Membantu Sesama

MAHA Suci Allah yang karena izin-Nya kita masih bernafas hingga hari ini. Shalawat dan salam semoga selalu terlimpah kepada Al Amin, Muhammad Rasulullah Saw.

Saudaraku, barangkali kita pernah mengalami saat orang lain memuji dan menyanjung kita karena prestasi yang kita raih. Kemudian, kita pun merasa senang karenanya. Maka, sadarilah saudaraku, bahwa yang prestasi yang kita raih itu syariatnya karena keterlibatan orangtua kita, guru-guru kita, atau siapa saja yang sedikit banyak telah membantu kita. Atas perantara jasa dan bantuan merekalah prestasi itu kita raih.

Kesuksesan bukanlah sukses diri sendiri, melainkan ketika kita bisa mensukseskan orang lain. Dalam konsep 7B (kiat menjadi pribadi sukses) terdapat B yang ke enam yaitu bantu sesama.

Kita disebut sukses jikalau mendapat rezeki, maka kita berbagi demi membantu orang lain agar ia pun mendapat rezeki. Ketika kita berilmu, kemudian kita berbagi agar orang lain pun memahami ilmu. Kesuksesan sejati adalah ketika kita bisa menjadi manfaat bagi orang lain, meringankan bebannya, menutupi kekurangannya, meski keadaan kita pun sederhana saja.

Karena itulah Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa menghilangkan kesulitan dari seorang muslim dari kesulitan-kesulitan dunia, maka Allah akan menghilangkan darinya kesulitan-kesulitan pada hari kiamat. Allah akan selalu menolong seseorang selama ia menolong orang lain.” (HR. Muslim, Ahmad, Tirmidzi).

Kesuksesan kita bukan diukur dari banyaknya pujian orang lain kepada kita. Andaikata ada seseorang yang merasa sukses padahal baru dirinya sendirian yang sukses, maka dia sebenarnya belum sukses. Maka dari itu, tingkatkanlah kemampuan agar semakin banyak orang yang bisa kita bantu.

Kiatnya, cobalah buat pemetaan. Pertama, mulailah dari keluarga dan kerabat dekat. Perhatikan siapa saja yang perlu dibantu. Siapa di antara mereka yang sekolahnya tidak lancar. Siapa yang kesulitan membayar sewa rumah. Siapa yang memerlukan pekerjaan.

Keduakemudian lakukan hal yang sama pada tetangga. Amatilah siapa di antara mereka yang perlu dibantu. Siapa yang perlu biaya kuliah. Siapa yang sudah jompo namun keluarganya tak mampu merawatnya. Siapa yang membutuhkan pekerjaan.

Jangan sampai kita sekali makan ratusan ribu, punya mobil seharga ratusan juta, tapi ada saudara atau tetangga kita yang tak bisa makan, tak bisa membayar uang sekolah, apalagi membeli rumah.

Tak kalah penting juga untuk memperhatikan lingkungan kerja kita. Jangan sampai kita menggunakan aksesoris mahal, tapi karyawan kita penghasilannya seret. Dukunglah mereka untuk memiliki kualitas diri yang lebih baik lagi.

Membantu sebaiknya dengan cara memberdayakan. Kita ingin memberi makan seseorang, jika hanya diberi ikan sekali, maka bisa langsung habis. Namun, jika diberi alat pancing sedangkan dia tak tahu cara memancing, maka tak ada manfaatnya. Karenanya, selain memberinya ikan dan alat pancing, berilah ilmu agar dia bisa memancing, hingga akhirnya mampu mendapatkan ikan secara mandiri.

Alangkah baiknya jika bantuan yang kita beri adalah bantuan yang bermanfaat secara berkesinambungan, hingga yang dibantu makin meningkat kemampuannya. Misalnya dengan dikursuskan dan dimagangkan. Atau, kalau kita berinvestasi, sebaiknya dengan bagi hasil. Walau keuntungannya tak begitu banyak, tapi kita bisa menolong banyak orang mendapatkan pekerjaan.

Kita sering merasa bahwa rezeki itu apa yang kita dapatkan, padahal menolong orang lain juga rezeki. Misalnya saat berbelanja, belilah kepada pedagang yang paling sederhana dan tak usah menawarnya jika memiliki kelebihan uang. Rasulullah Saw. bukan hanya tak menawar, bahkan menambahinya.

Semoga kita menjadi manusia-manusia yang senantiasa bersemangat membantu sesama tanpa pamrih. Semata-mata hanya mengharap ridha Allah Swt. Bukan hanya bantuan yang konsumtif, namun juga dengan bantuan yang memberdayakan. Jika semua orang memiliki semangat yang demikian, maka cita-cita menjadi bangsa yang memiliki kemandirian, tidak akan hanya menjadi harapan semata. Aamiin yaa Robbal aalamiin.[smstauhiid]

 

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar