Kepada Binatangpun, Muslim Berkasih Sayang

SUATU hari seorang anak mendapati seekor kucing masuk ke dapur dan mencuri ikan bakar kesukaannya, tidak lama kemudian anak itu mengambil tongkat dan memukul sekeras-kerasnya kucing tersebut, beruntung kucing itu dapat menghindar sehingga anak itu pun semakin kesal dan kecewa.

Sikap anak yang demikian mungkin wajar mengingat masih terbatas pengetahuannya terutama tentang bagaimana bersikap atau tepatnya beradab terhadap makhluk hidup dalam hal ini adalah binatang.

Oleh karena itu penting bagi orang tua untuk mengenalkan ajaran Islam dengan sebaik-baiknya. Islam tidak saja mengatur tentang bagaimana hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan manusia, tetapi juga memberikan aturan tentang bagaimana hubungan manusia dengan binatang.

Sayyid Sabiq dalam bukunya Fiqih Sunnah menukil sebuah hadits tentang sedekah kepada hewan atau binatang.

“Suatu ketika seseorang berjalan di suatu jalan ia merasakan kehausan kemudian ia menemukan sebuah sumur. Ia turun di dalamnya minum dan keluar, tiba-tiba ada seekor anjing yang menjilat tanah karena kehausan. Orang tersebut berkata di dalam hatinya, sungguh anjing ini merasakan kehausan seperti aku merasakan sebelumnya. Ia turun lagi ke dalam sumur, setelah sampai di dalam, ia memenuhi sepatunya dengan air lalu menggigitnya dan membawanya naik ke atas. Air tersebut ia minumkan kepada anjing, karena itu Allah berterima kasih kepada-nya dan mengampuni dosa-dosanya.

 

Para sahabat bertanya, wahai Rasulullah apakah dalam berbuat baik kepada binatang ada pahala untuk kami? Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam menjawab, “Dalam berbuat baik kepada setiap yang memiliki hati yang masih basah ada pahalanya,” hadis ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari.

Mengacu pada hadis tersebut, kemuliaan hidup, keagungan akhlak seseorang, tidak semata-mata diperoleh dengan cara berakhlak kepada sesama manusia semata, tetapi juga kasih sayang kepada binatang.

Oleh karena itu sikap keras, kasar, dan tidak peduli, merupakan satu sikap yang setiap orang harus menjauhkan dalam diri dan kehidupannya. Sebab ketika seseorang mampu berbuat baik kepada binatang ada jaminan pahala yang luar biasa dari Allah Subhanahu wa ta’ala.

Dalam konteks hadis di atas disebutkan bahwa Allah berterima kasih kepada-nya dan mengampuni dosa-dosanya. Hal ini menunjukkan betapa mengasihi binatang atau bersedekah kepada binatang merupakan amal yang tidak kecil nilai dan derajatnya di sisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Jadi penting bagi kita mengingatkan anak, anggota keluarga, bahkan mungkin kita sendiri untuk tidak kasar terhadap binatang, sekalipun seekor kucing mencuri ikan di dapur. Sebab perilaku kucing yang demikian itu tidak akan membuat kita kesulitan mendapatkan makanan yang lain. Lebih jauh kalau kita mau merenung, mengapa kucing sampai mencuri, sebenarnya menunjukkan bahwa hampir-hampir tidak ada manusia yang peduli kepadanya.

Jika kita pernah mengalami atau bahkan melakukan seperti anak kecil yang bersikap kasar terhadap seekor kucing, maka kini saatnya kita sadar bahwa tanggung jawab kita bukan semata berbuat baik kepada manusia tetapi juga kepada binatang yang ada di sekeliling kita, di mana kita bisa memberi makan untuk binatang-binatang itu, sehingga mereka tidak perlu mencuri lagi dan kepedulian kita kepada binatang ini boleh jadi menjadi sebab Allah Ridho kepada kita, insya Allah.

 

Dalam hadis yang lain disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, “Suatu ketika seekor anjing terus berputar-putar di sekitar sumur, tiba-tiba seorang pelacur Bani Israil melihatnya, ia segera melepas sepatunya untuk mengambilkan air lalu meminumkannya, wanita itu pun mendapat ampunan dari Allah atas perbuatannya tersebut.” (HR. Bukhari).

Mari kita perhatikan sekali lagi dua hadis di atas yang dinukil oleh Sayyid Sabiq di dalam Fiqih Sunnah.

Pertama, yang ditolong adalah seekor anjing. Kita sama-sama mengerti bahwa anjing bagi umat Islam adalah binatang yang begitu jarang berinteraksi di dalam kehidupannya. Tetapi siapapun yang menolong anjing Allah berikan ampunan bahkan Allah berterima kasih kepadanya. Apalagi kalau bukan anjing, katakanlah menolong kucing, ayam, burung ataupun binatang lainnya, berarti Allah memberikan kemuliaan yang lebih baik untuk siapapun yang menolongnya.

Kedua,  disebutkan bahwa yang menolong seekor anjing yang berputar-putar di sumur itu ternyata adalah seorang pelacur. Atas sikapnya yang bersegera menolong anjing yang kehausan itu juga menjadikan sebab Allah memberikan ampunan kepadanya.

Dengan kata lain Allah seakan-akan tidak peduli dengan apa yang selama ini menjadi perbuatan maksiat pelacur tersebut. Allah langsung mengampuninya. Hal ini menunjukkan bahwa betapa kasih sayang, atau tepatnya bersedekah atau mungkin berakhlak kepada binatang juga merupakan amalan yang tidak boleh kita tinggalkan. Wallahu a’lam.*

 

Foto: Syeikh Usamah Al-Azhar sedang bermain dengan kucing

HIDAYATULLAH