Balasan Mereka yang Sombong dan Angkuh

Ayat-Ayat Sifat Mutasyabih

Imam Zainuddin Mar’i bin Yusuf al- Karami, dalam kitabnya bertajuk Aqawil Ats-Tsiqat, berpandangan bahwa ayat-ayat yang berbicara tentang zat dan sifat-sifat Allah termasuk kategori mutasyabih. Pendapatnya itu merujuk pada pandangan yang di sampaikan oleh As Suyuthi dalam kitab Al Itqan fi Ulum Alqur’an.

Ada beberapa contoh ayat yang masuk dalam kategori ini, misalnya, QS al-Qashash:39, al-Fath:10, Shaad:75, dan az-Zumar:67. Segenap ayat itu sulit untuk memastikan interpretasinya. Sifat-sifat itu tetap ada pada zat Allah karena memang teks Alquran atau hadis menyebut demikian. Misalnya, seperti mendengar (sami’), melihat (bashir), dan berkuasa (qadir).

Sedangkan, pengertian mutasyabih sendiri sebagaimana yang ia jelaskan dalam mukadimah kitab Aqawil ini cukup beragam. Mutasyabih adalah ayatayat yang hanya diketahui maknanya melalui takwil. Ada pula yang mendefinisikan kategori mutasyabih ialah ayat-ayat yang memiliki ba nyak opsi penafsiran atau ada juga yang me nyebut mutasyabih ada lah deretan ayat yang maknanya hanya Allah yang tahu.

Menurut pengarang yang pernah menjabat sebagai ketua Dewan Syekh di Masjid Sultan Hasan, Kairo tersebut, Mazhab Ahlussunah se perti generasi salaf dan para ahli hadis ialah memercayai ayat tersebut dan menyerahkan haki kat maknanya ke pada Allah. Mereka lebih banyak enggan menafsirkan ayat-ayat itu. Sebagian ulama ada pu la yang berusaha menakwilkannya dengan tetap konsisten terhadap purifi kasi (tanzih) zat Allah.

Pola ini sering digunakan di kalangan generasi belakangan atau khalaf. Konon, Imam Abdul Malik bin Abdullah al-Ju waini pernah mendukung pen dapat khalaf hingga akhir nya tokoh yang berjuluk Imam al-Haramain ter sebut mena rik dan mengo rek si pen da pat nya. Ia lebih me milih si kap dan prinsip sa laf. Ia menilai, penyikapan salaf terhadap ayat-ayat yang dikategori kan mutasyabih itu memberikan ketenangan batin.

 

REPUBLIKA