Serba-serbi Haji (22): Mat Kelor Menjadi Robot

MAT Kelor dan isteri memang berjiwa sosial sekali. Tadi pagi adalah hari terakhir baginya di tanah suci. Sejak pagi saya tak melihat ujung hidungnya. Ternyata dia dan isterinya keliling toko dan pasar untuk menambah oleh-oleh. Padahal sudah ada beberapa kardus yang dikirimkannya via cargo.

“Wajah sanak kerabat dan tetangga hadir semua dalam bayangan saya. Tak nyaman hati ini jika tak berbagi oleh-oleh sementara setiap malam mereka mengaji dan berdoa mendoakan saya,” katanya beralasan.

Iya, benar. Tradisi di Madura memang unik. Orang naik haji itu memerlukan biaya relatif besar: selamatan keberangkatan haji, selamatan tiap malam selama berada di tanah suci, dan selamatan pulang haji. Bisa-bisa, tiga selamatan itu menghabiskan sapi satu kandang bahkan lebih. Karena itulah maka haji di Madura punya makna dan nilai yang mungkin saja berbeda dengan daerah lain. Bukan masalah relijiusitas semata, namun memiliki makna sosial dan kultural. Butuh satu semester untuk membahas “the socio-anthropological aspects of pilgrimage” masyarakat Madura.

Benar saja. Setibanya di bandara, Mat Kelor kebingungan mengatur bagasi yang overload, kelebihan timbangan. Berat timbangan barang dan timbangan badan memang menjadi isu sensitif di akhir prosesi haji. Tiap jamaah hanya dibatasi 2 koper bagasi masing-masing 23 kg untuk kelas ekonomi dan 30 kg untuk kelas bisnis. Mat Kelor agak galau dan mundur dari antrian untuk mengatur isi bagasinya.

Lalu, istri Mat Kelor maju ke counter untuk membawa dan menimbang kembali koper-koper itu. Alhamdulillah lolos, hanya lebih setengah kilo. Dia ditoleransi petugas. Namun, Mat Kelor tak tampak, diduga sedang berada dalam toilet. Menjelang antri imigrasi Mat Kelor menampakkan diri dengan tampilan aneh.

Dia tampak sangat gemuk dan sulit berjalan. Persis seperti robot. Setelah diamati, ternyata dia memakai baju 5 lapis dan celana dua lapis. Semua jamaah tertawa. Ketika ditanya mengapa, dia berkata: “Baju ini kukeluarkan dari koper yang kelebihan berat tadi. Mau dibuang sayang, ada barakah Mekah Madinah di baju dan celana ini. Aku pakai saja.” Diapun melangkah pelan-pelan. Semua mata memandang padanya. Mat Kelor semakin terkenal.

INILAH MOZAIK