Berhentilah Menilai Orang Lain

Dua murid sekolah dasar itu dihukum oleh kepala sekolahnya gara-gara mengisi sendiri nilai buku raportnya dengan angka yang semuanya bagus dan mengisi buku raport teman sekelasnya dengan angka tidak sebagus milik mereka berdua. Sedang buku raport milik teman sekelas yang selalu berbeda pendapat dengan mereka semuanya diisi nilai merah alias jelek.

Permasalahan pokoknya sesungguhnya bukan karena ketidakadilan mereka menilai diri dan orang lain, walau itu juga adalah masalah yang tidak kecil. Masalah pokok terbesarnya adalah karena mereka berdua adalah murid sebagaimana teman-temannya yang lain juga murid. Sementara menurut peraturan yang sudah paten adalah bahwa yang berhak memberikan penilaian dan menuliskannya di buku raport adalah guru wali kelas.

Menurut para pembaca status ini, sanksi apa yang kira-kira pantas diberikan kepada kedua murid tadi? Apa kira-kira pandangan banyak orang berakal sehat atas perilaku mereka? Pasti akan banyak yang menilainya tak waras, tak adil, tak sopan, tak becus dan semacamnya. Paling ringannya mungkin pemakluman bahwa wajar saja karena mereka masih anak-anak kecil yang belum bisa berfikir dewasa.

Saudaraku dan sahabatku, kita sebagai sesama hamba Allah janganlah terbiasa menilai orang lain dengan penilaian sesat, kafir, kesasar dan ahli neraka. Yang mengetahui hakikat keberagamaan dan pengabdian seseorang itu adalah Allah. Kita tahunya hanyalah dhahirnya saja. Tak semua yang membeli minuman keras itu adalah pemabuk, bisa jadi minuman itu dibuang semua, dibelinya hanya agar tak ada yang membeli dan mabuk-mabukan di daerahnya.

Marilah kita rajin muhasabah, menilai diri kita sendiri. Itulah tugas kita. Berhentilah menilai orang lain agar tak dihukum oleh “Kepala Sekolah”. Tak usah kita sibuk dengan aib dan kekurangan orang lain, kecuali kalau kita beragama hanyalah karena motif duniawi.

 

KH Ahmad Imam Mawardi

sumber: Inilah.com