Tabiat Menuju Jalan Dakwah

Tabiat Menuju Jalan Dakwah

Tidak sedikit pejuang dakwah tumbang di tengah jalan karena tidak sabar dengan beratnya ujian selama perjalanan

TABIAT menuju jalan dakwah dan kebaikanbiasanya hahrus dilalui dengan ujian dan cobaan. Tidak sedikit para pejuang kebaikan tumbang di tengah jalan karena tidak sabar dengan beratnya selama perjalanan.

Bahkan tipuan menuju jalan ini ketika seseorang dipenuhi dengan limpahan nikmat harta, keluarga, pengikut sehingga hal ini bisa membuat mereka menjadi terlena, malas untuk bergerak dalam kebaikan,  menjadikannya banyak berjatuhan di tengah perjalanan ini.

Ujian ini pernah dirasakan oleh Rasulullah ﷺ sendiri. Ketika itu, salah satunya pamannya Abu Thalib menyuruhnya untuk berhenti berdakwah tetapi Rasulullah menolaknya.

Ada juga masa ketika Rasulullah ﷺ  ditawari kemewahan duniawi, namun beliau menolaknya dan memilih untuk tetap tinggal dengan sederhana.

Bagi orang-orang yang bersabar atas hal ini, mereka akan bertemu surga yang indah dan tak pernah ada dalam bayangan manusia. Disebutkan dalam hadits, dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu bahwasanya Rasulullah ﷺ  bersabda,

حُفَّتِ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ وَحُفَّتِ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ

“Surga itu diliputi perkara-perkara yang dibenci (oleh jiwa) dan neraka itu diliputi perkara-perkara yang disukai syahwat.”(HR: Muslim)

Dalam perjalanan ini Rasulullah ﷺ  juga merasakan berbagai penghinaan dan berbagai penyiksaan yang dilalui oleh kaum mu’minin. Kemudian Allah menjelaskan tabiat menuju jalan kebaikan ini dalam beberapa ayat di Al Quran (2:214,3:142,9:16,29:2-3).

Di ujung jalan ini Rasulullah ﷺ  ditunjukkan sendiri oleh Allah dengan cara menyaksikan kesudahan orang-orang yang menolak cahaya Islam. Mereka disiksa dan dimasukkan ke dalam neraka jahannam sebagai tempat tinggal terburuk.

Rasulullah ﷺ  memberitakan kepada kaum Mu’minin agar mereka lega dengan mengetahui kesudahan musuh-musuhnya. Selain itu, Rasulullah ﷺ  menemukan sisi lain tabiat jalan kebaikan ini adalah jalan kemenangan dan kekuasaan.

Macam tabiat jalan lebaikan

Sayyid Quthb menyimpulkan bentuk-bentuk ujian menuju jalan dakwah dan kebaikan. Di antaranya adalah:

  1. Penganiyaan dari kebatilan dan para pelaku kebatilan,kemudian dia tidak mendapatkan penolong yang membela dan mendukungnya.
  2. Fitnah yang menimpa keluarga dan orang-orang yang dicintai lantaran dirinya,sementara itu dia tidak mampu membela mereka,padahal mereka memintanya berdamai dan menyerah demi cinta dan keselamatan keluarga.
  1. Pemihakan dunia kepada orang-orang yang menolak kebenaran dan anggapan manusia bahwa mereka adalah orang-orang yang sukses sehingga mendapatkan perhatian masyarakat.Sementara itu,orang yang beriman terabaikan dan tak seorang pun mau membelanya.
  2. Keasingan di tengah lingkungan karena akidah,sehingga bilai ia memandang orang dan masyarakat sekitarnya,terlihatlah mereka sedang tenggelam dalam lembah kesesatan.
  3. Ia mendapati bangsa-bangsa dan negara-negara di dunia ini tenggelam dalam kenistaan,tetapi mereka maju dan berperadaban modern,bahkan memiliki kekuatan dan kekayaan yang digunakan untuk memusuhi Allah dan agama-Nya.
  4. Fitnah popularitas dan daya tarik kehidupan dunia.Ini merupakan bencana besar karena justru mendapatkan dukungan fitrah  dan tabiat kemanusiaannya.
  5. Fitnah lambatnya kemenangan dan panjangnya perjalanan.
  6. Fitnah kebanggaan diri dan penyandaran segala sesuatu kepada dirinya setelah tercapai kemenangan.

Allah menyampaikan dalam firman Nya;

كُلُّ نَفۡسٍ ذَآٮِٕقَةُ الۡمَوۡتِ‌ؕ وَنَبۡلُوۡكُمۡ بِالشَّرِّ وَالۡخَيۡرِ فِتۡنَةً‌  ؕ وَاِلَيۡنَا تُرۡجَعُوۡنَ

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.Kami akan menguji dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan.Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (QS: Al-Anbiya:35).

