Permintaan Nabi Idris dan Jawaban Izrail

Kisah yang tertuang dalam buku Kisah 25 Kisah Para Nabi ini, merupakan salah satu penjabaran dari tafsir surah Maryam ayat ke-56 dan 57, tentang keteladanan Nabi Idris dan cerita sarat makna yang terjadi dengan Izrail, malaikat pencabut nyawa.

“Dan ceritakanlah (Hai Muhammad kepada mereka, kisah) Idris yang terdapat di dalam Alquran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang nabi. Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.”

Suatu ketika Nabi Idris sedang duduk santai di suatu tempat yang tidak banyak dihuni oleh manusia.

Sambil mata terpejam dalam ketenangannya, bibir Nabi Idris terus bergerak-gerak mengagungkan nama Allah, sebagai pencipta alam semesta berikut semua isi dan bagaimana keadaan dunia.

Tiba-tiba malaikat datang dan mengucapkan salam. Salam wahai Nabi Allah Idris, saya Malaikat Izrail, kata Sang Malaikat kepada Nabi Idris.

Lalu, Nabi Idris membalas salam Malaikat Izrail dan langsung melemparkan pertanyaan kepada Malaikat Izrail.

“Hai Izrail, Engkau datang ini untuk mencabut nyawa atau untuk berziarah?” tanya Nabi Idris.

Aku datang untuk menziarah dengan izin Allah, kata Izrail dan langsung mendekat kepada Nabi Idris yang masih duduk dengan mata terpejam.

Mulut Nabi Idris terus berzikir kepada Allah. Seperti itulah yang dilakukan para nabi jika dalam keadaan tenang, mulut dan hatinya terjaga selalu mengingat Allah.

Setelah beberapa saat mata Nabi terbuka, posisi duduknya pun mulai berubah.

Ia mengajak Malaikat Izrail mengelilingi kediamannya untuk menyampaikan ihwal keperluannya kepada Malaikat Izrail.
Hai Malaikat Izrail, saya ada keperluan dan kepentingan kepadamu. Apakah Engkau bersedia membantuku, kata Nabi Idris.

Kepentingan apa itu?” kata Malaikat Izrail.

Kepentingan denganmu, yaitu supaya Engkau mencabut nyawaku dan kemudian Allah menghidupkan kembali sehingga aku dapat beribadah kepada Allah setelah aku merasakan sakaratul maut, katanya.

Mendengar permintaan Nabi Idris, Malaikat Izrail sedikit kaget. Dengan berat hati, ia mesti menolak. Pemintaannya itu  tidak dapat dipenuhi, meski Sang Nabi merupakan kekasih Allah yang diutus ke bumi.

Sesungguhnya aku tidak akan mencabut nyawa seseorang melainkan mendapat izin Allah.

Setelah itu, tidak lama Allah memberi wahyu kepada Izrail agar mencabut nyawa Nabi Idris. Seketika itu Malaikat Izrail mencabut nyawa Nabi Idris.

Setelah Nabi Idris tidak bernyawa, Izrail menangis atas kematiannya sambil memohon kepada Allah agar menghidupkan kembali Nabi Idris.

Kemudian, Allah mengabulkan permohonan Izrail, Nabi Idris hidup kembali dan mereka berdua kembali berdialog.
Tentu Izrail yang bertanya lebih dulu kepada Nabi Idris, setelah ia dihidupkan kembali dari kematian.

Hai saudaraku, bagaimana rasanya sakaratul maut itu? Tanya Izrail. Sesungguhnya rasa sakaratul maut itu saya umpamakan binatang yang hidup itu dilapah kulitnya (dibuang kulitnya semasa hidup-hidup), dan begitulah rasanya sakaratul maut bahkan lebih seribu kali sakit, katanya.

Izrail menegaskan kepada Nabi Idris, padahal sesungguhnya ia mencabut nyawa para nabi dengan lemah lembut.
Tidak seperti mahkluk lainnya yang merasakan rasa sakit yang begitu dahsyat. Secara halus dan berhati-hati aku mencabut nyawa yang seperti itu, katanya

Setelah itu, Nabi Idris menyampaikan kembali permintaannya kepada malaikat Izrail.

Hai malaikat maut, saya ada keinginan lagi dengan Engkau, yaitu saya ingin melihat Neraka Jahanam sehingga saya boleh beribadah kepada Allah, dengan bersungguh-sungguh setelah melihat belenggu, rantai-rantai, dan kalajengking yang menyengat orang-orang di Neraka Jahanam, katanya,

Malaikat Izrail pun kembali menolak permintaan Nabi Idris. Permintaannya itu bukan kewenangannya.

Untuk itu, ia berkata kepada Nabi Idris yang bersikeras itu. Bagaimana saya boleh pergi ke Neraka Jahanam tanpa izin Allah, katanya
Tidak berapa lama kemudian, Allah memberi wahyu kepada Sang Malaikat Maut dengan firman:

“Pergilah Engkau ke Neraka Jahanam bersama-sama Nabi Idris.” Malaikat Maut pun pergi ke Neraka Jahanam bersama-sama Nabi Idris.

Nabi Idris melihat segala macam siksaan yang diciptakan Allah untuk mereka yang ingkar, berupa belenggu, rantai-rantai neraka, kalajengking serta ular dengan api-api yang menyala dan kayu zakum, serta air yang sangat panas untuk diminum oleh ahli neraka tersebut.

 

sumber: Republika Online