Jangan Jadi Pendengki Saudara Sendiri

Jangan Jadi Pendengki Saudara Sendiri

Sesungguhnya dengki adalah salah satu penyakit kronis yang bersemayam di dalam hati. Penyakit-penyakit hati itu tidak bisa diobati kecuali dengan ilmu dan amal

Hidayatullah.com | ADA jenis manusia yang jika dengki atau pendengki, maka ia tidak menginginkan hilangnya nikmat orang yang ia dengki kepadanya. Namun ia berusaha mendapatkan nikmat yang sama dan ingin seperti dia.

Jika nikmat tersebut adalah nikmat dunia, maka tidak ada kebaikan di dalamnya. Hal ini seperti dikatakan orang-orang yang menginginkan kehidupan dunia, “Semoga kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun.”(QS: Al-Qashash: 79).

Namun jika yang diinginkan dari nikmat tersebut adalah nikmat akhirat, maka baik sekali. Karena Nabi ﷺ sendiri menginginkan mati syahid di jalan Allah Azza wa Jalla. Dalam Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim disebutkan hadits dari Nabi ﷺ yang bersabda:

Dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ حَسَدَ إِلاَّ فِى اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالاً فَسُلِّطَ عَلَى هَلَكَتِهِ فِى الْحَقِّ ، وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ الْحِكْمَةَ ، فَهْوَ يَقْضِى بِهَا وَيُعَلِّمُهَا

“Tidak boleh hasad (ghibtah/dengki) kecuali pada dua orang, yaitu orang yang Allah anugerahkan padanya harta lalu ia infakkan pada jalan kebaikan dan orang yang Allah beri karunia ilmu (Al Qur’an dan As Sunnah), ia menunaikan dan mengajarkannya.” (HR: Bukhari & Muslim).

Dengki yang diperbolehkan kepada kedua orang tersebut dinamakan ghibthah. Dinamakan dengki karena kiasan saja.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu yang berkata bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,

لا تحاسدوا ، ولا تناجشوا ، ولا تباغضوا ، ولا تدابروا ، ولا يبغ

لم أو بعضكم على بيع بعض ، وكونوا عباد الله إخوانا ، المسن

نوی المسلم ، لا يظلمه ، ولا يخذله ، ولا يكذبه ، ولا يحقره ، القوى هاها – ويشير إلى صدره ثلاث مرات- بحسب امرئ من الشر أن يحقر أخاه المسلم ، كل المسلم على المسلم حرام : دمه وماله

وعرضه .

“Kalian jangan saling dengki, jangan saling tanajasy, jangan saling membenci, jangan saling membelakangi, sebagian dari kalian jangan menjual jualan sebagian yang lain, dan hendaklah kalian menjadi hamba-hamba Allah yang bersaudara. Orang Muslim adalah saudara orang Muslim, ia tidak mendzaliminya, tidak menelantarkana tidak mendustakannya, dan tidak menghinanya. Takwa di sini –

beliau member isyarat ke dada beliau hingga tiga kali— cukuplah keburukan bagi seseorang jika ia menghina saudaranya yang Muslim. Setiap Muslim dengan orang Muslim lainnya haram darah, harta, dan kehormatan.” (Diriwayatkan Muslim).

Sabda Nabi ﷺ, “Kalian jangan saling dengki,” maksudnya, sebagian dari kalian jangan dengki kepada sebagian yang lain. Sifat dengki dicetak di watak manusia karena manusia tidak suka diungguli seseorang di keutamaan apa pun.

Dalam hal ini, manusia terbagi ke dalam beberapa kelompok. Di antara mereka, ada yang berusaha menghilangkan nikmat orang yang ia dengki dengan cara berbuat dzalim kepadanya; dengan perkataan dan perbuatan.

Di antara mereka, ada yang berusaha memindahkan nikmat tersebut kepada dirinya, atau berusaha menghilangkan nikmat tersebut dari orang yang ia dengki dan memindahkan nikmat tersebut kepada dirinya dengki terakhir merupakan dengki paling buruk. Karena itulah dengki yang tercela dan dilarang, sebagaimana Iblis kepada Nabi Adam Alaihissalam.

Iblis sangat benci kepada Nabi Adam karena melihat beliau mengungguli para malaikat. Allah menciptakan beliau (Nabi Adam) dengan tangan-Nya sendiri, menyuruh para malaikat sujud kepada beliau, mengajarkan nama segala hal kepada beliau, dan menempatkan beliau di dekat-Nya, hingga membuat Iblis tidak henti-hentinya berusaha mengeluarkan Nabi Adam Alaihis Salam dari Surga hingga akhimya beliau dikeluarkan darinya.

