Teroris Perempuan

Memahami Narasi Teroris Perempuan : Dari Mencari Kesalehan Berujung Kesalahan

Mereka hanyalah anak-anak muda yang ingin mencari jati diri dengan melekatkan pada agama. Ada kegusaran yang dijawab dengan keyakinan tegas para ideolognya. Para perempuan yang muda itu ingin beragama dengan sempurna dan mencari kebaikan dalam bentuk kesalehan. Hanya saja, cara mereka justru berujung pada kesalahan.

Teroris dari kalangan perempuan memang semakin populer di Indonesia. Apakah mereka korban dari para ideolog laki-laki atau memang mereka sedang berfantasi dengan kesalehan yang diyakini. Kita harus memahami narasi yang muncul dari cara mereka mengungkapkan apa yang dianggap sebagai sebuah kebenaran.

Adalah Dian Yulia Novi, Zazkia Aini dan terakhir Siti Elina para perempuan yang sejatinya ingin berbakti demi agama dan orang tuanya, tetapi mereka berada di jalan yang salah. Keinginan itu terungkap dalam setiap perkataan dan surat wasiat yang mereka tinggalkan.

Dalam wawancara dengan reporter Tvone pada tahun 2017 silam, Dian Yulia Novi, tersangka kasus terorisme yang merencanakan menyerang istana negara sangat meyakini apa yang dilakukan adalah untuk mendapatkan ridho Allah dan kemuliaan jihad. Baginya, inilah jalan untuk menuju surga sebagai tempat akhir yang indah.

Dalam surat wasiatnya, Dian menulis kepada orang tuanya : inilah caraku berbakti pada agama dan pada kalian orang tuaku. Jangan pernah kalian membenci jalanku ini..Allah bersama orang-orang yang beriman. Kepercayaan itu tampak kokoh dari seorang perempuan yang memang ingin berbakti pada agama dan orang tuanya.

Begitu pula dengan Zazkia Aini yang juga memegang teguh dengan keyakinannya. Apa yang sedang ia lakukan adalah bagian dari jihad. Hal ini terungkap dalam surat wasiatnya yang viral. Dalam surat itu ia menuliskan bahwa : insya Allah dengan karunia Allah amalan jihad zakiah akan membantu memberi syafaat kepada keluarga di akhirat. Jihad adalah tertinggi dalam Islam.

Lalu, apa yang membuat mereka melakukan tindakan kekerasan atas nama jihad yang mereka yakini. Siti Elina dalam keterangan yang terakhir mengatakan bahwa dia ingin bertemu Presiden dan menyampaikan bahwa negara ini salah karena tidak berdasarkan pada Islam. Begitu pula, Zazkia juga menitipkan pesan kepada orang tuanya agar tidak bekerja pada negara yang thagut. Sementara Dian juga meyakini bahwa meskipun mayoritas muslim, tetapi mereka bukan Islam yang sesungguhnya.

Pertama yang harus kita pahami sejatinya para perempuan yang masih belia itu mempunyai ketulusan untuk beragama untuk menjadi orang baik. Pesan-pesan kepada orang tuanya agar menjalankan amalan kebaikan, shalat lima waktu hingga pesan-pesan baik lainnya menunjukkan sejatinya mereka menginginkan kebaikan. Hanya saja cara mereka belajar agama bertemu dengan orang dan cara yang salah.

Mereka semua meyakini bahwa di luar yang mereka Yakini adalah salah. Dian misalnya mengatakan Islam lahir dari asing dan akan berakhir asing. Islam yang dia pahami adalah Islam yang sedang ia yakini dan dijalankan. Bukan Islam mayoritas yang ada saat ini.

Berbeda dengan Zazkia yang sepertinya sudah mulai meningkat pemahaman ideologis dibandingkan dengan Dian. Zakia telah berada pada fase narasi politik keagamaan. Dalam wasiatnya secara kentara ia mengatakan demokrasi, Pancasila, UUD, pemilik adalah ajaran kafir. Semua hukum yang ada tidak bersumber dari Al-Quran dan Assunnah. Begitu pula Elina yang menganggap negara ini sudah salah.

Apa yang ditegaskan di sini adalah kehati-hatian anak-anak muda yang sedang mencari jati diri dengan niat awal ingin memperbaiki diri. Niat yang tulus dan baik, tetapi ketika bertemu dengan kelompok dan tokoh yang mengeksploitasi ayat-ayat demi kepentingan politik akan berbeda.

Pertama cara mereka memang sejak awal terpaku pada konsep beragama yang sangat puritan. Selanjutnya, cara mereka memahami agama sangat tekstual dan monolitik. Tidak ada perdebatan khilafiyah. Bagi mereka kebenaran itu adalah apa yang mereka Yakini dan di luar mereka salah. Cara memperbaiki adalah dengan melakukan jihad kepada mereka yang salah.

Narasi ideologisasi dan indoktrinasi ini memang berjalan secara bertahap kepada perempuan dan anak-anak muda lainnya. Dari sekedar ingin mencari kesalehan diri, tetapi jatuh dalam kesalahan bunuh diri.

ISLAM KAFFAH