Artis dan Penodaan Citra Busana Muslimah

oleh: Muh. Nurhidayat

PADA penghujung 2013, masyarakat yang aktif di dunia maya (netizen) dihebohkan dengan sering munculnya kebersamaan artis perempuan berjilbab besar dan seorang artis laki-laki yang bukan mahramnya, di ruang publik.

Para netizen semula mengira keduanya sedang berpacaran. Dugaan ini wajar karena artis perempuan adalah seorang janda, sementara artis lelakinya adalah seorang yang—dikenal—tidak memiliki istri. Malah ada netizen yang menyarankan agar mereka segera menikah saja, untuk menghindari fitnah di masyarakat.

Setelah ‘dikejar-kejar’ kru infotainment  (hiburan), keduanya menyangkal sedang berpacaran, apalagi akan melangsungkan pernikahan. Mereka mengaku hanya sebatas berteman biasa saja. Sang artis perempuan pun mengatakan bahwa ia—yang usianya beberapa tahun lebih tua—menganggap artis lelaki yang dekat dengannya sebagai ‘adik’ yang sering berkonsultasi tentang agama kepadanya.

Mendekati pertengahan 2015, para netizen kembali dihebohkan dengan kedekatan seorang artis perempuan bercadar dengan seorang artis laki-laki, yang juga bukan mahramnya. Keduanya beberapa kali mem-posting foto-foto mereka yang menunjukkan kemesraan—dan seolah sudah menikah—di akun media sosial (medsos) masing-masing. Dalam tayanganinfotainment, mereka mengaku hanya sebatas teman.

Kehebohan semakin menjadi-jadi ketika di penghujung 2015 ini, artis perempuannya mengaku telah menikah dengan lelaki yang sering terlihat bersamanya. Apalagi, di akun medsosnya, perempuan itu juga mem-posting foto-foto kemesraan mereka, dengan disertaicaption yang seakan menggambarkan mereka benar-benar telah menjadi suami-istri.

Namun di sisi lain, artis laki-laki justru tidak mengakui adanya pernikahan tersebut. Ia pun menghapus foto-foto yang memperlihatkan kemesraan mereka dari akun medsosnya. Bahkan secara tersirat, ia menuduh sang artis bercadar sebagai orang yang diragukan kejujurannya. Tidak hanya itu, melalui medsos, ia seolah memberi warning kepada para netizen untuk tidak mudah percaya dengan penampilan seseorang yang terlihat suci.

Banyak pihak menduga bahwa perilaku ‘nyeleneh’ para artis tersebut yang tidak jelas statusnya (apakah pacaran, menikah, sekedar ‘teman tapi mesra’, atau malah ‘hubungan tanpa status’) itu sengaja dilakukan untuk mendongkrak popularitas mereka. Sebab dengan membuat polemik di mata publik, mereka akan menjadi trending topic di medsos, dan pastinya akan ‘dikejar-kejar’ kru infotainment  . Setelah muncul dalam tayangan infotainment  di berbagai saluran televisi, mereka akan kembali terkenal yang berujung pada larisnya bisnis yang baru mereka geluti.

Kebetulan mereka sama-sama mulai terjun di bisnis jasa perjalanan umroh dan jualan jilbab. Padahal kedua komoditas bisnis mereka (umroh dan jilbab) adalah bentuk ibadah yang sulit rasanya dipertemukan dengan perilaku ‘nyeleneh’ yang tidak sesuai sunnahitu.

Dugaan tersebut sangat wajar. Sebab infotainment   seakan banyak dijadikan sarana ‘promosi’ bagi para artis yang ‘tidak laku’ lagi agar menjadi kembali terkenal dan ‘laris’ di dunia hiburan, atau ‘iklan’ bagi bisnis baru mereka, setelah kurang ‘laku’ lagi di dunia hiburan.

Pengamat komunikasi Universitas Doktor Soetomo Surabaya, Hernani Sirikit mengatakan, “Infotainment   menyuguhkan informasi (tentang) orang-orang yang sesungguhnya tidak jelas apa prestasinya di dunia hiburan, tentang artis sinetron yang tidak terlalu terkenal yang mengadakan jumpa pers hanya untuk bilang dia dipukuli pacarnya, artis-artis yang baru ‘jadian’, atau mantan artis yang beramal di rumah yatim piatu atau hendak berumroh.” (Syah, 2011).

Penodaan Citra Busana Muslimah

Terlepas apa saja motivasi kedua pasang artis yang memperlihatkan kemesraannya—di  hadapan publik, medsos, maupun infotainment  —yang kontroversial itu, mereka dapat dikatakan telah menodai citra busana Muslimah. Sebab kedua artis perempuan itu dalam kesehariannya—di hadapan publik—selalu berbusana muslimah secara syar’i. Perempuan pertama berjilbab besar, dan perempuan kedua malah bercadar.

Busana Muslimah yang syar’i—jilbab besar ataupun cadar—adalah pakaian para wanita shalehah untuk menunjukkan ketakwaan mereka kepada Allah subhanahu wata’ala dan rasul-Nya. Karena takwa lah mereka bersedia memakai busana Muslimah secara syar’i. Para wanita shalehah senantiasa menjaga dirinya dan kehormatannya agar tidak berniat, apalagi sampai melakukan hal-hal yang dilarang agamanya. Sebab melakukan hal-hal terlarang adalah bentuk kedurhakaan kepada-Nya.

