Lima Penjaga Nafsu Kita

BERGEGAS menata hati menanda diri masih berpakaian takwa. Tak sedikit di antara kita yang enggan beringsut dari satu keadaan seperti halnya berada dalam kubangan kesesatan. Dalam surat Al Fathir pun dikatakan ada orang yang dengan sengaja menzalimi dirinya. Yakni orang-orang yang lebih menikmati keburukan dibandingkan berada dalam kebaikan.

Langkah memang terasa lebih ringan kala nafsu mengajak pada kesesatan. Teringat sebuah ayat “innanafsa la amaratubbisuu’i illa ma rahima Rabbi” (Hanya Rahmat Allah yang membuat kita mampu menuju kebaikan).

Masya Allah. Jika bukan lantaran kasih sayangnya enggan kita beranjak dan bangkit menyambut apa yang telah dititahkan. Ada beberapa hal yang membantu menjaga kita agar nafsu terjaga dalam kebaikan.

1. Tilawah Alquran dan tadaburi isinya.
2. Berada di lingkaran orang-orang beriman yang adanya saling mengingat kan.
3. Memilih lingkungan kesalehan agar akhlak terpuji menjadi pilihan.
4. Belajar kisah para nabi, Rasul dan para pendahulu yang mana mereka sangat menjaga ketaatannya.
5. Mengingat perjalanan menuju kematian yang membuat kita gelisah bila jauh dari amalan.

Menjadi manusia berakhlak mulia, menjadi pribadi yang semangatnya menggelora agar mampu memenuhi amanah yang telah menanti kita. Bismillah.

[Ustazah Rochma Yulika]

INILAH MOZAIK