Segala Mimpi dan Harapan itu Mudah Bagi Allah

JUDUL di atas adalah ungkapan orang yang sangat optimis, yang tetap bahagia saat kondisi kritis dengan keyakinan bahwa ada Allah yang bisa mengubah keadaan dengan cara yang tak diduga-duga.

Saat terlintas kalimat tersebut di atas, saya teringat kata pujangga, “Mintalah kepada Allah seukur apa yang dimiliki Allah, bukan seukur mimpimu saja. Allah memiliki langit dan bumi, tak mungkin tak mampu atas apapun. Mintalah bahkan hal yang mustahilmenurutmu.”

Ingat pada kata pujangga tersebut itu, saya ingat pada “kegilaan” saudara saya, Bapak Haji Yudi, jamaah haji Kanomas 2018 asal Lampung itu. Saat beliau terjatuh tak memiliki apapun, jiwa beliau bangkit untuk yakin akan kebesaran dan kemahakuasaan Allah. Lalu beliau berdoa: “Ya Allah, berikan kepadaku uang sebagai modal usaha ya Allah, Rp10 miliar. Jangan lewat perbankan ya Allah.” Bisa dibayangkan, orang tak punya apa-apa meminta uang Rp10 miliar. Gila, bukan?

Bagaimana jawaban Allah? Tentu kisahnya tak sesederhana tulisan ini. Allah kirimkan salah seorang hambaNya yang pernah dibantu “kecil-kecilan” waktu dahulu untuk datang ke Pak Haji Yudi membawa uang Rp10 miliar. Uang itu boleh dianggap pinjaman dan juga boleh dianggap pemberian. Kok bisa? Kisahnya membuat saya penasaran. Pak Yudipun berbagi rahasia apa yang telah beliau istiqamahkan sampai permohonannya yang fantastis itu dikabulkan Allah.

Sahabat dan saudaraku, tulisan ini sesungguhnya bukan untuk merangsang kita meminta urusan duniawi saja. Lebih dari itu marilah kita memohon urusan akhirat kita pula. Kebahagiaan dunia dan kebahagiaan akhirat kalau bisa kita raih semuanya.

Seorang lelaki datang kepada Rasulullah untuk diajarkan doa saat meminta kepada Allah. Rasulullah bersabda: “Berdoalah, Doa ini telah terkumpul didalamnya kebahagiaan dunia dan akhirat.”

Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi 

INILAH MOZAIK

Berilah Perhatian pada yang Utama

KALAU ditanya tentang keinginan kita, pastilah kita sampaikan banyak hal mulai dari yang berkaitan dengan perbaikan fisik kita sampai pada perbaikan nasib kita, mulai dari urusan makan kita sampai pada makanan pekerjaan kita, mulai dari urusan duniawi kita sampai pada urusan ukhrawi kita. Ada banyak keinginan.

Misal saja hari ini kita didatangi Malaikat Jibril berbisik pada kita: “Anda punya kesempatan meminta satu hal saja yang pasti dikabulkan,” maka permintaan apakah yang akan kita ajukan? Satu permintaan saja, tidak lebih.

Mendengar bisikan Malaikat Jibril itu tentu akan memaksa kita menseleksi pilihan kita. Yang kita minta pada akhirnya adalah apa yang menurut kita adalah paling penting, paling berharga dan paling utama untuk kebahagiaan kita yang hakiki.

Mulai kini berikanlah perhatian lebih pada satu pilihan pinta kita yang utama itu. Jangan pernah tertipu dengan mendahulukan pilihan lainnya. Buatlah skala prioritas dalam pilihan aktifitas kita. Dahulukan yang wajib, baru yang sunnat. Jangan biarkan yang mubah memalingkan kita atau melalaikan kita dari yang wajib.

Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi 

 

INILAH MOZAIK

Mulailah dengan Niat Baik, Buanglah Niat Tak Baik

PINTU-PINTU pintu menuju bahagia dicari oleh semua orang. Namun tak semua orang sampai ke depan pintu-pintu itu. Yang sampai ke depan pintu, tak semuanya berhasil membukanya.

Ada banyak usaha yang dilakukan untuk membukanya, namun tetap saja tak terbuka. Beberapa kunci yang dianggap kunci yang tepat ternyata gagal juga membuka paksa pintu bahagia itu. Alangkah senang dan nyamannya hidup jika ada yang menolong membukakan pintu itu. Alangkah bahagianya jika yang membukakan pintu itu adalah Sang Pemilik pintu bahagia, yakni Allah. Tapi bagaimana caranya?

