Akhlaq Muslim terhadap Al-Quran

BENARKAH klaim para orientalis bahwa Al Quran bukan firman Allah SWT atau copy paste kitab suci agama lain? Untuk menjawabnya perlu terlebih dahulu diketahui realitas terkait Al Quran yang tak satupun orang dapat mengingkarinya. Yaitu Al Quran berbahasa arab, dibawa oleh Muhammad ﷺ dan saat diturunkan 1450-an tahun lalu kondisi transportasi dan komunikasi amatlah sederhana dan terbatas. Yang paling canggih hanyalah unta/ kuda dan pena.

Puncak keemasaan sya’ir arab terjadi saat masa Al Quran diturunkan, dan pakar sya’irnya pun secara massif unjuk kemampuan. Walaupun begitu, tak satupun dari mereka yang mampu memenuhi tantangan Al Quran untuk membuat surat dan ayat semisalnya.

Tantangan ini termaktub dalam Al Quran surat Huud ayat 13-14, Yunus ayat 38 dan Al Baqarah ayat 23. Ini menunjukkan bahwa Al Quran bukanlah buatan pakar syair arab apatah lagi orang arab yang awam sya’ir.

Al Quran juga jelas bukan buatan Muhammad ﷺ. Karena terdapat perbedaan jauh antara gaya bahasa Al Quran dan hadits.

Pun diketahui Muhammad ﷺ seorang ummi yang tak pandai baca dan tulis. Apalagi jika menilik lebih mendalam isi kandungan Al Quran yang begitu memukau. Al Quran mampu mengungkap fenomena alam dan sosial yang baru bisa dibuktikan kebenarannya dengan kemajuan sains dan teknologi hari ini. Jadi, secara qath’i (pasti), Al Quran dapat dibuktikan secara rasional adalah kalamullah (firman Allah SWT).

BACA JUGA: Inilah Luqman Al-Hakim, Lelaki yang Diceritakan dalam Al-Quran

Bagi muslim, apakah hanya cukup mengimani Al Quran sebagai kalamullah? Tentu saja tidak. Terdapat akhlaq-akhlaq yang harus dilakukan muslim terhadap Al Quran, sebagai bentuk kecintaan pada Allah SWT.

Akhlaq Muslim terhadap Al-Quran yang Pertama, membaca Al Quran.

Bagi orang yang bertaqwa adalah kehormatan dan kemuliaan bagi lisannya dapat melantunkan kalam pemilik alam semesta beserta isinya. Ayat-ayatNya selalu mencerdaskan akalnya dan menggetarkan jiwanya.

Tak ada rasa bosan. Karena kesadaran dirinya bahwa kalamullah adalah petunjuk dan pelajaran amat berharga dari Allah SWT.

Kesadaran dirinya bahwa bertaburan keutamaan saat lisannya melantunkan ayat-ayat cintaNya. Sehingga membaca kalamullah bukan hanya kerutinan tapi juga kebutuhan bahkan kenikmatan. Rasulullah SAW bersabda :

مَنْ قَرَأ حَرْفاً مِنْ كِتاب الله فَلَهُ حَسَنَة، والحَسَنَة بِعَشْرِ أمْثَالِها، لا أقول: ألم حَرفٌ، ولكِنْ: ألِفٌ حَرْفٌ، ولاَمٌ حَرْفٌ، ومِيمٌ حَرْفٌ

Artinya : Siapa yang membaca satu huruf dari Kitab Allah (Al-Qur`ān) maka baginya satu pahala kebaikan, dan satu pahala kebaikan akan dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat, aku tidak mengatakan bahwa alif lām mīm itu satu huruf, akan tetapi alif satu huruf, lām satu huruf, dan mīm satu huruf (HR. Tirmidzi).

اقْرَءُوا الْقُرْآنَ، فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِهِ

Artinya : Bacalah al-Qur’an karena ia akan memberikan syafaat kepada para “sahabatnya (HR. Muslim)

الذي يقرَأُ القرآنَ وهو مَاهِرٌ به مع السَّفَرَةِ الكِرَامِ البَرَرَةِ، والذي يقرَأُ القرآنَ ويَتَتَعْتَعُ فيه وهو عليه شَاقٌ لَهُ أجْرَانِ

Artinya : Orang yang membaca Al-Qur`ān dan ia mahir membacanya, maka ia bersama para malaikat yang mulia dan berbakti. Sedangkan orang yang membaca Al-Qur`ān dengan terbata-bata dan merasa kesulitan dalam membacanya, maka baginya dua pahala (HR. Bukhari Muslim).

Akhlaq Muslim terhadap Al-Quran yang Kedua, menghapal Al Quran.

Muslim yang menikmati lantunan ayat-ayatNya, terinstal juga dalam benaknya untuk menghapal Al Quran.

Apalagi keutamaan melekatkan ayat-ayatNya dalam akal dan qalbunya semakin menyemangati dirinya. Rasulullah ﷺ bersabda :

اقرؤوا القرآن فإن الله تعالى لا يعذب قلبا وعى القرآن وإن هذا القرآن مأدبة الله فمن دخل فيه فهو آمن ومن أحب القرآن فليبشر

Artinya : Bacalah Alquran karena Allah tidak akan menyiksa hati yang berisi Alquran. Dan sesungguhnya Alquran ini adalah jamuan Allah, maka siapa yang masuk di dalamnya, dia pun aman. Dan siapa mencintai Alquran, maka berilah kabar gembira kepadanya Imam (HR. Al-Darimi).