Diriwayatkan dari Ibnu Umar Radhiyallahu Anhuma bahwa Iblis berkata kepada Nabi Nuh Alaihis-Salam, “Aku membinasakan anak keturunan Adam dengan dua hal; Pertama dengki. Dengannya, aku dilaknat dan dijadikan sebagai syetan terkutuk. Kedua, ambisius. Dengan ambisius. Adam diperbolehkan menikmati surga dan seisinya kemudian aku berambisi kepadanya.” (Diriwayatkan Ibnu Abu Ad-Dunya).

Selain dengki itu adalah sifat Iblis, Allah Ta’ala telah menjelaskan di banyak ayat dalam Al-Qur’an bahwa sifat orang-orang Yahudi.  Allah Ta’ala menyampakan firmannya;

وَدَّ كَثِيْرٌ مِّنْ اَهْلِ الْكِتٰبِ لَوْ يَرُدُّوْنَكُمْ مِّنْۢ بَعْدِ اِيْمَانِكُمْ كُفَّارًاۚ حَسَدًا مِّنْ عِنْدِ اَنْفُسِهِمْ مِّنْۢ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْحَقُّ ۚ فَاعْفُوْا وَاصْفَحُوْا حَتّٰى يَأْتِيَ اللّٰهُ بِاَمْرِهٖ ۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

“Sebagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kalian kepada kekafiran setelah kalian beriman, karena dengki dari din mereka sendiri setelah nyata lagi mereka kebenaran.” (QS: Al-Baqarah: 109).

Atau firman Allah Taala,

أَمْ يَحْسُدُونَ ٱلنَّاسَ عَلَىٰ مَآ ءَاتَىٰهُمُ ٱللَّهُ مِن فَضْلِهِۦ ۖ فَقَدْ ءَاتَيْنَآ ءَالَ إِبْرَٰهِيمَ ٱلْكِتَٰبَ وَٱلْحِكْمَةَ وَءَاتَيْنَٰهُم مُّلْكًا عَظِيمًا

“Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang Allah berikan kepadanya.”(QS: An-Nisa’: 54).

Imam Ahmad dan At Tirmidzi meriwayatkan hadits dari Az-Zubair bin Al Awwam Radhiyallahu Anhuudari Nabi ﷺ yang bersabda;

دَبَّ إِلَيْكُمْ دَاءُ الْأُمَمِ قَبْلَكُمْ: اَلْحَسَدُ وَالْبَغْضَاءُ، وَالْبَغْضَاءُ هِيَ الْحَالِقَةُ، حَالِقَةُ الدِّيْنِ لاَ حَالِقَةُ الشَّعْرِ، وَالَّذِيْ نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لاَ تُؤْمِنُوْا حَتَّى تَحَابُّوْا، أَفَلاَ أُنَبِّئُكُمْ بِشَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوْهُ تَحَابَبْتُمْ؟ أَفْشُوا السَّلاَمَ بَيْنَكُمْ

“Penyakit umat-umat sebelum kalian menyerang kalian dengki dan benci. Benci adalah pemotong pemotong agama dan bukan pemotong rambut. Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, kalian tidak beriman hingga kalian saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang jika kalian kerjakan maka kalian saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian.” (HR: At-Tirmidzi)

Imam Abu Daud meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu dari Nabi ﷺ yang bersabda, artinya: “Tinggalkan dengki oleh kalian, karena dengki memakan kebaikan-kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar – atau kalau beliau bersabda rumput–”

Al-Hakim dan lain-lain meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah Radhi yallahu Anhu dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang bersabda, yang artinya; “Penyakit umat-umat sebelum ini akan menyerang umatku. “Para sahabat berkata, “Wahai Nabi Allah, apa penyakit umat-umat tersebut?” Nabi ﷺ bersabda, “Rakus dan sombong, bermegah-megahan dan bersaing di dunia, saling membenci, saling dengki hingga kemudian kedzaliman lalu kekacauan”!

Syaikh as-Sa’di berkata, “Jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara.” Kaum Mukminin harus saling mencintai dan menyayangi, tidak boleh saling membenci dan memusuhi. Mereka semua berusaha untuk kemaslahatan mereka secara umum yang menjadi pilar agama dan dunia mereka.  Orang yang terpandang tidak boleh berlaku congkak atas orang bawahan, dan tidak pula seseorang dari mereka merendahkan yang lainnya, karena darah mereka setara. Sebab, itu tidak disyaratkan dalam qishash kecuali kesetaraan dalam agama. Oleh karena itu seorang Muslim tidak dibunuh karena membunuh orang kafir, sebagai-mana dalam hadits, dan kesetaraan dalam kemerdekaan. Oleh karena itu orang merdeka tidak dibunuh karena membunuh hamba sahaya.”

Kata Syaikh As’Sa’di, “Adapun kriteria-kriteria lainnya maka kaum Muslimin itu sama. Barangsiapa yang membunuh atau memotong bagian tubuh secara sengaja lagi zhalim, maka mereka berhak menuntut balas (Qishash) kepadanya dengan syarat sepadan dalam hal anggota badan, Tiada bedanya antara yang muda dengan yang dewasa atau sebaliknya, pria dengan wanita dan seboliknya, orang pintar dengan orang bodoh, orang terpandang dengan orang bawahan, orang yang sempurna dengan orang yang cacat, atau sebaliknya dalam perkara-perkara ini.”

