Nekat Berangkat Haji/Umrah tanpa Suami/Mahram!

KEBIJAKAN pemerintah saudi dengan menetapkan mahram bagi para wanita yang hendak berangkat haji atau umrah itu berdasarkan panduan dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam. “Dari Abu Daid al-Khudri radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Wanita tidak boleh melakukan safar selama 2 hari, kecuali disertai suaminya atau mahramnya.” (HR. Bukhari 1197).

Dalam riwayat lain, dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Tidak halal bagi wanita yang beriman kepada Allah dan hari akhir untuk melakukan safar selama sehari semalam, sementara dia tidak ditemani mahramnya.” (HR. Bukhari 1088).

Bahkan, mengingat pentingnya mahram dan pendamping bagi wanita ketika safar, Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah meminta salah seorang sahabat untuk menunda keikut sertaannya dalam jihad. Agar bisa menemani istrinya ketika hendak haji. Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma menceritakan, ada seorang sahabat melapor kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam, “Ya Rasulullah, saya ingin tergabung dengan pasukan perang ini tapi istriku ingin pergi haji.” Jawab Nabi shallallahu alaihi wa sallam, “Berangkatlah haji bersama istrimu.” (HR. Bukhari 1862).

Karena islam memuliakan wanita. Bentuk penjagaan islam terhadap wanita, adanya SOP bagi wanita yang melakukan safar. Sebagaimana pejabat ketika keluar rumah, dia diikat dengan SOP protokoler. Bukan dalam rangka mengganggu kebebasan mereka. Namun untuk menjaga kehormatan dan keselamatan mereka. Secara nurani, sekalipun orang tidak tahu dalil, ketika ada wanita yang melakukan safar sendirian, orang yang melihatnya akan merasa ada yang kurang. Bahkan bisa jadi akan muncul dugaan buruk, suudzan kepada wanita itu. Kita layak bersyukur kepada Allah, ketika situs-situs haji ditangani oleh pemerintahan yang sangat perhatian dengan aturan islam, semoga Allah menjaga mereka.

Yang lebih penting dalam mahram bukan masalah surat. Surat hanya persyaratan administrasi, sebagi bukti bahwa wanita yang masuk tanah suci ini, benar-benar ditemani oleh suaminya atau mahramnya. Yang sangat memprihatinkan, ketika surat ini justru menjadi peluang terjadinya penipuan. Terutama ketika ada jemaah wanita yang berangkat tanpa diiringi suaminya atau mahramnya. Untuk tetap bisa lolos, travel haji atau umrah membuat surat mahram palsu. Ini jelas penipuan. Semua yang terlibat, dia menanggung dosanya.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang menipu kami (umat), maka dia bukan bagian dari kami.” (HR. Muslim 294)
Dalam riwayat lain, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang menipu, maka dia bukan bagian dariku.” (HR. Muslim 295)

Pendidikan itu penting! Kata kunci pendidikan selalu dibutuhkan dimana-mana. Tidak ada ujungnya. Sepanjang masih ada kehidupan, long life education. Terkadang ada travel yang misi besarnya hanya mencari untung. Siapapun jemaah, siap tampung, sekalipun wanita muda yang hendak berangkat tanpa mahram. Urusan mahram, bisa pakai surat mahram. Sehingga penipuan memang sudah jadi rencana sejak awal. Ada juga travel yang sudah berusaha melakukan yang terbaik. Ingin sesuai dengan sunah, namun sayang jemaahnya kurang diedukasi. Sehingga ada sebagian wanita yang dengan jumawa tetap nekat berangkat haji atau umrah tanpa mahram, dengan siasat surat mahram.

Karena itu, edukasi untuk semuanya itu penting agar semuanya satu frekuensi. Baik travel maupun jemaah harus sama-sama menyadari bahwa dalam perjalanan ini harus ada mahram. Travel siap menunda keberangkatan jemaah wanita yang tanpa mahram. Sebaliknya, jemaah wanita juga siap untuk mengundurkan diri, jika ternyata dia tidak bisa berangkat karena kendala mahram. Agar kebiasaan menipu, tidak terlalu menjamur di negara kita.

Semoga Allah memberi petunjuk kepada kita semuanya untuk tetap di atas jalan kebenaran. Allahu alam. [Ustadz Ammi Nur Baits]