Di Ujung Maut “Kita Memang Tak Satu Iman, Tom”

“Selamat jalan. Thomas Albert Goeslaw (Tommy). Bahagia di sana ya Tom.”

Kalimat bernada kabung itu disampaikan oleh penyanyi pop religi Meliana Cessy Goeslaw atau masyhur dengan nama Melly Goeslaw kepada kakak kandungnya.

“Terima kasih, Ya Allah, Kau berikan yg terbaik untuk kakak saya. Tommy udah nggak sakit lagi.
Udah nggak ada beban dan rasa sakit lagi sedikit pun,” katanya pada Senin (30/10/2017).

“Bahagia di sana ya Tom. Walau kita nggak seiman,” tutur Melly. Berat meninggalkan kakak tercintanya.

Suami Anto Hoed itu mengerti, ia tidak satu agama dengan kakaknya itu. Dirinya seorang muslim dan kakaknya seorang kristiani.

Perempuan kelahiran 7 Januari 1974 itu mengaku tak pernah satu atap bersama dengan Tom. “Thomas Albert Goeslaw. Kita memang tak pernah satu atap. Kita tak pernah satu iman, tapi kita satu darah,”

Melly ingat benar kisah tentang kakaknya dan gereja. “Dulu saat loe dan yang lain ke gereja, loe bilang ‘kalo Melly gak mau masuk, Melly boleh tunggu di luar, kalau Melly mau masuk, duduk sajalah dan bacalah doa sesuai agamamu’,” kenangnya.

Tentang papanya yang pernah marah, ia pun punya kenangan tentang itu bersama kakaknya. “Dulu saat papa kita marah, cuma loe Tom yang sembunyiin gue di atas, dan bilang ‘Melly jangan turun, tunggu papa tidur, besok pagi pasti papa sudah nggak marah lagi’,” katanya.

Tommy bagi Melly adalah kakak yang paling baik, walau keadaan hidup tidak terlalu ramah kepadanya, tapi tak pernah sekali pun dia merepotkan keluarganya .

Dalam keadaan kanker hati stadium 4, perut buncit, dan badan tinggal tulang, kata Melly, Tommy datang ke rumah nyetir sendiri tidak mau merepotkan orang lain, dia datang mengabarkan penyakitnya pada Melly dan suaminya.

“Saat itu saya merasa ini saatnya saya mengurusnya sebisa dan semampu saya. Alhamdulillah Allah mengizinkan dan Tommy sekarang sudah pergi dengan tenang tanpa rasa sakit lagi,” tutur rekan duit Opick itu.

Melly mengucapkan terima kasih kepada kakaknya atas kasih sayangnya. “Masa-masa kita dulu, walau terputus-putus, tidak akan saya lupakan,” katanya.

Setelah kematian kakaknya, Melly ditanya anaknya yang bernama Abe.

“Ibu kenapa nangis?”

“Ibu sedih om Tommy meninggal,” kata Melly. Jawab sekadarnya.

“Kenapa sedih? Meninggal kan enak, Bu,” jawab polos Abe.

Mendapati jawaban anaknya, Melly bertanya balik, “Kok enak?”

“Udah nggak ada tes, nggak ada UN, enak lagi Bu,” masih polos.

Pemikiran anak seumur Abe membuat Melly berpikir bahwa kita hidup sajalah sebaik baiknya. “Menuruti keyakinan kita masing-masing dan menanamkan selalu dalam pikiran kita bahwa kematian itu indah. Sehingga, ibadah bukan karena ‘takut’ tapi karena ‘taat’, ” tutur Melly.

 

BersamaDakwah