sujud

Hukum Menjawab Salam ketika Sedang Sujud

Fatwa Syekh Muhammad Ali Farkus

Pertanyaan:

Bagaimana cara menjawab orang yang mengucapkan salam waktu kita sedang salat tepat pada saat melakukan sujud? Apabila tidak memungkinkan, apakah sebaiknya salam tersebut tidak perlu diucapkan?

Jawaban:

Segala puji hanya bagi Allah Rabbul ‘Alamin, selawat dan salam atas utusan Allah rahmatan lil alamin wa ‘ala alihi wa shahbihi wa ikhwanihi ila yaumiddinamma Ba’du.

Menjawab salam meskipun ketika sedang salat hukumnya tetap wajib. Karena menjawab perkataan adalah wajib secara kifayah selama belum ada keterangan (dalil) (yang membolehkan tidak menjawab salam ketika salat -pen.). Namun ketika ada uzur untuk menjawab salam dalam salat sebagaimana Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam,

إِنَّ اللهَ يُحْدِثُ مِنْ أَمْرِهِ مَا يَشَاءُ، وَإِنَّ اللهَ جَلَّ وَعَزَّ قَدْ أَحْدَثَ مِنْ أَمْرِهِ أَنْ لاَ تَكَلَّمُوا فِي الصَّلاَةِ

“Allah menetapkan perintah-Nya sesuai kehendak-Nya, dan Allah Jalla wa ‘Azza telah menetapkan perintah-Nya yaitu janganlah kamu berbicara ketika sedang salat” [1].

Maka ucapan salam tersebut mesti dijawab baik dengan isyarat tangan, kepala, maupun dengan jemari. Allah Ta’ala telah menjadikan isyarat tersebut sebagai pengganti jawaban salam. Pendapat ini lebih mendekati kebenaran sesuai dengan dalil sebagaimana hadis ‘Abdullah Ibnu ‘Umar Radhiallahu ‘anhu yang berkata,

خَرَجَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى قُبَاءَ يُصَلِّي فِيهِ، قَالَ: فَجَاءَتْهُ الأَنْصَارُ فَسَلَّمُوا عَلَيْهِ وَهُوَ يُصَلِّي، قَالَ: فَقُلْتُ لِبِلاَلٍ: «كَيْفَ رَأَيْتَ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَرُدُّ عَلَيْهِمْ حِينَ كَانُوا يُسَلِّمُونَ عَلَيْهِ وَهُوَ يُصَلِّي؟» قَالَ: «يَقُولُ هَكَذَا»»، وَبَسَطَ كَفَّهُ، وَبَسَطَ جَعْفَرُ بْنُ عَوْنٍ كَفَّهُ، وَجَعَلَ بَطْنَهُ أَسْفَلَ، وَجَعَلَ ظَهْرَهُ إِلَى فَوْقٍ

“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menuju masjid Quba kemudian salat di dalamnya. Lalu datanglah sekelompok orang-orang Anshar seraya mengucapkan salam sementara Rasulullah sedang salat.” ‘Abdullah berkata, “Aku bertanya kepada Bilal, ‘Bagaimana Engkau melihat Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab salam saat mereka mengucapkan salam sementara beliau sedang shalat?’ ‘Abdullah berkata, ‘Dia (Bilal) menjawab seperti ini, beliau lalu membuka telapak tangannya, Ja’far bin ‘Auf membuka telapak tangannya dan menjadikan perut telapak tangan di bawah, sedangkan punggung telapak tangan di atas’” [2].

Dari Shuhaib Radhiallahu ‘anhu, beliau berkata,

مَرَرْتُ بِرَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -وَهُوَ يُصَلِّي- فَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ فَرَدَّ إِشَارَةً، قَالَ: وَلاَ أَعْلَمُهُ إِلاَّ قَالَ: إِشَارَةً بِإِصْبَعِهِ

“Aku lewat dekat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sedang salat, lalu aku ucapkan salam kepada beliau. Beliau menjawab salam dengan berisyarat.” Perawi hadis berkata, “Yang aku tahu, Shuhaib yang dikatakan Shuhaib adalah: Nabi berisyarat dengan jarinya” [3].

Adapun dalam hadis Ibnu Mas’ud Radhiallahu ‘anhu,

أَنَّهُ سَلّمَ عَلَيْهِ وَهُوَ يُصَلِّي فَأَوْمَأَ لَهُ بِرَأْسِهِ

“Bahwa beliau (Ibnu Mas’ud) mengucapkan salam saat Rasulullah sedang salat. Kemudian Rasulullah memberi isyarat dengan kepalanya” [4].

