Sebab Seseorang Sulit Berkembang

SAUDARAKU, sebagai manusia kita tentu selalu berharap bisa menjadi pribadi yang lebih baik dari hari ke hari. Kita sangat ingin iman kita semakin kuat, ibadah semakin meningkat, akhlak semakin indah.

Kita pun ingin pekerjaan kita semakin baik, karir semakin cemerlang, bisnis semakin berkah. Semua ini adalah hal yang manusiawi dan memang Rasulullah Saw. mengajarkan kita untuk bisa tumbuh dan berkembang dalam kebaikan. Akan tetapi, ada beberapa hal yang bisa membuat kita mengalami kesulitan untuk berkembang. Di antaranya adalah :

Pertama, merasa puas dengan apa yang ada pada dirinya padahal sama sekali tidak memadai untuk mensikapi persoalan yang terus berubah-ubah. Dalam bahasa lain bisa disebut merasa sudah pintar, merasa sudah cerdas sehingga gengsi untuk belajar lagi, menolak nasehat apalagi memintanya, malas menambah ilmu atau sekedar bertanya kepada orang lain untuk menambah wawasan.

Bahaya dari sikap ini adalah karena sikap ini bisa termasuk kepada kesombongan. Rosululloh Saw. bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada sebesar dzarrah dari kesombongan.”Salah seorang sahabat lantas bertanya, “Sesungguhnya seseorang senang jika bajunya bagus dan sandalnya baik?” Maka beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah Dzat yang Maha Indah dan senang dengan keindahan, Al-Kibru (sombong) adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia.” (HR. Muslim)

Kedua, bergaul hanya dengan orang-orang yang kemampuannya di bawah dirinya. Sehingga ia selalu mendapat pujian, dan dia pun terjebak pada rasa senang dipuji. Kemudian, muncullah penyakit ujub di dalam hatinya, yait merasa bangga diri, merasa hebat. Rasulullah Saw. bersabda dalam sebuah hadits, “Tiga hal yang membinasakan : Kekikiran yang diperturutkan, hawa nafsu yang diumbar dan kekaguman seseorang pada dirinya sendiri.” (HR. Thabrani)

Ketiga, dengki. Seorang pendengki saat melihat prestasi orang lain, maka yang muncul dalam hatinya adalah kebencian dan kebusukan hati. Padahal setiap kali melihat prestasi orang lain, sebenarnya itu adalah pemacu motivasi dari Allah supaya kita bisa ber-fastabiqul khoirot, berkompetisi di dalam kebaikan. Rasulullah Saw. bersabda, “Jauhilah oleh kalian iri dengki, karena ia akan memakan kebaikan-kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar.” (HR. Abu Daud).

Keempat, tak punya cita-cita besar dalam hidupnya. Seseorang sangat dipengaruhi oleh cita-cita dan keinginanya dalam hidup ini. Seseorang yang bercita-cita menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain dan lingkungannya di dalam hidup yang sangat singkat ini, maka ia akan sangat termotivasi untuk memanfaatkan waktu dan kesempatan sebaik mungkin. Atau minimalnya, orang yang demikian tidak mau jatah hidup yang singkat ini hanya menjadi kesulitan bagi orang lain, ia tak ingin menjadi beban bagi orang lain. Sedangkan bagi orang yang tak punya cita-cita seperti ini, maka ia tak akan termotivasi untuk mengembangkan kualitas dirinya.

Kelima, sombong. Orang yang sombong cirinya adalah menolak kebenaran dan menganggap remeh orang lain. Orang yang sombong akan sangat sulit berkembang karena mata hatinya buta untuk melihat kekurangan dirinya sendiri. Akibatnya, ia tak punya misi untuk memperbaiki diri kemudian meningkatkannya agar lebih baik lagi. Ia merasa hebat dengan dirinya saat ini.

Keenam, kurang disiplin. Orang yang kurang disiplin biasanya hanya semangat di permulaan saja. Sedangkan pada perjalanannya ia akan mudah bosan dan malas-malasan. Sekali bertemu dengan masalah, maka ia akan berhenti atau memilih untuk menghindarinya, bukan menghadapi dan menyelesaikannya. Padahal semangat yang menggebu-gebu tak akan ada artinya jikalau tidak ada kegigihan dalam prosesnya. Seorang muslim yang baik harus memiliki keuletan dan kegigihan, pantang menyerah. Bahkan jika bisa, selalu mengupayakan agar target yang tercapai bisa melebihi perencanaan.

Ketujuh, riya atau pamer. Orang yang pamer hanya memperbaiki dirinya dengan tujuan mencari penilaian orang lain. Ia hanya akan membagus-baguskan topeng, kemasan, penampilan, namun tak peduli dengan isinya. Orang yang demikian akan rapuh, mudah rontoh saat ditiup angin yang kecil sekalipun. Ia tak memiliki semangat perjuangan, enggan berkorban, karena ia hanya peduli pada pujian yang didapatkannya.

Rasulullah Saw. bersabda, “Tidak akan beranjak kaki seorang hamba dari tempat berdirinya di hadapan Allah pada hari kiamat sebelum dia ditanya tentang empat perkara, yaitu tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang ilmu bagaimana diamalkan, tentang harta bagaimana cara memperoleh dan kemana dibelanjakan, dan yang terakhir yaitu tentang jasmani untuk apa dipergunakan.” (HR. Thabrani)

Semoga kita termasuk hamba-hamba Allah Swt. yang senantiasa mujahadah mengembangkan diri dan menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain dan lingkungan kita. Aamiin yaa Robbal aalamiin. [*]

Oleh KH Abdullah Gymnastiar

INILAH MOZAIK