Pendengki Nikmat

Dengki dapat menghinggapi orang yang hatinya kotor

Dalam kehidupan sosial, ada hal yang dapat merusak sendi-sendi kehidupan masyarakat, yaitu penyakit dengki. Dengki atau hasad kata Imam al-Ghazali adalah membenci kenikmatan yang diberikan Allah kepada orang lain dan ingin agar orang tersebut kehilangan kenikmatan itu.

Dengki dapat menghinggapi orang yang hatinya kotor karena orang dengki merasa lebih hebat, merasa punya posisi, dan tidak ingin kalah. Dalam pepatah Arab dikatakan, kullu dzi ni’matin mahsuudun (setiap yang mendapat kenikmatan pasti ada pendengkinya).

Allah SWT mengajarkan kepada kita untuk berlindung dari kejahatan pendengki nikmat, “Katakanlah: ‘Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai Subuh, dari kejahatan makhluk-Nya, dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki.'” (QS al- Falaq [113]: 1, 2, dan 5).

Nabi SAW bersabda, “Ada tiga hal yang menjadi akar semua dosa. Jagalah dirimu dan waspadalah terhadap ketiganya. (Salah satunya) adalah jagalah dirimu dari dengki sebab dengki telah menyebabkan salah seorang anak Adam membunuh saudaranya.” (HR Ibnu Asakir). Dalam hadis yang lain, “Hindari dengki karena dengki itu memakan (menghancurkan) kebaikan sebagaimana api memakan (membakar) kayu bakar.” (HR Abu Daud).

Penyakit dengki ini dapat menyerang siapa saja, tidak pandang bulu, dapat menyerang tokoh agama, para pemimpin, orang kaya, orang miskin, orang yang bergelar dan bertitel, rakyat biasa, hingga pejabat negara.

Ibnu Qayyim mengatakan, pilar kekufuran itu ada empat, yaitu takabur, dengki, marah, dan syahwat. Takabur menghalangi pelakunya bersikap patuh. Dengki menyebabkan tidak mau menerima dan memberi nasihat. Marah menjadi penyebab berlaku tidak adil. Kemudian, syahwat menjadi penghalang fokus dalam beribadah.

Saking bahayanya penyakit dengki, selain dapat menghancurkan amal kebaikan, hingga kejahatan pendengki ini diparalelkan dengan kejahatan tukang sihir dan kejahatan yang biasa dilakukan pada malam hari. Oleh karena itu, kita diperintahkan untuk memohon perlindungan kepada Allah dari kejahatan para pendengki.

Ibnu Qayyim memberikan terapi untuk menangkal bahaya dengki dan pendengki. Yaitu, memohon perlindungan kepada Allah; bertakwa kepada-Nya; bersabar menghadapi pendengki; bertawakal kepada Allah dengan menyerahkan segala persoalan, termasuk perbuatan pendengki; mengosongkan hati dan pikiran dari sifat dengki.

Lalu, selalu menerima ketetapan Allah dengan ikhlas; bertobat kepada- Nya dari segala dosa; memperbanyak sedekah dan berbuat baik semaksimal mungkin; memadamkan api dengki dengan berbuat baik kepada sang pendengki; dan memurnikan tauhid dengan selalu meyakini bahwa yang dapat mendatangkan manfaat dan bahaya hanyalah Allah SWT.

Semoga Allah menjauhkan dan melindungi kita dari penyakit dengki dan para pendengki serta menjadikan kita untuk selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh-Nya. Amin.

Oleh: Imam Nur Suharno

 

REPUBLIKA