Dengki penyakit hati

Orang Mukmin adalah orang yang takut kepada Allah dengan menjaga seluruh anggota tubuhnya (dari berbuat dosa). Sebagaimana diungkapkan oleh seorang ahli fikih, Abu al-Laits, bahwa tanda takut seseorang kepada Allah akan tampak pada tujuh hal, yaitu:

Pertama, lidahnya

Ia akan mencegah lidahnya dari kebohongan, ghibah (menggunjing), mengadu domba, dusta, dan ucapan sia-sia. Hal ini membuatnya sibuk berzikir kepada Allah, membaca al-Quran, dan menelaah ilmu pengetahuan.

Kedua, hatinya

Ia akan mengeluarkan dari dalam hatinya rasa permusuhan dan kedustaan (juga hasud dengki) terhadap orang lain, karena dengki dan hasad dapat menghapus kebaikan-kebaikan, sebagaimana sabda Nabi, “Dengki dapat memakan kebaikan-kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar.” (HR: Abu Dawud).

Ketahuilah, sesungguhnya dengki adalah salah satu penyakit kronis yang bersemayam di dalam hati. Penyakit-penyakit hati itu tidak bisa diobati kecuali dengan ilmu dan amal.

Ketiga, pandangannya

Ia tidak akan memandang kepada makanan haram, minuman haram, pakaian haram, dan lain-lain. Dia juga tidak memandang dunia dengan pandangan cinta, tetapi dia melihat dunia semata-mata untk mengambil pelajaran.

Dia juga tidak memandang kepada sesuatu yang tidak halal dilihat, sebagaimana sabda Nabi, yang artinya, “Barangsiapa yang memenuhi kedua matanya dengan keharaman, maka Allah akan memenuhi kedua matanya dengan api Neraka di hari kiamat.”( Al Fawaid Al Majmu’ah).

Keempat, perutnya

Perutnya tidak menyentuh makanan haram, karena hal itu merupakan dosa besar. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad ﷺ yang artinya, “Jika satu suap makanan haram masuk ke dalam perut anak cucu Adam, maka semua malaikat melaknatnya, baik di bumi maupun di langit, selama suapan itu masih ada di dalam perutnya. Jika dia mening al dunia kalan kondisi seperti itu, maka tempat tinggalnya  di Neraka Jahannam.” (Terjemah Kitab Tahdzib Mukasyafah al-Qulub).

Kelima, tangannya

Tangannya tidak akan menyentuh benda haram, tetapi dia gunakan untuk melakukan ketaatan kepada Allah. Diriwayatkan, Ka’ab al-Ahbar berkata, “Sungguh, Allah menciptakan sebuah Negeri (Surga) dari zamrud hijau. Di dalam negeri itu terdapat 70.000 desa. Di setiap desa itu terdapat 70.000 rumah. Rumah itu tidak bisa ditempati kecuali oleh seseorang yang ditawari sesuatu yang haram, lalu dia meninggalkannya karena takut kepada Allah.”

Keenam, kakinya.

Kakinya tidak digunakan untuk berjalan menuju perbuatan durhaka kepada Allah, tetapi digunakan untuk melakukan ketaatan kepada Allah, mendapatkan keridaan-Nya, menemani para ulama dan orang-orang shaleh.

Ketujuh, ketaatannya

Ketaatannya dibangun atas dasar keikhlasan kepada Allah. Dan ia takut berbuat riya (pamer) serta takut berbuat kemunafikan.

Jika dia melakukan ketujuh hal ini, maka dia termasuk orangorang yang difirmankan oleh Allah:

والآخرة عند ربك للمتقين

“Sedangkan kehidupan akhirat disisi Tuhanmu disediukan bagi orangorang yang bertakwa.” (QS: az- Zukhruf [43]:35).

Banyak di antara kita sedih melihat orang senang.  Kita dengki dan hasad pada teman, tetangga, pada kelompok atau ormas lain, lalu tidak terasa tega menebar ‘teror’ dan kebencian dengan tudahan, hinaan, atau stigma-stigma buruk.

Sebagai penutup, karena itu sebagai Muslim, seharusnya kita menjauhkan diri dari sifat dengki.  Cara menjauhkan diri dari dengki adalah berusaha menghilangkan dan berbuat baik kepada orang yang ia dengki.

Ia lalu mengulurkan tangan kepadanya, mendoakannya, menceritakan kelebihan-kelebihannya, dan menghilangkan dengki pada dirinya hingga ia mampu menggantinya dengan cinta bahwa saudaranya yang Muslim memang lebih baik dan lebih utama darinya.*

HIDAYATULLAH