cara mempertebal iman

Memaknai Keajaiban Ilahiyah

Sejatinya, alam semesta ini diciptakan Allah SWT penuh keajaiban.

Sejatinya, alam semesta ini diciptakan Allah SWT penuh keajaiban. Begitu pun pada setiap makhluk yang ada di dalamnya, baik manusia, hewan, tumbuhan, maupun malaikat dan jin. Sungguh, Dia Mahakuasa dan jika menghendaki sesuatu cukup berkata, “jadilah maka jadilah ia.” (QS Yasin[35]:82). 

Ujung dari kekaguman kita atas keajaiban itu adalah ungkapan, “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia. Mahasuci Engkau, lindungi kami dari azab neraka.” (QS Ali Imran [3]:191).

Ketika mengkaji penciptaan Nabi Adam AS, tampaklah keajaiban luar biasa. Manusia pertama yang diciptakan dari tanah menjadi hamba yang sempurna walau tanpa ayah dan ibu (QS al-Hijr[15]:26).

Begitu juga Nabi Zakaria AS, ketika ia sudah lanjut usia dan istrinya mandul, tapi dikaruniai seorang anak bernama Yahya AS. Pun, Siti Maryam yang tak pernah disentuh seorang lelaki, tapi bisa melahirkan Isa AS. (QS Ali Imran [3]: 59). Keajaiban demi keajaiban diperlihatkan melalui mukjizat para nabi agar manusia tunduk kepada Allah SWT.

Nabi Muhammad SAW mengalami banyak keajaiban. Salah satunya adalah kejadian di luar batas pikiran manusia dan hukum alam semesta (sunnatullah), yakni isra dan mi’raj. “Maha Suci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami…” (QS 17: 1).

Pakar Tafsir Alquran, Prof M Quraish Shihab dalam buku, “Membumikan Alquran” mengutip pandangan kaum empiris dan rasionalis yang membantah kebenarannya, karena tidak sesuai dengan hukum alam dan logika manusia. Sikap ini pun telah diperlihatkan oleh Abu Lahab semasa Nabi SAW masih hidup dahulu.

Lalu, beliau menegaskan, cara yang paling tepat untuk memahaminya hanya dengan pendekatan iman. Sikap ini pula yang ditunjukkan oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq RA, yang berkata, “Apabila Muhammad yang memberitahukannya, pasti benarlah adanya.” 

Teringat tausiah almarhum KH Zainuddin MZ, dalam peristiwa Isra dan Mi’raj, Nabi SAW menembus tiga alam dalam waktu yang sangat singkat.

Pertama, alam syahadah (keduniaan), yakni dari Masjidil Haram (Makkah) ke Masjidil Aqsa (Palestina). Kedua, alam malakuut (kemalaikatan), yakni dari Masjidil Aqsa naik ke langit ketujuh. Ketiga, alam lahuut (ketuhanan), yakni dari langit ketujuh sampai Sidratul Muntaha. 

Keajaiban akan terus terjadi bagi orang beriman yang menempuh jalan-jalan kemuliaan. Siapa saja yang istiqamah berjuang dan berkorban menegakkan agama Allah, maka keajaiban itu akan menghampirinya. Kadang, ikhtiar kita hanya sejengkal atau sebutir, tetapi Allah SWT memberi semeter atau segudang bahkan berlipat ganda. (QS al-Baqarah [2]: 261). Itulah keajaiban dan keberkahan. 

Peringatan Isra Mi’raj kiranya tidak hanya mengulas kisah profetik semata. Namun, harus mampu memetik hikmah dan pelajaran yang sarat di dalamnya, lalu menghidupkan pada sikap, ucapan dan perbuatan. Itulah cara seorang Mukmin memaknai keajaiban ilahiyah.

Allahu a’lam bish-shawab.   

OLEH HASAN BASRI TANJUNG

REPUBLIKA.id