Pelajaran dari Penjual Sate tentang Kebahagiaan

PRIA ini dijuluki sebagai penjual sate senior. Warung satenya terkenal dari generasi zaman dahulu, tak tergeserkan oleh warung sate yang lain. Kata para pelanggan, satenya khas, dari daging pilihan, dibakar secara tradisional memakai arang batok kelapa, dimulai dengan basmalah dan dikipas dengan bibir tersenyum sambil bershalawat. Nama warungnya: Warung Sate ALAMI.

Saya tertarik mendengar kisah kehidupan pemilik warung ini. Bukan tentang membuat sate enak, melainkan tentang tetap tersenyum di hadapan bara api yang panas untuk waktu yang sangat panjang dan sering. Apa rahasia ketabahannya? Subhanallah. Jawabannya sungguh mengagumkan. Asa nilai filosofis yang layak direnungkan.

Pertama, beliau berkata: “Berdiri di dekat bara api senantiasa mengingatkan kami sekeluarga bahwa api itu panas. Bagaimana dengan panasnya api neraka? Maka pantang bagi kami sekeluarga untuk melanggar hukum agama. Selalulah saya bershalawat dengan harapan saya mendapat syafaat.”

Kedua, beliau melanjutkan ucap: “Kalau tahu bahwa bara api itu panas, maka jangan dipegang. Tangan akan terbakar melepuh dan hancur. Jangan sentuh dan lepaskan saja. Menggenggam bara adalah menyakitkan, melepaskannya adalah kebahagiaan. Kebencian adalah bara, dendam adalah bara, irihati dan dengki adalah bara, maka lepaskanlah dari diri kita.”

Luar biasa sekali pelajaran tukang sate ini, bukan? Jangan pelihara segala yang membuat hidup kita panas menderita, teruslah menjaga segala hal yang membuat hidup sejuk bahagia.

Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi 

 

INILAH MOZAIK