Mereka sangat takut terhadap ayat suci Al Qur’an yang menegaskan, “Katakanlah:Sesungguhnya aku takut akan azab hari yang besar (kiamat), jika aku mendurhakai Tuhanku.”(QS. 6 : 15)

Salah satu larangan yang pasti berusaha dihindari para Mukminah yang berjilbab besar maupun bercadar adalah khalwat, yaitu berduaan secara mesra dengan lelaki yang bukanmahramnya.

Ada 2 macan khalwat: Pertama, khalwat rahasia, yang dilakukan di tempat privat, sehingga tidak dapat dilihat orang lain. Dalam khalwat rahasia ini, pasangan yang bukan suami-istri dapat dengan mudah melakukan zina, karena syetan dengan sangat mudah memprovokasi keduanya.

Kedua, khalwat terbuka, yang dilakukan di tempat publik, sehingga dapat dilihat orang lain dan menimbulkan fitnah.

Dengan demikian, para Mukminah yang berjilbab besar maupun bercadar menghindarikhalwat, karena hal itu merupakan sarana mendekati zina. Allah subhanahu wata’ala menegaskan, “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan sesuatu jalan yang buruk.” (QS. 17 : 32)

Oleh karena itu, pasangan artis yang melakukan khalwat, padahal artis perempuannya berjilbab besar maupun bercadar, merupakan perilaku menyimpang yang menodai citra busana muslimah itu sendiri. Apalagi, menurut guru besar ilmu komunikasi Universitas Hasanuddin, Andi Muis (2001), artis adalah public figure dan mudah menjadi news maker di media massa. Sehingga segala perkataan, perbuatan, bahkan penampilannya mudah diketahui dan ditiru masyarakat.

Dengan demikian, betapa besar bahayanya jika ada artis, yang entah demi mengejar keuntungan duniawi—atau target lainnya, rela membuat sensasi dengan menodai citra busana Muslimah. Sebab pakaian takwa itu bukanlah sekedar kain biasa saja. Hijab syar’iadalah simbol keluhuran akhlaq pemakainya.

Ketika para artis mempermainkan busana Muslimah, maka secara otomatis mereka juga telah merusak citra para wanita shalehah yang memakai pakaian takwa tersebut. Bahaya perilaku ‘nyeleneh’ artis itu bisa sangat besar, yang dikhawatirkan masyarakat awam juga akan memandang rendah para pemakai jilbab besar maupun cadar.

Padahal Allah subhanahu wata’ala telah memuji para Mukminah yang berhijab secara sempurna, “Wanita yanag shaleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada (di dekatnya), oleh karena itu Allah telah menjaga (harga diri mereka).”(QS. 4 : 34)

Lantas, jika ada artis laki-laki yang berkomentar untuk tidak mudah percaya dengan penampilan seseorang yang terlihat suci, maka yang bersangkutan perlu mengingat ancaman Al Qur’an, “Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita yang baik-baik, yang lengah lagi beriman (telah berbuat zina), mereka (penuduh) kena laknat di dunia dan akhirat. Bagi mereka (penuduh) azab yang besar.” (QS. 24 : 23)

Selain itu, ketika ada artis yang kecewa terhadap pasangan khalwat-nya dari sesama artis—yang kebetulan secara lahiriyah memakai jilbab besar maupun cadar—karena dianggapnya ‘tidak sesuci’ penampilannya, maka janganlah secara langsung ataupun tidak langsung untuk mengkambing-hitamkan hijab syar’i dan para wanita shalehah yang memakainya. Tetapi salahkan dirinya sendiri karena telah keliru memilih teman khalwat.

Lagipula, tidak akan ada wanita Mukminah dengan hijab sempurna yang rela menggadaikan akhlaq dan keyakinannya hanya untuk ber-khalwat dengan lelaki yang bukan marhamnya. Meskipun lelaki itu tergolong orang cakep, bahkan artis tampan dan terkenal sekalipun.

Al Qur’an pun telah menetapkan, “Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula)….” (QS. 24 : 26)

Apalagi, perbuatan sensasional, yaitu sekedar main-main yang menodai citra busana Muslimah, terlebih dilakukan secara terbuka melalui medsos dan infotainment, sama artinya dengan mempermainkan hukum Allah subhanahu wata’ala secara terang-terangan. Padahal mereka yang berperilaku menyimpang ini dapat terkena hukuman yang justru tidak main-main beratnya.

Al Qur’an mengatakan, “Dan jika (kamu) tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan menjawab, ‘Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja,’. Katakanlah: ‘Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan rasul-Nya kamu selalu berolok-olok? Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman…” (QS. 9 : 65 – 66)

Maka dari itu, hendaknya kita semua sebagai hamba-Nya, tidak terkecuali para artis—yang juga tidak kebal dari hukum Allah subhanahu wata’ala, untuk menjauhi perilaku menyimpang yang dapat merusak citra busana Muslimah. Sebab pakaian takwa tersebut adalah hukum Ilahiyah yang telah ditetapkan sejak lebih dari 15 abad silam, untuk mengangkat harga diri para wanita Mukminah. Wallahua’lam.*

Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Ichsan Gorontalo, Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Komunikasi Universitas Diponegoro    

 

sumber: Hidayatullah