Perhatikan dawuh Imam Junaid berikut ini: “Barangsiapa membukakan pintu niat baik untuk dirinya, maka Allah bukakan 70 pintu tawfiq (pertolongan) untuk dirinya.”

Rupanya, kunci paling utama adalah niat yang ada dalam hati kita. Mereka yang mengisi hati dengan niat baik maka akan DIBUKAKAN pintu pertolongan oleh Allah sendiri. Tidak tanggung-tanggung, satu niat baik berbalaskan 70 pintu pertolongan yang dibuka.

Mari kita belajar membersihkan hati kita dari niat tak baik. Mari kita hiasi hati kita dengan kemuliaan niat baik. Jangan ditunda-tunda, mulailah sekarang dengan istighfar, lalu bulatkan tekad “tak ada lagi niat jelek di hatiku.”

Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi

 

INILAH MOZAIK

Pelajaran dari Penjual Sate tentang Kebahagiaan

PRIA ini dijuluki sebagai penjual sate senior. Warung satenya terkenal dari generasi zaman dahulu, tak tergeserkan oleh warung sate yang lain. Kata para pelanggan, satenya khas, dari daging pilihan, dibakar secara tradisional memakai arang batok kelapa, dimulai dengan basmalah dan dikipas dengan bibir tersenyum sambil bershalawat. Nama warungnya: Warung Sate ALAMI.

Saya tertarik mendengar kisah kehidupan pemilik warung ini. Bukan tentang membuat sate enak, melainkan tentang tetap tersenyum di hadapan bara api yang panas untuk waktu yang sangat panjang dan sering. Apa rahasia ketabahannya? Subhanallah. Jawabannya sungguh mengagumkan. Asa nilai filosofis yang layak direnungkan.

Pertama, beliau berkata: “Berdiri di dekat bara api senantiasa mengingatkan kami sekeluarga bahwa api itu panas. Bagaimana dengan panasnya api neraka? Maka pantang bagi kami sekeluarga untuk melanggar hukum agama. Selalulah saya bershalawat dengan harapan saya mendapat syafaat.”

Kedua, beliau melanjutkan ucap: “Kalau tahu bahwa bara api itu panas, maka jangan dipegang. Tangan akan terbakar melepuh dan hancur. Jangan sentuh dan lepaskan saja. Menggenggam bara adalah menyakitkan, melepaskannya adalah kebahagiaan. Kebencian adalah bara, dendam adalah bara, irihati dan dengki adalah bara, maka lepaskanlah dari diri kita.”

Luar biasa sekali pelajaran tukang sate ini, bukan? Jangan pelihara segala yang membuat hidup kita panas menderita, teruslah menjaga segala hal yang membuat hidup sejuk bahagia.

Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi 

 

INILAH MOZAIK

Menikmati Hidup Apa Adanya

BAGAIMANA cara kita mempersepsi sesuatu adalah penentu bahagia tidaknya kita dalam kehidupan. Bagaimana kita bersikap akan apapun yang terjadi adalah penentu tenang tidaknya kita dalam menjalani hidup. Responslah segala sesuatu dengan respons terbaik.

Seteguk air bisa sangat bermanfaat menghilangkan dahaga, terlalu melimpahnya air bisa bermakna banjir yang menenggelamkan dan melahirkan bahaya. Ternyata, yang lebih sedikit tidak selalu kurang bermakna dibandingkan yang banyak. Syukuri saja yang kita miliki, dan nikmati saja apa yang ada di tangan kita, maka hidup akan terasa lebih mampu membuat kita tersenyum.

Kalau kita ditakdirkan memiliki yang sedikit, syukurilah maka ia akan menjelma menjadi banyak. Minimum ia akan menjelma menjadi lebih berharga. Cara ini akan menghindarkan kita dari mengemis dan merasa terhina. Terhina itu bukan karena memiliki sesuatu yang sedikit. Terhina itu adalah saat selalu merasa kurang dengan apa yang sebenarnya sudah cukup.

Kalaulah kita ditakdirkan memiliki yang banyak, sungguh itu akan menjadi beban kalau dipikul dan dipikir sendiri. Allah selalu ada untuk membantu mengatur dan menjaganya dengan cara kita berluas dada menggunakannya untuk membantu dan membahagiakan hamba-hambaNya. Kesombongan dan ketamakan yang selalu memanas-manasi pemiliknya untuk menjadi satu-satunya yang tiada tanding hanya akan menyebabkan ketertutupan jalan menuju kebahagiaan sejati.

Ada seorang lelaki yang rajin bekerja sampai menjadi kaya. Dia tidak kawin karena takut nanti kalau mati hartanya pindah ke tangan isterinya. Dia juga tak membangun rumah mewah karena takut kalau mati nanti akan ditempati orang.

