Buruknya Hidup dalam Keserakahan

SERAKAH ialah suatu keadaan jiwa yang membuat manusia tidak puas dengan apa yang dimilikinya dan berusaha ingin memiliki yang lebih banyak lagi. Keserakahan ini tidak hanya pada pemilikan harta, tetapi juga terhadap makanan, minuman, kegiatan seksual, dan sebagainya.

Ini termasuk penyakit hati yang tercela dan tidak sehat, karena hati orang serakah tidak pernah tenang, puas, dan selalu merasa kekurangan. Karena itu, bisa terdorong berbuat buruk, misalnya menipu, mencuri, manipulasi, korupsi, dan sebagainya, untuk memenuhi nafsu serakahnya terhadap harta dan kedudukan. Itulah sebabnya Rasulullah Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam mengingatkan bahaya sifat serakah:

“Barangsiapa menjadikan akhirat sebagai tujuannya, maka Allah akan memberikan kecukupan dalam hatinya. Segala keperluannya akan Allah kumpulkan dan keperluan dunia akan datang. Barangsiapa menjadikan (motivasi) dunia sebagai cita-citanya Allah akan menjadikan kefakiran di hadapan matanya dan akan menjadikan kacau segala urusannya. Sedangkan dunia (yang dicarinya sungguh-sungguh) tak ada yang datang menghampirinya melainkan sesuai dengan apa yang ditakdirkan oleh Allah atas dirinya, pada sore dan pagi harinya dia selalu dalam kefakiran.” (H.R. Tirmizi).

Rasulullah juga mengingatkan:

1. “Setiap anak Adam akan mengalami masa tua, kecuali dua hal, yaitu kerakusan terhadap harta benda dan panjangnya umur.” (H.R. Bukhari dan Muslim).

2. “Seandainya seorang anak Adam telah memiliki dua lembah, maka dia akan mencari lembah yang ketiga, dan perutnya tidak akan merasa puas sampai dimasukkan ke dalam tanah.” (H.R. Bukhari dan Muslim).

Sabda Rasulullah itu menjelaskan bahwa nafsu untuk menumpuk harta dan mencapai kedudukan yang setinggi-tingginya dalam kehidupan dunia itu sebenarnya manusiawi dan dapat menjadi motivasi untuk meraih kemajuan dalam kehidupan dunia, seperti kekayaan, kedudukan, dan ilmu pengetahuan, tetapi nafsu itu harus dikontrol agar tidak menimbulkan ekses negatif, yaitu mencari kekayaan dan kedudukan dengan cara yang tidak benar, seperti sogok-menyogok dan sebagainya. Tetapi, kalau mencari harta dan kedudukan yang setinggi-tingginya sekalipun dengan cara yang benar, tentu saja boleh.

Lawan dari serakah ialah merasa cukup (kanaah). Hal ini dapat membuat orang mengendalikan keinginan-keinginan yang tidak baik dan merasa cukup dengan mempunyai harta yang dimiliki. Orang yang berbuat kebajikan itu selalu hidup terhormat, terpandang, dan merdeka; ia kebal terhadap penyakit yang ditimbulkan kelimpahan harta di dunia serta hukuman di akhirat.

Penyakit serakah itu dapat disembuhkan dengan merenungkan keburukan dan akibat-akibatnya yang merugikan, dan menyadari bahwa serakah merupakan perangai hewan yang tidak mengenal batas dan kepuasan, serta menggunakan segala cara, termasuk yang haram sekalipun, dalam memenuhi tuntutan nafsu serakahnya.*/Sudirman Tebba, dari bukunya Sehat Lahir Batin.

 

HIDAYATULLAH