VIVAnews – Panggilan ibadah haji ke Tanah Suci tak pandang bulu. Buktinya, Sumiati, pedagang sayur di pasar tradisional, bisa berangkat memenuhi panggilan Ilahi.
Meski perjuangan itu tidak mudah. Janda dengan sembilan anak itu harus mengumpulkan uang selama 20 tahun lebih. Setiap hari, keuntungan berjualan sayur Rp1.000 hingga Rp2.000 dari pendapatannya yang hanya Rp30 ribu per hari, selalu disisihkan ke tabungan.
“Saya dan suami ingin naik haji sejak 1982,” kata Sumiati saat ditemui di Pendopoan Rumah Dinas Wali Kota Prabumulih, Sumatera Selatan, Selasa 16 September 2014.
Bersama suami, Sumiati selalu menyisihkan keuntungan dari berjualan sayur. Tabungan masa depan yang tidak pernah ia ambil.
Namun, di hari bahagia, Sumiati justru sangat sedih. Suami yang dicintainya tidak bisa ikut pergi bersama ke Tanah Suci. Suaminya tewas ditabrak kereta empat tahun lalu, ketika sedang mendaftar haji di salah satu kelompok bimbingan haji.
Meski begitu, Sumiati tetap bertekad berangkat ke Tanah Suci. Di tahun ini, dia diberi kesempatan untuk menunaikan rukun Islam kelima itu.
Tukang mie naik haji
Kisah seorang janda penjual mie cakalang di Kota Manado, Sulawesi Utara, ini juga sangat menginspirasi kita semua.
Janda itu bernama Nani Sulaiman. Meski tidak mudah tentunya mengumpulkan biaya untuk pergi haji. Nani harus menyisihkan keuntungan dari penjualan bubur sejak tahun 2000.
Kesehariannya, Nani Sulaiman bersama suami biasa berjualan di basement Masjid Raya Ahmad Yani, Kota Manado.
Namun, saat uang tabungan hajinya yang disimpan belum mencukupi, sang suami terlebih dulu meninggal pada 2007. Kepergian suami membuatnya semakin berat menghidupi ketiga anaknya.
Tapi dia tetap gigih. Demi anak dan keinginan menunaikan ibadah haji, Nani tetap bekerja keras.
Pada 2010, niat Neni beribadah haji mendekati kenyataan. Pasalnya, dia mendapat warisan dari sang mertua sebesar Rp60 juta. Uang itu dibagi untuk ketiga anaknya masing-masing Rp15 juta. Sisanya, untuk mendaftar haji.
Selama empat tahun menunggu, akhirnya tahun ini dia pun mendapat kesempatan ke tanah suci.
Nani mengaku bahagia, bisa memenuhi panggilan Ilahi. Wajah Nani tampak bahagia, meski air matanya menetes. Dia haru, masih belum percaya bisa menunaikan ibadah haji.
“Karena menunaikan haji sudah ada dibenak saya sejak suami saya masih hidup,” kata Nani, di Masjid Awwaby, ketika akan dilepas untuk berangkat ke tanah suci.
Nani menyalami sanak saudaranya untuk berpamitan. Sambil memegang koper, menuju bus rombongan calon haji Babussalam.
Kisah kedua calon jemaah ini bisa menjadi inspirasi bagi kita. Kerja apapun, selama itu didapat dengan cara halal, dibarengi dengan doa dan niat yang kuat, Insya Allah akan dikabulkan.
Ardhi Ardhiansyah dan Dede Suhendra/tvOne Prabumulih
Marwan Dias Aswan/tvOne Manado