Ketika sakit menjelang kematiannya, dimakannya emas dan uang yang dimilikinya karena takut pindah ke orang lain dan kemudian menjadi lebih kaya dari dirinya. Inilah yang menjadikannya semakin cepat menuju kematiannya.

Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi 

INILAH MOZAIK

Jangan Anggap Orang Lain itu Bodoh

ZAMAN dahulu, ketika kendaraan belum di buat, kuda dan onta adalah kendaraan terbaik para pedagang Arab untuk membawa dagangan atau belanjaan mereka. Dua hewan ini luar biasa sekali perannya dan menjadi piaraan yang sangat favorit. Dua hewan ini menjadi indikator kekayaan seseorang. Semakin banyak dimiliki, semakin kayalah pemiliknya. Enaknya binatang ini adalah bebas galau karena naik turunnya harga minyak dunia.

Seorang ibu (janda) yang suaminya baru setahun meninggal dunia terpaksa berbelanja dan berdagang sendiri demi melanjutkan jalan ekonomi keluarganya. Suatu hari dia membawa serta empat kudanya untuk membawa dagangannya. Pemandangan yang lumayan aneh memang pada saat ini.

Dua pemuda cerdas mengolok-oloknya: “Wahai ibunya kuda, apa kabar?” Ibu ini dengan tenang dan senyum menjawab: “Baik sekali wahai anak-anakku.” Kaget betul pemuda cerdas itu dengan jawaban cerdas si ibu. Jangan menganggap bodoh orang lain, bisa jadi pikiran simpelnya lebih dahsyat dari yang diduga.

Apa yang dialami pemuda cerdas tersebut di atas juga dialami para menteri jaman dulu, jaman yang di dalamnya hidup seorang syekh yang terkenal polos dan lugu bernama Syekh Juha. Ke mana-mana sang syekh selalu pergi dengan keledainya. Para menteri itu sepakat mengolok-oloknya sambil tertawa: “Syekh, kami tak begitu menengenalmu. Kami lebih mengenal kudamu.” Syekh Juha menjawab: “Terimakasih. Tak akan mengenal keledai dengan baik kecuali binatang sejenisnya. Begitu menurut kaidah yang disepakati orang-orang waras. Para menteripun kaget dan malu.

Ada pelajaran berharga dari kisah di atas. Jangan memandang sebelah mata akan orang lain. Ingatlah bahwa mata kita ada dua. Jangan biasa memperolok dan menghina orang lain, karena kita tidak pernah tahu apa yang ada dalam pikiran dan hatinya. Lebih dari itu, hina saat ini sangat mungkin mulia saat nanti. Salam senyum pagi, AIM.

 

Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi

INILAH MOZAIK

 

 

Asal Usul Istri Berdiri di Sebelah Kiri Suami

TAK jarang saya ditanya apakah merupakan ketetapan akhlak Islam bahwa seorang istri jika berdiri atau berjalan bersama suaminya maka dia harus di sebelah kirinya. Saya tak langsung menjawab karena memang belum pernah baca dalil tekstual yang dengan jelas menjelaskan seperti itu. Lalu mulailah saya mencari asal muasal tradisi ini.

Rupanya, di jaman dahulu ketika konflik antarsuku atau kabilah merupakan hal biasa, ke mana-mana kaum pria biasa membawa senjata. Tradisi membawa senjata ini sampai kini sebenarnya masih bisa kita saksikan di beberapa desa adat. Senjata itu biasanya dipegang dengan tangan kanan atau diletakkan di pinggang sebelah kanan. Akan sangat mengganggu jika si istri ada di sebelah kanannya saat ada serangan tiba. Maka istri selalu ada di sebelah kiri suami.

Suami yang baik adalah suami yang memproteksi istri, menjaga keamanan istri dari segala gangguan dan ancaman. Suami yang tak becus dengan keamanan isteri adalah suami yang tidak islami. Isteri wajib patuh dan taat pada suami yang peduli dengan keamanan dirinya. Posisikan isteri di posisi aman.

Lalu, bagaimanakah dengan sekarang saat suami tak membawa senjata lagi? Masih haruskah isteri ada di sebelah kiri? Pertanyaan ini memerlukan jawaban dari berbagai sisi baik psikologi, sosiologi, antropologi dan semacamnya. Lho, kok jadi rumit? Ah, tidak juga. Cukup pelajari ilmu kepantasan lalu terapkanlah maka kita akan menjadi pantas menjadi manusia yang pantas.

