Bersahabat dengan Alquran

Sesulit apapun kehidupan yang sedang dijalani, sekeras apapun perjuangan yang sedang dihadapi pasti akan terasa lebih ringan dan mudah jika dalam melaluinya ada sahabat yang selalu setia menyertai, dibanding jika semuanya harus ditanggung seorang diri.

Sebaliknya, sehebat apa pun pencapaian keberhasilan yang kita raih dan sedahsyat apapun penghargaan yang kita dapatkan akan terasa tak berarti apabila tidak ada siapapun untuk berbagi. Demikianlah dalam hidup ini pun akan menjadi sangat miris jika selamanya harus dijalani sendiri.

Oleh karena itu, dalam menjalani hidup ini, kita membutuhkan sahabat setia yang akan menjadi pengobat hati di saat sedih, penawar duka di saat luka, dan perisai jiwa di saat bahagia. Lantas siapakah sahabat sejati itu?

Jawabannya sangat jelas bahwa sahabat sejati bukanlah sahabat yang pandai mencederai, bukanlah sahabat yang senantiasa melukai, dan bukan juga sahabat yang selalu memuji.

Sahabat sejati adalah dia yang dapat menunjukkan jalan yang benar untuk menjadi pribadi yang dirindu oleh Ilahi, menjadi pribadi yang setiap aktivitasnya merupakan bentuk aktualisasi diri dan membentuk pribadi rabbani yang memiliki akhlak terpuji. Maka, sahabat sejati yang dapat menjadi kekuatan untuk setiap hamba adalah Alquran al-Kariim.

Seperti kita pahami bersama bahwa Alquran adalah kitab yang tidak ada keraguan di dalamnya dan menjadi petunjuk untuk setiap manusia. Lebih dari itu, dapat disimpulkan secara umum bahwa Alquran merupakan panduan utama yang dapat dijadikan sahabat sejati dalam mengarungi kehidupan agar sesuai dengan maksud dan tujuan Allah (Maqashid as-Syariah).

Sebagaimana Allah berfirman, “Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah dan kitab yang menerangkan (Alquran). Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.” (QS al-Maidah: 15-16).

Oleh karena itu, kita harus bisa bersahabat dengan Alquran karena Alquran adalah mukjizat abadi (mukjizat khalidah). Keberadaannya diyakini sebagaimana kata pepatah “tak lekang oleh panas, tak lapuk oleh hujan” dan akan senantiasa relevan di setiap waktu dan zaman (shalih fi kulli zamanin wa makanin).

Untuk menjadikan Alquran sebagai sahabat sejati, tentu kita harus memosisikan dan memperlakukannya seperti kita memperlakukan sahabat dalam hidup ini. Cara kita memperlakukan sahabat dalam hidup seringkali menjadikannya sebagai teman curhat, mendengar nasihatnya, mengikuti petuahnya, dan ingin selalu dekat di sisinya. Bahkan, sering kali kita tidak bisa dipisahkan dalam jarak dan waktu.

Begitu pun ketika Alquran sudah menjadi sahabat sejati dalam kehidupan kita. Maka, tentu kita akan membuatnya terasa istimewa dalam hidup kita.

Banyak cara untuk bisa mengistimewakan Alquran agar menjadi sahabat sejati dalam hidup. Berikut ini adalah empat cara yang dapat dilakukan untuk menjadikan Alquran sebagai sahabat sejati yang istimewa:

Pertama, melafazkannya atau membacanya. Aktivitas membaca Alquran merupakan cara yang paling awal untuk bisa menjadikan Alquran sebagai sahabat sejati dalam kehidupan kita. Aktivitas membaca Alquran dapat dimaknai dengan melakukan rutinitas yang disusun secara sistematis dalam mengalokasikan waktu untuk bisa membaca Alquran.

Rasulullah SAW bersabda, “Bacalah Alquran, sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat menjadi pemberi syafaat bagi orang-orang yang bersahabat dengannya.” (HR Muslim).

Kedua, menghafalkannya. Kegiatan untuk bisa menghafal Alquran adalah langkah kedua yang dapat menjadikan Alquran sebagai sahabat sejati yang terpatri dalam hati dan tertera dalam jiwa. Sebagai sebuah kitab suci yang dijadikan pedoman hidup, ternyata Alquran merupakan satu-satunya kitab suci yang mudah dihafal di antara kitab samawi lainnya.

Hal ini sebagaimana firman Allah dalam QS al-Qamar (54) ayat 17, “Dan sesungguhnya telah kami mudahkan Alquran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran itu?” (QS al-Qamar [54]: 17).

Ketiga, menadaburinya. Langkah ketiga untuk bisa menjadikan Alquran sebagai sahabat sejati dalam kehidupan adalah dengan berusaha untuk memahami dan menadaburinya. Imam Jalaluddin as-Suyuthi dalam kitabnya Al-Itqan fi Ulum Al-Qur’an menuliskan bahwa disunahkan membaca Alquran dengan tadabur (berusaha merenungkan kandungan maknanya) dan tafahum (berusaha memahami kandungan maknanya).

Keempat, mengamalkannya. Langkah pamungkas yang harus dipastikan untuk bisa bersahabat dengan Alquran adalah berusaha untuk mengamalkan setiap ayat yang terkandung di dalamnya.

Proses untuk bisa mengamalkan ini dapat dipahami dengan cara menjadikan setiap aktivitas kita sesuai dengan tuntunan Alquran, baik dalam urusan duniawi maupun ukhrawi.

Di antara aktivitas yang bisa dilakukan sebagai bentuk dari pengamalan Alquran, misalnya, menghargai waktu, menjaga hubungan baik dengan tetangga, tidak berlebih-lebihan dalam berperilaku, dan berusaha untuk menghindari transaksi ribawi.

Langkah-langkah untuk bisa mengamalkan Alquran merupakan kegiatan yang Rasulullah SAW sebutkan agar menjadi manusia yang paling baik. Sebagaimana dalam sebuah sabdanya, “Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari Alquran dan mengajarkannya (mengamalkannya).” (HR Bukhari).

Maka, melalui penjelasan di atas, sudah saatnya setiap kaum Muslimin bisa menjadikan Alquran sebagai sahabat sejatinya, yaitu dengan berakhlak sebagaimana akhlak Alquran, menerapkan manajemen hidup sebagaimana manajemen Alquran, cara bergaul ala Alquran dan semua urusan yang senantiasa disandarkan kepada nilai-nilai Alquran.