Al-Qur’an Pilar Meraih Cinta Allah (1)

ADA beberapa pilar pendukung dalam meraih cinta Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Di antara pilar yang paling besar manfaatnya dan yang paling nyata dan disukai oleh Allah adalah berinteraksi dengan al-Qur’an karena al-Qur’an merupakan kitab paling agung dan yang diwasiatkan oleh Rasulullah Shalallaahu ‘Alahi Wasallam kepada umatnya.

Umat Islam tidak akan pernah berhasil dan beruntung, kecuali dengan membaca, merenungkan, dan mengamalkan isi kandungan al-Qur’an. Tatkala Anda melihat umat Islam mulai berpaling dari al-Qur’an dan mengambil pengganti selainnya, maka Allah akan menjerumuskan mereka menuju jurang perselisihan dan perpecahan yang berkepanjangan.

Tirmidzi dan Ahmad meriwayatkan hadits marfu dari Umamah ra bahwa Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya tidaklah suatu kaum itu tersesat (berpaling) setelah mereka mendapatkan hidayah (al- Qur’an) yang diberikan kepada mereka, melainkan mereka akan dijerumuskan menuju jurang perselisihan dan perpecahan.” (Ahmad, Tirmidzi, dan Ibnu Majah).

Umat Islam akan hidup dalam kemerosotan nilai, kehancuran prinsip dan pendidikan ketika mereka berpaling dari al-Qur’an dan Sunnah sehingga majelis (tempat) mereka menimba ilmu dan proses pembelajaran mereka menjadi mandul, tidak ada manfaat dan faedahnya serta tidak ada sedikit pun keuntungan dan kebaikan yang dapat mereka ambil di dunia dan akhirat.

Umat yang mengambil nilai pelajaran dan wawasannya kepada selain al-Qur’an adalah umat yang kurang akalnya dan tidak mempunyai kemuliaan dan tidak memiliki sistem hidup yang jelas. Oleh karena itu, siapa saja yang mengamati kehidupan para salafus shalih akan mendapati mereka senantiasa patuh dan tunduk di hadapan al-Qur’an dan Sunnah sehingga mereka berhak menjadi generasi terbaik, terkemuka, termulia, dan teragung sepanjang sejarah, baik dan segi ibadah, kezuhudan, dan penghambaan kepada Allah.

Ketika kita –kecuali orang yang dirahmati Allah– berpaling dari al-Qur’an, hati kita akan mati dan kehilangan cahaya yang berkilauan, kehilangan sinar yang gemerlapan, serta kehilangan kepatuhan dan ketaatan kepada Allah.

Allah berfirman kepada Rasulullah,

Dan supaya aku membacakan al-Qur’an (kepada manusia). Maka barangsiapa yang mendapat petunjuk maka sesungguhnya ia hanyalah mendapat petunjuk untuk (kebaikan) dirinya, dan barangsiapa yang sesat maka katakanlah: “Sesungguhnya aku (ini) tidak lain hanyalah salah seorang pemberi peringatan.” (an-Naml: 92).

Jadi, tugas utama Rasulullah adalah membacakan (mengajarkan) al-Qur’an kepada segenap manusia. Oleh karena itu, pada masa-masa pertama dari kehidupan (kenabian), beliau melarang untuk menulis hadits supaya manusia tidak terlalu disibukkan dengan hadits sehingga mereka melalaikan al-Qur’an.*/DR. Aidh bin Abdullah Al-Qarni, dari bukunyaJangan Takut-Jagalah Allah, Allah Akan Menjaga Anda.

 

sumber:Hidayatullah