Jangan Mudah Menyalahkan, Banyak Jalan Menuju Keselamatan

Perbedaan pendapat merupakan hal yang biasa dalam Islam. Perbedaan tersebut sudah ada sejak zaman sahabat. Saat ini kita melihat Islam tumbuh dan berkembang dengan berbagai corak, mazhab, aliran, organisasi, gerakan, dan manhaj. Masing-masing orang berpegang pada identitas dan keyakinan yang dianutnya.

Sayangnya, keberagaman pendapat ini tak jarang menimbulkan sikap mudah menyalah-nyalahkan dan merasa paling benar sendiri. Kemudian orang-orang yang berbeda pemahaman agamanya dianggap sebagai orang-orang yang belum mendapatkan “hidayah”.

Padahal, sebenarnya boleh jadi ada banyak jalan menuju keselamatan. Hal ini sudah disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya,

يَهْدِيْ بِهِ اللهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهُ سُبُلَ السَّلَامِ وَيُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّوْرِ بِإِذْنِهِ وَيَهْدِيْهِمْ إِلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ المائدة: 16

“Dengan (Al-Qur’an) itulah Allah menunjukkan banyak jalan menuju keselamatan kepada siapa saja yang mengikuti keridaan-Nya, (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya dengan izin-Nya, serta menunjuki mereka ke jalan yang lurus.” (Q.S. Al-Maidah: 16)

Menarik untuk diperhatikan bahwa ayat ini menggunakan diksi subul as-salam, bukan sabil as-salam. Kata subul merupakan bentuk jamak dari kata sabīl yang berarti ‘jalan’. Hal ini bermakna bahwa melalui Al-Qur’an itulah Allah telah menyediakan banyak jalan untuk mengikuti keridaan-Nya, bukan hanya satu jalan saja.

Kita tahu bahwa ayat-ayat Al-Qur’an dengan kekhasan bahasanya mempunyai kandungan makna yang dalam dan luas sehingga kerap menimbulkan beragam penafsiran dan pemahaman. Oleh sebab itu, apa pun mazhab yang kita yakini, selama pemahamannya masih berangkat dari Al-Qur’an dan melalui para ulama yang tepercaya, insyaallah dapat menjadi jalan keselamatan.

Selain itu, setiap orang memiliki cara yang berbeda-beda dalam menjalani dan menghayati ajaran agamanya. Ada yang berkiprah di bidang keilmuan, pendidikan, sosial, politik, dan sebagainya. Bidang-bidang yang digeluti tersebut dapat saja menjadi sarana untuk beribadah kepada Allah.

Ibnu ‘Athaillah as-Sakandari dalam kitab Al-Hikam al-‘Athaiyyah mengatakan,

لَا يُخَافُ عَلَيْكَ أَنْ تَلْتَبِسَ الطُّرُقُ عَلَيْكَ، وَإِنَّمَا يُخَافُ عَلَيْكَ مِنْ غَلَبَةِ الْهَوَى عَلَيْكَ

“Tidak dikhawatirkan atasmu, berbagai cara yang engkau tempuh untuk menuju Allah. Namun yang dikhawatirkan adalah kemenangan hawa nafsu atasmu.”

Maka hendaknya kita belajar menghargai perbedaan jalan dan cara orang lain dalam beragama. Kita pun hendaknya berhati-hati dalam menempuh jalan yang kita pilih. Jangan sampai kita dikuasai ambisi duniawi ketika berkiprah di bidang yang kita geluti.

BINCANG SYARIAH