Motivasi Menikah Menurut Islam

Ingin Menikah? Simak Motivasi Menikah Menurut Islam

Artikel berikut akan membahas tentang motivasi menikah menurut Islam. Pernikahan menjadi sesuatu yang begitu sakral dan tidak bisa dianggap sebagai permainan. Ketika memutuskan untuk menjadi satu lewat akad yang diucapkan, maka telah terbentuk janji suci antara hamba dengan sang pencipta. Karena begitu ‘putih’ dan kuatnya pernikahan tentu saja butuh motivasi yang besar. Lantas bagaimana motivasi menikah menurut Islam?

Hingga saat ini memilih jalan untuk tidak melajang dan menikah masih menjadi buah pikiran masyarakat kita. Sebagian berpendapat jika pernikahan lebih baik ketimbang melajang. Namun, ada pula yang mengutarakan menjadi ‘lajang’ lebih baik dari pada menikah.

Perbedaan pendapat ini nyatanya juga ditemukan dari kalangan ulama. Pernikahan merupakan suatu bentuk cara beribadah kepada Allah SWT. Namun pandangan yang berseberangan, punya pendapat berbeda.

Mereka yang ingin menikah, tapi belum mampu dan siap menjalaninya malah memicu masalah lain. Kesiapan dalam pernikahan tentu saja tidak hanya bicara soal harta, namun juga fisik, mental dan persoalan lainnya.

Bagi mereka yang ingin menikah, tentu saja selain beberapa hal di atas, motivasi pun dibutuhkan sebagai ‘semen’ penguat. Tidak dapat dipungkiri jika setiap orang pasti punya motivasi yang berbeda saat memutuskan untuk menikah.

Entah itu karena perasaan cinta yang melimpah ruah, ingin hidup bersama dengan kekasih, dorongan keluarga, dan masih banyak lagi. Nyatanya, Islam sendiri punya beberapa motivasi menikah.

Apa saja? Mari ikuti sampai tuntas.

Pertama, motivasi menikah muncul karena khawatir tidak dapat menjaga diri dari risiko berbuat dosa. ‘Bablas’ tidak menjaga pandangan dan kendali akan hawa nafsu.

 كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَبَابًا لَا نَجِدُ شَيْئًا فَقَالَ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ( يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنْ اسْتَطَاعَ منكُم الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ ، فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ ، وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ )

“Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Wahai para pemuda, barang siapa di antara kalian yang telah mempunyai kemampuan dalam ba’ah, kawinlah. Karenanya sesungguhnya perkawinan lebih mampu menjaga pandangan mata dan menjaga kemaluan. Dan barang siapa yang belum mampu melaksanakannya hendaklah berpuasa karena sesungguhnya puasa menjadi tameng (gejolak hasrat seksual.” (HR. Bukhari)

Jika melansir buku berjudul ‘Nasihat Pernikahan Imam al-Ghazali’  Menuju Keluarga Samawi terbitan Turos Pustaka, dalil di atas menunjukkan motivasi pernikahan muncul karena ketakutan hamba. Hamba merasa khawatir tidak dapat menjaga diri dari gejolak hasrat.

Kedua, motivasi menikah adalah untuk beribadah dan menyempurnakannya.

مَنْ تَزَوَّجَ فَقَدِ اسْتَكْمَلَ نِصْفَ الْإِيمَانِ، فَلْيَتَّقِ اللَّهَ فِي النِّصْفِ الْبَاقِي

Barangsiapa menikah, ia telah menyempurnakan setengah agamanya. maka hendaknya ia bertaqwa kepada Allah untuk setengah sisanya” (HR. Ath Thabrani dalam Mu’jam Al Ausath [1/1/162], dihasankan Al Albani dalam Silsilah Ahadits Ash-Shahihah [199-202]).

Masih di dalam buku ‘Nasihat Pernikahan Imam al-Ghazali’  Menuju Keluarga Samawi terbitan Turos Pustaka, dalil di atas menunjukkan jika pernikahan adalah ‘penjaga’ manusia yang rentan tergelincir karena nafsunya. Menjaga diri dari perbuatan adalah ibadah. Di sisi lain, menikah juga menyempurnakan setengah dari agama.

Ketiga, bukan hanya melindungi dari hawa nafsu, menikah merupakan sunah dari Rasulullah Saw.

النِّكَاحُ من سُنَّتِي فمَنْ لمْ يَعْمَلْ بِسُنَّتِي فَليسَ مِنِّي ، و تَزَوَّجُوا ؛ فإني مُكَاثِرٌ بِكُمُ الأُمَمَ

Menikah adalah sunnahku, barangsiapa yang tidak mengamalkan sunnahku, bukan bagian dariku. Maka menikahlah kalian, karena aku bangga dengan banyaknya umatku (di hari kiamat) (HR. Ibnu Majah no. 1846, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah no. 2383).

Dengan menjalankan sunah Rasulullah Saw, tentu banyak hal baik yang akan dituai. Salah satunya mendapatkan pahala. Mengikuti jejak suri teladan terbaik yaitu Rasulullah tentu saja mengarahkan kita kepada kebaikan.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan jika pernikahan secara garis besar mengajak pada kebaikan, apa bila dilandaskan pada niat yang baik pula. Dalam sebuah pernikahan, dibutuhkan motivasi agar dapat menjalaninya dengan kuat, apa lagi ketika dihadapi saat dihadapi oleh pelbagai persoalan.

Di dalam sendiri, menghadirkan banyak motivasi yang di dalam tulisan ini, hanya penulis hadirkan tiga versi. Nah, kamu pilih yang nomor berapa?

BINCANG SYARIAH