pengantar kitab al- Adzkar.

Ahli tafsir, Imam Ibnu Katsir, dalam al-Bidayah wan Nihayah menyebutkan imam Nawawi sebagai ahli ibadah yang zuhud, dan lebih sering menyendiri. Dia sering berpuasa dalam menjalani kehidupan.

Ilmu yang dimiliki dimanfaatkannya untuk berdakwah menyeru kepada kebaikan dan menjauhi ke- mungkaran. Hal itu disampaikannya kepada aparatur negara dan juga masyarakat luas.

 

REPUBLIKA