Dalam surat lain, Allah berfiman;

أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللَّهِ أَلَا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: ‘Bilakah datangnya pertolongan Allah?’ Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.”  (QS. Al-Baqarah: 214).

Rasulullah ﷺ sendiri pernah memperingatkan hari hari penu fitnah. Beliau ibarakatnya seperti anyaman tikar yang mendatangi hati.

تُعْرَضُ الْفِتَنُ عَلَى الْقُلُوبِ كَالْحَصِيرِ عُودًا عُودًا

“Fitnah-fitnah akan mendatangi hati bagaikan anyaman tikar yang tersusun seutas demi seutas.” (HR: Muslim)

Bentuk-bentuk fitnah ini akan selalu dihadapi oleh seorang mu’min yang berada di jalan ini. Bagi yang berhasil adalah yang mampu melintasinya sementara dia tetap berada di jalan ini.

Tujuan tabiat jalan dakwah

Tujuan utama dari tabiat jalan ini adalah menjadi penyaring mana orang-orang yang benar-benar pantas berada di dalam jalan perjuangan ini dan mana yang tidak.Membentuk manusia baik melalui perbuatannya agar pergerakan manusia diatas muka bumi ini menjadi baik.

Kita bisa mengambil hikmah dari kisah perjalanan tentara Thalut ketika menaklukan tentara Jalut. Thalut menguji kaumnya tidak hanya sekali saja tetapi berkali-kali agar mendapatkan tambang yang diinginkannya.

Hal ini bisa diambil pelajaran ketika seorang pemimpin akan memberikan tugas kepada bawahannya maka harus diuji terlebih dahulu dengan situasi serupa agar lebih terlihat mana yang benar-benar bersungguh-sungguh dalam jalan ini.

Ada kisah pada zaman Nabi Adam ‘Alaihissalam ketika ada pertumpahan darah pertama kalinya dalam sejarah. Yakni pertengkaran antara dua bersaudara; Habil dan Qabil.

Nafsu telah menguasai diri Qabil untuk membunuh saudaranya sendiri. Begitupun dengan kisah Ashhabul ukhdud yang seluruh orang beriman di negeri itu dimusnahkan oleh seorang raja yang mengaku sebagai Tuhan dengan cara dibakar di dalam parit berisikan kobaran api yang besar.

Begitulah tabiatnya, ketika kaum terdahulu telah merasakan berbagai siksaan ketika mengatakan beriman kepada Alllah. Apalagi di zaman ini.

Masa kenabian

Begitu banyak contoh di zaman kenabian. Kita lihat Rasulullah ﷺ yang telah melewati berbagai macam cacian,hinaan,siksaan dari orang-orang yang tidak mau beriman kepada Allah SWT.

Ketika Rasulullah ﷺ  berdakwah kepada masyarakat di Kota Thaif, beliau dilempari batu penduduk kota, namun balasan yang beliau berikan adalah doa kebaikan untuk penduduk kota tersebut. Padahal Baginda Nabi adalah orang paling suci di muka bumi, namun masih ada orang yang berani menaruh kotoran unta di kepala beliau ketika shalat.

Juga ada orang yang berani mencekik leher beliau ketika sedang shalat di hadapan Ka’bah. Namun demikian, Baginda Nabi senantiasa bersabar dan berdoa kepada Allah untuk kebaikan orang-orang yang menolak ajaran beliau agar mendapatkan hidayah dari Allah SWT.

Begitu banyak juga godaan yang telah diterima oleh Rasulullah ﷺ  dari kaum kafir agar beliau keluar dari Islam, agar Nabi berhenti berdakwah sehingga turunlah Surat Al-Kafirun. Dalam surat itu disebutkan, mereka membujuk Rasulullah ﷺ  untuk menjalankan ajaran menyembah berhala selama satu tahun setelah itu mereka akan beriman kepada Allah SWT dan menghancurkan berhala yang mereka sembah.

Namun Allah langsung memberi peringatan dengan turunnya Al-Isra’ ayat 73. Tidak hanya kepada Rasulullah ﷺ, gangguan-gangguan juga dirasakan oleh para sahabat Nabi.

Mengingatkan sebagian yang sudah dan sedang terjadi

Berbagai penyiksaan dan penindasan terhadap kaum muslim terus saja terjadi di berbagai belahan bumi hingga hari ini. Penganiayaan terhadap Muslim masih terjadi di Palestina, Suriah,Uighur, Rohingya dan yang terakhir di India.

Tabiat jalan dakwah dan jalan kebaikan akan selalu berat dirasakan setiap manusia. Maka adalah sunnatullah ketika banyak orang berguguran di dalam jalan ini, kecuali mereka yang sabar dan istiqomah, lallahu a’lam.*/ Hajar Karimah

HIDAYATULLAH