Kesempurnaan Ibadah

Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan bencana bagi hamba-Nya bukan untuk menyusahkan, membinasakan, atau menyiksanya, tetapi ialah untuk menguji tingkat kesabaran dan kekuatan ibadahnya.

Karena sesungghunya Allah mempunyai hak-yang sama atas ibadah hamba-nya. Yaitu baik dalam keadaan susah (berat) maupun dalam keadaan lapang, baik atas perkara yang dibenci maupun perkara yan disukai.

Barang siapa yang dapat beristiqamah dalam beribadah dengan dua keadaan tersebut, maka ia tergolong hamba Allah yang tidak pernah merasa takut dan bersedih. Tidak ada jalan bagi musuh untuk mencelakainya karena Allah yang akan selalu menjaganya.

Tetapi setan terkadang mampu untuk membuatnya tergelincir. Seorang hamba yang diuji dengan kelaparan, syahwat, dan kemarahan, sedangkan setan selalu datang kepada hamba lewat ketiga pintu ini.

Tetapi kebanyakan manusia beribadah hanya dengan hal yang disukainya saja. Padahal banyak sekali ibadah yang ringan yang sebenarnya mudah dilakukan.

Seperti, berwudhu dengan aiar yang dingin pada waktu cuaca panas adalah ibadah, menikah dengan seseorang yang baik adalah ibadah, berwudhu dengan air yang dingin pada cuaca dingin adalah ibadah, meninggalkan maksiat dan hawa nafsu tanpa adanya rasa takut kepada manusia adalah ibadah, dan sabar menahan lapar dan sakit adalah ibadah.

Dari semua keadaan atau ujian yang Allah berikan, barangsiapa yang dapat melaksanakan ibadah dalam kondisi tersebut, maka Allah akan memberikan kebahagaian di dunia dan di akhirat.

Dalam buku Ensiklopedia Islam Al Kamil yang ditulis oleh Syaikh Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah At Tuwaijiri, disebutkan 3 kondisi yang membuat seorang hamba akan berbolak-balik keimanannya,

1. Ketika mendapatkan nikmat dan karunia dari Allah subhanahu wa ta’ala maka dia wajib memuji Allah dan bersyukur kepada-Nya.

2. Ketika melakukan perbuatan maksiat dan dosa, maka dia wajib memohon ampunan kepada Allah subhanhau wa ta’ala

3. Ketika tertimpa bencana, maka dia wajib sabar.

 

REPUBLIKA