BACA JUGA:  7 Lapis Langit dan Sabuk Van Allen Menurut Al-Quran

Allah memberikan keistimewaan bagi penghapal kalamNya. Bahwa terjatuhnya manusia pada khilaf dan dosa adalah keniscayaan, tapi Allah berjanji tak akan menyiksa qalbu muslim yang berisi hafalan al Quran yang menjadi penuntun hidupnya.

Akhlaq Muslim terhadap Al-Quran yang Ketiga, memahami Al Quran.

Tak kenyang hanya dengan membaca dan menghapal, pecintaNya juga akan berusaha memahami (tadabbur) Al Quran. Memahami dengan mempelajarinya baik dari sisi bacaan, kaidah bahasa maupun makna/tafsirnya.

Apalagi keutamaan mempelajari Al Quran, akan semakin memotivasi dirinya selalu semangat tadabbur Al Quran. Rasulullah ﷺ bersabda :

وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللهِ، يَتْلُونَ كِتَابَ اللهِ، وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ، إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمِ السَّكِينَةُ، وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ، وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ

Artinya : Tidaklah sekelompok orang berkumpul di dalam satu rumah di antara rumah-rumah Allah, mereka membaca kitab Allah dan saling belajar di antara mereka, kecuali ketenangan turun kepada mereka, rahmat meliputi mereka, malaikat mengelilingi mereka, dan Allah menyebut-nyebut mereka di kalangan (para malaikat) di hadapanNya (HR. Muslim).

خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ اْلقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ

Artinya : Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur`an dan mengajarkannya (HR.Bukhari).

Akhlaq Muslim terhadap Al-Quran Keempat, mengamalkan Al Quran.

Dengan tadabbur Al Quran, muslim akan semakin ma’rifat pada Allah. Sehingga akan menuntun dirinya berpegang pada perintah dan larangan yang termuat dalam Al Quran. Baginya mengamalkan Al Quran adalah bukti imannya dan lisensi keselamatan dunia akhiratnya.

Tak rela dirinya digelari seperti keledai oleh Rabbnya atau dikumpulkan di yaumul qiyamah dalam keadaan buta akibat lalai dalam mengamalkan Al Quran. Karena itu merupakan kehinaan dunia dan akhiratnya. Allah SWT berfirman :

مَثَلُ الَّذِيْنَ حُمِّلُوا التَّوْرٰىةَ ثُمَّ لَمْ يَحْمِلُوْهَا كَمَثَلِ الْحِمَارِ يَحْمِلُ اَسْفَارًاۗ بِئْسَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِ اللّٰهِ ۗوَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَ

Artinya : Perumpamaan orang-orang yang diberi tugas membawa Taurat, kemudian mereka tidak membawanya (tidak mengamalkannya) adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Sangat buruk perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim (QS. Al Jumu’ah ayat 5).

وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِى فَإِنَّ لَهُۥ مَعِيشَةًۭ ضَنكًا وَنَحْشُرُهُۥ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ أَعْمَىٰ (124) قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِىٓ أَعْمَىٰ وَقَدْ كُنتُ بَصِيرًا (125) قَالَ كَذَٰلِكَ أَتَتْكَ ءَايَٰتُنَا فَنَسِيتَهَا ۖ وَكَذَٰلِكَ ٱلْيَوْمَ تُنسَىٰ (126)ء

Artinya : Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta. Dia berkata, “Ya Tuhanku, mengapa Engkau kumpulkan aku dalam keadaan buta, padahal dahulu aku dapat melihat?”. Dia (Allah) berfirman, “Demikianlah, dahulu telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, dan kamu mengabaikannya, jadi begitu (pula) pada hari ini kamu diabaikan.” (QS. Thaha ayat 124-126).

Akhlaq Muslim terhadap Al-Quran yang Kelima, mengajarkan Al Quran.

Amalan terbaik yang perlu menjadi target bagi pecinta kalamullah adalah mengajarkan bacaan dan makna-makna yang terkandung di dalamnya.

Tak cukup menjadikannya sebagai ilmu bermanfaat untuk amal jariyah, tapi sebagai pengabdiannya pada Allah. Karena ikhtiar dirinya menjaga dengan sebaik-baiknya kalamullah dan diin Islam. Rasulullah ﷺ bersabda :

من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه

Artinya : Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya (HR. Muslim).

Allah SWT berfirman :

كُوۡنُوۡا عِبَادًا لِّىۡ مِنۡ دُوۡنِ اللّٰهِ وَلٰـكِنۡ كُوۡنُوۡا رَبَّانِيّٖنَ بِمَا كُنۡتُمۡ تُعَلِّمُوۡنَ الۡكِتٰبَ وَبِمَا كُنۡتُمۡ تَدۡرُسُوۡنَۙ‏

Artinya : Jadilah kamu penyembahku, bukan penyembah Allah,” tetapi (dia berkata), “Jadilah kamu pengabdi-pengabdi Allah, karena kamu mengajarkan kitab dan karena kamu mempelajarinya!” (QS: Ali Imran:79).

Wallahu a’lam bish-shawabi. []

Oleh: Desti Ritdamaya, Praktisi Pendidikan
mabdagabek000@gmail.com

ISLAMPOS