Menjernihkan Pikiran Manusia

Ciptaan Allah juga berfungsi untuk menjernihkan pikiran manusia. Memandangi dan menikmati ciptaan Allah terasa lebih menenangkan hati bila dibandingkan karya manusia.

Al-Ghazali mencontohkan singgasana raja yang mewah dan terbuat dari perhiasan mahal. Seseorang yang memandangi singgasana itu akan terpesona.

Namun, jika memandangi hal itu berkalikali, tentu akan membosankan. Orang akan mengalihkan pandangannya ke hal lain.

Bedakan dengan memandangi ciptaan Allah berupa langit. Ketika memandangi langit, seseorang akan merenungkan kekua saan Allah yang melampaui batas manusia. Dia melihat awan berarak di langit biru. Belum lagi mentari yang begitu cerah me nyinari bumi. Makhluk apa yang mampu menciptakan itu semua? Tidak ada. Itu ada lah karya Sang Pencipta yang tak tertandingi.

Memandangi langit membuat manusia menyadari dirinya sangat kecil bila dibandingkan ciptaan lainnya. Langit sangat tinggi sehingga tidak mungkin siapa pun mampu menjangkaunya tanpa bantuan makhluk lain.

Meskipun langit begitu besar, ternyata itu belum seberapa bila dibanding dengan ukur an makhluk Allah lainnya. Al-Ghazali mencontohkan, malaikat Israfil yang meniup sangkakala, kakinya menancap ke permukaan bumi yang paling bawah. Badannya sangat besar dan tinggi.

Ukuran itu pun masih kalah dengan arasy atau singgasana Allah yang jauh lebih besar lagi. Gambaran itu menunjukkan ukuran manusia tidak ada apa-apanya. Sangat tidak layak manusia bersombong, meng anggap dirinya besar. Sikap tersebut ha nya la yak dimiliki Sang Pencipta yang bergelar al-Mutakabbir.

Merenungkan ciptaan Allah merupakan jalan menuju penghayatan akan kebesaran Sang Pencipta. Hal itu membuat siapa pun merasa dekat dengan-Nya. Al- Gha zali menjelaskan, barang siapa melihat kerajaan langit dan bumi dengan akal dan pikirannya, niscaya ia akan mengenal Tuhan dan mengagungkannya.

Hujjatul Islam menyadari, ada saja orang yang meragukan, bahkan menafikan kehadiran Allah, tapi hal itu tidak akan terjadi bila seseorang terus menghayati hikmah penciptaan makhluk Allah. Ketika selalu menghayati hikmah itu, hati akan sampai kepada kesimpulan bahwa Allah Mahabesar dan Mahabenar dengan segala firman-Nya.

Setiap makhluk hidup ada dalam ber bagai tingkatan berbeda. Semuanya ber gantung pada cahaya akal dan hidayah. De ngan membaca dan memahami Alquran ser ta ketundukan kepada Allah, seseorang akan semakin mengenal dan meyakini Allah.

 

REPUBLIKA

Al Hikmah Fi Makhluqatillah Menghayati Keagungan Ilahi

Alam menyatukan semua makhluk. Mereka bercengkerama, berinteraksi, dengan memanfaatkan apa yang ada di dalamnya. Meski ada banyak makhluk berbeda, mereka tetap ada dalam kesatuan. Semuanya menggambarkan kehidupan yang tidak berjalan otomatis. Ada yang menggerakkan mereka, yaitu Allah.

Alam seperti rumah yang kokoh. Di dalamnya terdapat segala hal yang dibutuhkan. Langit menjulang tinggi seperti atap. Bumi terbentang layaknya karpet. Bintang ber kelap-kelip bagaikan lampu. Ada banyak ciptaan di dunia ini.

Saking banyaknya, manusia kesulitan untuk menghitung ciptaan Allah satu per satu. Jangankan menghitung semuanya, sekiranya semua makhluk bersatu untuk mendalami hikmah di balik penciptaan satu makhluk saja, sungguh mereka tidak akan mampu.

Itulah tulisan Hujjatul Islam al-Ghazali dalam bukunya al-Hikmah fi Makhluqatillah yang menggambarkan betapa hebatnya ciptaan Allah. Buku yang berarti hikmah penciptaan Allah itu disajikan dalam narasi reflektif yang mengha nyutkan pembacanya kedalam alam pencip taan.

Ketika membaca bab hikmah tentang penciptaan ikan, misalkan, al-Ghazali meng arahkan pembacanya untuk mengamati keindahan ikan-ikan yang berenang di lautan luas. Pembaca seakan diajak menyelam ke dalam laut untuk menyaksikan dengan sendirinya bagaimana ikan-ikan itu berkembang biak, seperti apa rupanya, dan ada makhluk apa saja selain ikan yang hi dup di dalam laut.

Ikan memiliki sirip dan ekor yang bergoyang-goyang sehingga membuatnya dapat berenang. Makhluk itu dapat berkembang biak dengan cepat. Hanya dengan sekali kehamilan, ikan dapat melahirkan banyak anak yang tidak memerlukan pengasuhan karena anak-anak itu dapat langsung hidup dengan sendirinya. Apa hikmah di balik itu?

Menurut Hujjatul Islam, jumlah mereka akan selalu banyak karena satu dan lainnya saling memakan. Selain itu, manusia dan hewan di darat juga menyukai daging ikan.

Itu baru satu. Masih ada 14 hikmah lain nya yang kaya dengan penjelasan tentang ciptaan Allah. Siapa pun yang membacanya akan berpikir bahwa ciptaan tersebut tidak mungkin hadir begitu saja. Ada yang mendesainnya dengan sangat apik sehingga hidup dan berkaitan dengan makhluk lainnya.

 

REPUBLIKA