Ada pertanyaan lagi, yakni bagaimana jika isterinya adalah seorang pesilat atau karateka sementara suaminya seorang yang cenderung penakut. Apakah suaminya yang di sebelah kiri? Sepertinya jawabannya adalah tergantung perintah isteri dan atau tergantung bentuk dan gerak mata si isteri. Ahaa! Suami takut istri, bahaya ini, karena harusnya takut Allah. Salam, AIM.

 

MOZAIK

Pertarungan Ingin Marah dan Ingin Ramah

BERTEBARAN di media sosial postingan tentang Islam marah dan Islam ramah. Sesungguhnya postingan seperti ini tak harus ada andai keberagamaan kita adalah keislaman gaya Rasulullah yang sejuk, ramah dan damai. Tulisan ini saya buat setelah mengikuti diskusi meja bundar dengan beberapa pembesar negeri ini seusai makan pagi tadi.

Memang melihat permasalahan bangsa dan kehidupan kita sendiri kadang mendorong kita untuk marah. Banyak yang tidak sesuai dengan keinginan kita. Tapi, bacalah sejarah dan berkacalah pada masa lalu, banyakkah masalah yang bisa diselesaikan dengan marah? Apakah Rasulullah pernah menyelesaikan masalah dengan marah? Ataukah beliau itu super ramah dan menyelesaikan masalah dengan keramahan?

Kata para pujangga: “Mengubah dengan cinta adalah mengubah dengan kelembutan. Pengaruhnya adalah pada hati yang belajar mengabadikan cinta dan kelembutan itu sebagai jalan hidup.” Kalimat indah ini benar. Lihatlah fakta santri-santri pesantren tradisional yang diajar oleh kiai peduh cinta dan kasih sayang. Sang santri tak beringas dalam hidup, tak kasar dalam bersikap dan penuh tebaran senyum dalam kehidupan.

Percayalah bahwa banyak hikmah di balik keramahan dan yakinlah bahwa banyak musibah di balik amarah. Perbanyak membaca kisah para teladan agama yang penuh damai dalam sejarah karena apa yang kita baca sering kali adalah apa yang akan lakukan. “You are what you read,” kata para psikolog. Buku bacaan Anda apa? Jangan-jangan hanya buku matematika. Ah maaf guyon.

Saya yakin banyak buku atau tulisan yang telah Anda baca. Namun, sebanyak-banyaknya buku yang kita baca, yakinlah bahwa masih lebih banyak buku yang belum kita baca. Karena itu, orang berotak normal tak akan marah dan membenci orang yang memiliki buku bacaan yang berbeda dan memiliki pandangan yang berbeda. Tetaplah ramah, wahai para orang waras. Salam, AIM.[*]

 

MOZAIK

Sengsara Membawa Nikmat

SEORANG nenek dari salah satu kabupaten di Jawa Timur menunaikan ibadah haji. Nenek yang pekerjaannya pedagang pasar ini mengalami lumpuh kaki sejak lama sebelum menunaikan ibadah haji ini. Kursi roda menjadi “kaki” nya kemana beliau pergi, termasuk ke tanah suci ini. Seorang keluarga pendamping juga ikut ke tanah suci sebagai pendorong kursi roda.

Jarak tempuh yang cukup jauh untuk mendorong kursi melelahkan juga. Saudaranya itu kecapekan dan mengusulkan agar menyewa orang Arab saja untuk mendorong. Tak ada masalah dengan ongkos, yang penting tak membuat semakin capek. Lumayan cepat juga orang Arab itu mendorong. Tak dinyana, kursi roda itu menabrak pembatas jalan seperti polisi tidur namun bergigi-gigi besi terbalik itu. Sang nenek tersungkur ke aspal dan wajahnya terluka.

Semua yang melihat kejadian ini teriak iba. Nenek ini tersulut emosi lalu dengan cepat berdiri berjalan mau memukul si Arab pendorong itu. Saat mau memukul, saudaranya bertakbir dan bertahmid bersyukur kepada Allah karena nenek itu ternyata telah bisa berdiri dan berjalan. Nenek itupun kaget dan menangis bahagia menyadari keajaiban di balik musibah ini. Marahnya mereda berganti bahagia.

Sahabat dan saudaraku, ada banyak bentuk kebahagiaan yang Allah titipkan di balik musibah. Bersabarlah. Tapi jangan coba-coba orang lain didorong jatuh biar dapat keajaiban. Jalan kisah tak selalu sama. Namun yakinlah bahwa Allah tak akan mengecewakan hambaNya yang sabar dan baik. Salam, AIM. [*]

 

Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi

MOZAIK