Jangan Kau Cela Makananmu

“NABI Shallallahu alaihi wa sallam tidak pernah mencela makanan sedikitpun. Jika beliau mau, beliau makan, dan jika tidak suka, beliau meninggalkannya.” (HR Bukhari: 5409, Muslim: 2064 dan Abu Dawud: 3763. Berkata asy-Syaikh al-Albaniy: Shahih)

Imam Nawawi rahimahullah menjelaskan bahwa ketidaksukaan Rasulullah shallallaahu alaihi wasallamterhadap suatu makanan maksudnya Rasulullah shallallaahu alaihi wassalam tidak pernah mengomentari makanan tersebut. Misal dengan hanya terlalu manis, terlalu asin, dan seterusnya.

Berbeda dengan kita tentunya, sekarang hampir tidak dapat kita jumpai manusia yang tidak mengomentari makanan. Padahal yang ia makan adalah makanan yang halal. Mungkin seseorang tidak mengatakan, “Makanan ini tidak enak!” yang jelas-jelas kategori mencela makanan, boleh jadi seseorang mengatakan “Makanan ini terlalu keras”, atau “Makanan ini terlalu manis,” atau “Makanan ini asem,” dan yang semisalnya. Dalam agama Islam dan dalam sunnah nabi, hal itu termasuk mencela makanan. Makanlah bila kita menyukainya, dan tinggalkan tanpa komentar celaan terhadap makanannya.

Bagaimana teladan nabi saat beliau menjumpai makanan yang beliau tidak menyukainya? Tersebut dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari, Imam Muslim dan yang lain, dari Khalid bin Walid radliyallahu anhu, di mana Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam enggan makan makanan berupa daging dhabb (kadal padang pasir). Beliau ditanya tentang dhabb apakah haram dimakan, maka Rasulullah mengatakan, “Tidak. Hanya saja daging dhabb ini tidak terdapat di daerah kaumku. Karena itu, saya merasa kurang berselera memakannya,”.

Berkaitan dengan hadits Khalid di atas, Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah berkata, “Dan ini juga termasuk dari petunjuk Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, bahwa jika beliau menyukai suatu makanan maka beliau akan memujinya. Dan seperti itu pula seandainya engkau menyanjung (kelezatan rasa) roti yaitu engkau mengatakan, Roti yang paling nikmat adalah roti si Fulan atau yang semisalnya. Maka ini juga jelas termasuk dari sunnah rasul shallallahu alaihi wa sallam“.

Nah, mari perbaiki akhlak kita terhadap makanan. Makan bila kita menyukai makanannya, atau tinggalkan bila kita tidak menyukainya. [*]