Maka dari keumuman hadis-hadis di atas dapat disimpulkan bahwa dibolehkan menjawab salam ketika sedang melaksanakan salat bahkan pada saat sujud melalui isyarat. Apabila tidak mampu dengan tangan, maka bisa dengan jari. Jika tidak mampu, maka bisa diakhirkan setelah gerakan sujud. Menjawab salam dengan isyarat saat salat sama dengan menjawab salam di luar salat dengan perkataan.

Adapun hadis yang berbunyi,

مَنْ أَشَارَ فِي صَلاَتِهِ إِشَارَةً تُفْهَمُ عَنْهُ، فَلَيُعِدْ صَلاَتَهُ

“Barangsiapa yang memberikan isyarat yang bisa dipahami, maka dia harus mengulangi -salat- nya” [5].

ini merupakan hadis yang bathil. Sebab salah satu perawi hadis ini adalah Abu Ghathafaan dari Abu Hurairah, sementara Abu Ghathafaan adalah perawi yang majhul.

Wal ‘ilmu ‘indallāhAkhīru al-kalām, wa al-ḥamdu li al-lāhi Rabbi al-‘ālamīna wa ṣallā al-lāhu ‘alā al-nabiyyi Muḥammadin wa ‘alā aṣhābihī wa ikhwānihī ilā yaumi al-dīn, wa sallama taslīman.

***

Catatan Kaki:[1] HR. Abu Daud dalam Kitab “as-Shalah”; Bab Raddu as-Salam fi as-Shalat (no. 924) dari hadis ‘Abdulah bin Mas’ud Radhiallahu ‘anhu yang disahihkan oleh Syaikh Amad Syaakir dalam Tahqiq-nya untuk Musnad Ahmad (6: 91) dan al-Albani dalam Shahih al-Jaami’ (no. 1892). Ibnu Hajar dalam Fathul Baari (13: 499) berkata, “Asal riwayat ini ada dalam kita shahihain dari riwayat Iqlima dari Ibnu Mas’ud. Namun ia berkata bahwa di dalam salat ada “kesibukan”.[2] HR. Abu Dawud dalam kitabnya as-shalah; Bab Raddu as-Salamfi as-Shalah (no. 927) dari hadis Ibnu ‘Umar Radhiallahu ‘anhuma. Hadis tersebut disahihkan oleh an-Nawawi dalam kitab “al-Khulashah” (1: 508) dan al-Albani dalam as-Silsilah as-Shahihah (no. 185).[3] HR. Abu Dawud dalam kitab as-shalah; Bab Raddu as-Salamfi as-Shalah (no. 925) dan at-Tirmidzi dalam kitab as-Shalah; Bab Maa-Jaa-a fi al-Isyarah fi as-Shalah (no. 367), an-Nasaa’i dalam as-Sahwu; Bab Raddu as-Salam biil Isyarah fi as-Shalah (no. 1186) dari hadis Shuhaib Radhiallahu ‘anhu yang disahihkan oleh al-Albani dalam Shahih Abi Dawud (no. 925).[4]  HR. Baihaqi dalam as-Sunan al-Kubra (3222) dari Hadits ‘Abdullah bin Mas’ud Radhilallahu ‘anhu.[5] HR. Abu Dawud dalam kitab as-shalah; Bab al-Isyarah fi as-Shalah (944), ad-Daaru Quthni dalam Sunan (no. 1867) dari hadits Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu yang datang di Nashab ar-Raayah karya az-Zili’iy (2: 90). Ishaq bin Ibrahim bin Hani’ berkata bahwa Ahmad ditanya tentang hadis مَن أشار في صلاته إشارةً تفهم عنه فليعد الصلاة ; maka ia (Ahmad) berkata, “Sanadnya tidak kuat dan tidak dapat dijadikan landasan hukum.” Abu Dawud dalam Sunan-nya (1: 248) berkata, “Hadis ini wahm”. An-Nawawi juga mendha’ifkan hadis ini dalam al-Khulashah (1: 511) dan al-Albani dalam as-Silsilah ad-Dha’ifah (no. 1104).

Sumber : http://ferkous.com/home/?q=fatwa-901

Penerjemah : Fauzan Hidayat, S. STP., MPA

Artikel: Muslim.or.id

Sumber: https://muslim.or.id/66511-hukum-menjawab-salam-ketika-sedang-sujud.html