Melihat Kegelisahan Manusia dalam Menghadapi Cobaan

Melihat Kegelisahan Manusia dalam Menghadapi Cobaan

Allah Swt berfirman :

أَلَمۡ تَرَ أَنَّ ٱلۡفُلۡكَ تَجۡرِي فِي ٱلۡبَحۡرِ بِنِعۡمَتِ ٱللَّهِ لِيُرِيَكُم مِّنۡ ءَايَٰتِهِۦٓۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَأٓيَٰتٖ لِّكُلِّ صَبَّارٖ شَكُورٖ – وَإِذَا غَشِيَهُم مَّوۡجٞ كَٱلظُّلَلِ دَعَوُاْ ٱللَّهَ مُخۡلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ فَلَمَّا نَجَّىٰهُمۡ إِلَى ٱلۡبَرِّ فَمِنۡهُم مُّقۡتَصِدٞۚ وَمَا يَجۡحَدُ بِـَٔايَٰتِنَآ إِلَّا كُلُّ خَتَّارٖ كَفُورٖ

“Tidakkah engkau memperhatikan bahwa sesungguhnya kapal itu berlayar di laut dengan nikmat Allah, agar diperlihatkan-Nya kepadamu sebagian dari tanda-tanda (kebesaran)-Nya. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran)-Nya bagi setiap orang yang sangat sabar dan banyak bersyukur. Dan apabila mereka digulung ombak yang besar seperti gunung, mereka menyeru Allah dengan tulus ikhlas beragama kepada-Nya. Tetapi ketika Allah menyelamatkan mereka sampai di daratan, lalu sebagian mereka tetap menempuh jalan yang lurus. Adapun yang mengingkari ayat-ayat Kami hanyalah pengkhianat yang tidak berterima kasih.” (QS.Luqman:31-32)

Ayat di atas membicarakan tentang watak manusia ketika menghadapi bencana dan cobaan.

Manusia bisa berubah seketika disaat ia menghadapi sebuah cobaan ataupun bencana. Ia menjadi penuh ketakutan, gelisah dan memohon pertolongan. Ia ingin segera terlepas dari musibah ini bagaimanapun caranya. Disaat musibah ini semakin berat dan ia tidak bisa melakukan apa-apa lagi, maka ia akan mencari pertolongan dan bantuan. Dan bagi seorang yang beriman, musibah ini akan menjadi titik ia kembali kepada Allah Swt.

Ia akan mengingat masa lalunya yang penuh dosa dan kesalahan, ia akan bertaubat, memohon ampun dan berharap agar semua musibah ini akan segera diangkat oleh Allah.

“Ya Allah wahai Tuhan kami, jika Engkau selamatkan kami dari musibah ini dan Engkau keluarkan kami dari cobaan yang berat dalam keadaan sehat dan selamat maka kami akan menyembah-Mu dengan benar dan tidak akan bermaksiat kepada-Mu.”

Begitulah ia selalu berdoa dan memohon pertolongan kepada Allah Swt ketika berada dalam musibah dan bencana.

Tetapi manusia tetaplah manusia. Ketika musibah itu telah diangkat, kebanyakan dari mereka mengingkari semua janji dan sumpahnya dihadapan Allah. Ia kembali melakukan kemaksiatan dan lupa dengan ketaatan yang ia janjikan.

Kita pun mungkin pernah berada dalam kondisi semacam ini. Ketika terkena cobaan, kita bertaubat dan berjanji akan menjadi hamba yang sholeh dan ketika cobaan itu telah hilang, kita kembali menjadi manusia yang lalai.

Karena itu Al-Qur’an mengharapkan kita memiliki iman yang kuat kepada Allah Swt. Dalam kondisi senang maupun susah!

Dalam kondisi tenang,aman,tentram dan memiliki segalanya, siapa yang menjamin Allah tidak akan mencabut semua kenikmatan itu dalam sekejap jika Allah menghendaki?

Sebagaimana kita membutuhkan Allah dan selalu memohon dengan penuh kepasrahan saat kita sedang susah, begitu juga kita membutuhkan Allah saat kita dalam kenikmatan dan kesenangan agar Allah menjaganya dan tidak mencabutnya.

Hari-hari itu ada ditangan Allah. Hari ini kau berada di atas, mungkin besok engkau berada dibawah. Karena itu Allah ingin agar manusia bergantung kepada Allah dalam kondisi senang maupun susah.

Maka hendaklah manusia membina dan terus menguatkan keimanannya. Jadikan iman dalam hati itu bagaikan ruh dalam jasad.

Ketika sakit ataupun sehat, ruh senantiasa berada dalam jasad. Ketika senang atau susah, ruh itu juga tetap menyertai jasad.

Maka jadikan keimanan dalam hati itu bagaikan ruh yang selalu menyertai jasad dalam kondisi apapun. Dalam keadaan susah ataupun senang, iman selalu menyertai akal dan hati kita.

Semoga bermanfaat…

KHAZANAH ALQURAN