Obyektifitas Ibnu Taimiyah terhadap Kitab Ihya Ulum ad-Din

Hal yang telah jamak diketahui adalah kitab Ihya Ulum ad-Din karya Syaikh Abu Hamid al-Ghazali memuat sejumlah perkara yang dikritisi ulama. Mereka mengkritik al-Ghazali karena mempelajari ilmu filsafat dan tasawuf, sehingga hal tersebut berpengaruh pada karya beliau.

Syaikh al-Islam Ibnu Taimiyah sendiri telah menguraikan pendapatnya terhadap kitab Ihya Ulum ad-Din secara terperinci. Alih-alih memvonis kitab Ihya Ulum ad-Din, penilaian Ibnu Taimiyah yang akan dikutip dalam artikel ini bertujuan untuk menguraikan metodologi beliau dalam mengkritisi sebuah kitab.

Syaikh al-Islam Ibnu Taimiyah menuturkan,

و”الإحياء” فيه فوائد كثيرة؛ لكن فيه مواد مذمومة فإنه فيه مواد فاسدة من كلام الفلاسفة تتعلق بالتوحيد والنبوة والمعاد فإذا ذكر معارف الصوفية كان بمنزلة من أخذ عدوا للمسلمين ألبسه ثياب المسلمين. وقد أنكر أئمة الدين على ” أبي حامد ” هذا في كتبه. وقالوا: مرضه ” الشفاء ” يعني شفاء ابن سينا في الفلسفة. وفيه أحاديث وآثار ضعيفة؛ بل موضوعة كثيرة. وفيه أشياء من أغاليط الصوفية وترهاتهم. وفيه مع ذلك من كلام المشايخ الصوفية العارفين المستقيمين في أعمال القلوب الموافق للكتاب والسنة، ومن غير ذلك من العبادات والأدب ما هو موافق للكتاب والسنة ما هو أكثر مما يرد منه فلهذا اختلف فيه اجتهاد الناس وتنازعوا فيه».

“Kitab Ihya Ulum ad-Din sangat bermanfaat, namun berisi sejumlah hal yang patut dikritisi karena memuat perkataan para filsuf yang mengemukakan pendapat mereka dalam masalah tauhid, kenabian, dan hari akhir. Apabila menguraikan perihal makrifat kaum sufi, seolah-olah uraian Abu Hamid al-Ghazali layaknya “mengambil musuh kaum muslimin lalu memakaikannya dengan baju kaum muslimin” (baca: bertentangan dengan ajaran Islam). Para imam telah mengingkari beliau dalam kitab mereka. Mereka menyatakan bahwa kondisi Abu Hamid yang demikian itu karena terpengaruh oleh kitab filsafat asy-Syifa karya Ibnu Sina. Di dalam kitab Ulum ad-Din juga terdapat hadits dan atsar yang lemah, bahkan banyak yang palsu. Demikian pula kitab itu berisi kekeliruan dan keanehan kaum sufi. Bersamaan hal itu, kitab beliau juga memuat perkataan para syaikh sufi yang arif dan lurus perihal aktivitas hati yang selaras dengan al-Quran dan al-Hadits. Demikian pula, kitab tersebut memuat keterangan perihal ibadah dan adab yang selaras dengan al-Quran dan al-Hadits; dimana kandungan positif kitab tersebut lebih banyak daripada kandungan yang negatif. Berdasarkan hal tersebut, penilaian ulama pun berbeda-beda terhadap kitab Ihya Ulum ad-Din ini, sehingga mereka saling berselisih pendapat.” [Majmu’ al-Fatawa 10/551]

Kesimpulan yang bisa diperoleh dari perkataan Ibnu Taimiyah di atas adalah sebagai berikut:

  • Ibnu Taimiyah menguraikan kekeliruan yang bertentangan dengan akidah yang shahihah dalam kitab tersebut. Hal ini sangat penting karena itu beliau menyampaikannya di awal penilaian
  • Ibnu Taimiyah menjelaskan sebab permasalahan yang mempengaruhi al-Ghazali, yaitu karena beliau terpengaruh oleh kitab-kitab filsafat seperti kitab asy-Syifa karya Ibnu Sina dan makrifat kaum sufi.
  • Ibnu Taimiyah mengisyaratkan permasalahan besar dalam keilmuan al-Ghazali, yaitu beliau menyamarkan kebenaran dengan kebatilan tanpa sadar. Oleh karena itu, dalam perkataannya di atas Ibnu Taimiyah menyatakan “seolah-olah uraian Abu Hamid al-Ghazali layaknya mengambil musuh kaum muslimin lalu memakaikannya dengan baju kaum muslimin”.
  • Kemudian Ibnu Taimiyah menyebutkan sejumlah keistimewaan kitab Ulum ad-Din, seperti uraian yang bagus perihal aktivitas hati, ibadah, dan adab yang selaras dengan al-Quran dan al-Hadits.
  • Kemudian Ibnu Taimiyah menjelaskan bahwa kandungan positif yang dapat diterima dari kitab Ihya Ulum ad-Din lebih mendominasi daripada kandungan negatifnya.
  • Lalu Ibnu Taimiyah menutup perkataan beliau dengan menyatakan adanya perbedaan pendapat ulama dalam menilai kitab tersebut. Hal itu diakibatkan keberadaan kandungan positif dan kandungan negatif dalam kitab Ihya Ulum ad-Din.
  • Penilaian yang adil, tulus, dan obyektif, sangat nampak dari perkataan Ibnu Taimiyah di atas.

Uraian ini bukan bermaksud memvonis kitab Ihya Ulum ad-Din, namun bertujuan untuk mengetahui metodologi yang tepat dalam memberikan penilaian terhadap suatu kitab. Perbuatan Ibnu Taimiyah tersebut menjelaskan kepada kita bagaimana mengkritisi suatu kitab. Metodologi tersebut dapat dirangkum sebagai berikut:

  1. Sepatutnya memulai penilaian dengan memperingatkan penyimpangan akidah jika memang terdapat dalam kitab tersebut. Kemudian menguraikan berbagai kekeliruan yang terdapat dalam kitab sesuai topik jika memang layak untuk disampaikan.
  2. Kemudian menyampaikan sebab yang melatarbelakangi penyimpangan dan kekeliruan itu sehingga dapat dijauhi.
  3. Kemudian menyebutkan keistimewaan kitab tersebut, jika ada.
  4. Kemudian menjelaskan isi yang mendominasi kitab tersebut, apakah kandungan yang positif atau kandungan yang negatif.

Perlu diketahui bahwa artikel ini bukanlah bermaksud memotivasi atau mendemotivasi pembaca untuk mengonsumsi kitab Ihya Ulum ad-Din. Sebagaimana disebutkan sebelumnya, artikel ini hanya berupaya memaparkan metodologi Ibnu Taimiyah dalam menilai suatu kitab. Terkait membaca kitab Ihya Ulum ad-Din, sejumlah alim ulama menyampaikan bahwa muatan yang terdapat dalam karya Ibnu al-Qayyim dan Ibnu Rajab sudah mencukupi untuk dikonsumsi para pembaca ketimbang kitab Ihya Ulum ad-Din.

Wallahu ta’ala a’lam.

Sumber: https://t.me/alkhalil_1/2283

Sumber: https://muslim.or.id/72426-obyektifitas-ibnu-taimiyah-terhadap-kitab-ihya-ulum-ad-din.html