Bekal Menerjemahkan Bahasa Arab (Bag. 1)

Bismillah wal-hamdulillah wash-shalatu was-salamu ‘ala Rasulillah. Amma ba’du,

Ilmu terjemah bahasa Arab itu multifungsi

Ilmu terjemah bahasa Arab itu sangat luas kegunaannya. Ilmu tersebut dibutuhkan bukan hanya oleh orang yang  berprofesi penerjemah, namun juga setiap pembaca teks bahasa Arab. Yang ingin tahu artinya, pastilah ada proses menerjemah di dalam hatinya. Mulai dari dai, penulis, editor, praktisi, akademisi, bahkan setiap pembaca Al-Qur’an dan hadis yang ingin tahu makna keduanya, tentulah mereka membutuhkan ilmu terjemah ini sesuai dengan kadar aktifitasnya tersebut.

Oleh karena itu, dalam rangka mensyukuri nikmat Allah Ta’ala, penulis ingin berbagi bekal sederhana dalam menerjemah. Semoga Allah Ta’ala menjadikan artikel sederhana ini bermanfaat luas bagi berbagai lapisan masyarakat kaum muslimin.

Bekal menerjemah tersebut terbagi menjadi tiga poin:

Pertama: Padanan istilah tata bahasa dalam dua bahasa (dalam pembagian kata maupun struktur kalimat)

Kedua: Kesalahan dalam menerjemahkan

Ketiga: Bagan penting yang diperlukan dalam menerjemah

Padanan istilah tata bahasa dalam dua bahasa

Menerjemahkan berarti mengungkapkan makna dari bahasa sumber (Arab) ke dalam bahasa sasaran (Indonesia). Oleh karena itu, seorang penerjemah perlu menguasai kedua bahasa tersebut, yaitu: bahasa sumber maupun bahasa sasaran.

Sedangkan masing-masing dari kedua bahasa tersebut memiliki karakteristik yang berbeda, sehingga dalam menerjemahkan, perlu pengadaptasian dari karakteristik bahasa Arab kepada karakteristik bahasa Indonesia.

Untuk bisa mengadaptasikan karakteristik sebuah bahasa kepada bahasa lain dengan baik, seorang penerjemah perlu memahami padanan istilah tata bahasa dari kedua bahasa tersebut.

Padanan istilah tata bahasa setidaknya mencakup dua poin:

Pertama: Padanan istilah dalam pembagian kata

Kedua: Padanan istilah dalam struktur kalimat

Padanan istilah dalam pembagian kata

Dalam ilmu Nahwu, Al-Kalimah (kata) terbagi menjadi tiga macam: harfun, ismun, dan fi’lun.

Harfun

Harfun (huruf bermakna):

الحرف هو كلمة لا يفهم معناها إلا مع غيرها

Huruf adalah kata yang tidak bisa dipahami maknanya, kecuali (disertai) dengan selainnya.”

Mengapa huruf bermakna disebut sebagai “kata”?

Karena huruf dalam bahasa Arab terbagi dua, yaitu

Huruf Mabani: aksara penyusun kata, (seperti: alif, ba’, ta’, dst.). Inilah yang di dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah “huruf”, yaitu tanda aksara sebagai anggota dari abjad (a, b, c, dst.).

Huruf Ma’ani (huruf inilah yang dibahas dalam Nahwu): alat bahasa penghubung antar kata dalam sebuah kalimat.

Contoh:

Pertama: Masuk ke isim: huruf jar/preposisi (kata depan), dan lain-lain.

Kedua: Masuk ke fi’il: huruf nashab, huruf jazm, dan lain-lain.

Ketiga: Masuk ke isim dan fi’il: huruf istifham, athaf, dan lain-lain.

Fi’lun

Fi’lun (kata kerja dan sebagian kata sifat):

الفعل هو كلمة دلت على معنى واقترنت بزمن

Fi’il adalah kata yang menunjukkan kepada makna dan diiringi oleh waktu.

Contoh:

Pertama: Fi’il yang merupakan kata kerja:

كتب(menulis),  ذهب(pergi), قرأ (membaca).

Kedua: Fi’il yang merupakan kata sifat:

جَمُلَ (cantik,indah), قَرُبَ (dekat), كَثُرَ (banyak).

Ismun

Ismun (kata selain harfun dan fi’lun):

الاسم هو كلمة دلت على معنى بنفسه ولم تقترن بزمن

Isim adalah kata yang menunjukkan kepada makna dengan sendirinya dan tidak diiringi oleh waktu.”

Dengan demikian, isim adalah seluruh kata selain kata kerja, kata sifat yang berbentuk fi’il dan huruf bermakna.

Contoh cakupan isim:

Pertama: kata benda (nomina/isim mashdar). Contoh : كرسي (kursi), كتاب (buku), درس (pelajaran)

Kedua: kata sifat (adjektiva/isim fa’il, isim maf’ul, sifah musyabbahah bismil fa’il, isim tafdhil, dan lain-lain). Contoh: ناشط (rajin), كسلان (malas), جمال (cantik, indah).

Ketiga: kata keterangan (adverbal/isim zaman dan makan,dll). Contoh: أمس (kemarin), غد (besok), أمام (depan), خلف (belakang).

Keempat: kata ganti (pronominal/isim dhamir), kata tanya, kata bilangan (numeralia), kata sambung (konjungsi/isim maushul dan isim syarat), dan lain-lain.

Padanan istilah dalam struktur kalimat

Struktur kalimat dalam bahasa Indonesia

Kalimat merupakan rangkaian beberapa kata yang memiliki makna/informasi di dalamnya. Tiap kalimat dibangun atas unsur-unsur kalimat, mulai dari subyek (S), predikat (P), obyek (O), dan keterangan (K), disebut struktur kalimat SPOK, dan dalam beberapa kalimat terdapat unsur tambahannya.

Contoh struktur dasar kalimat dalam bahasa Indonesia adalah:

Pertama: SP = Ali belajar.

Kedua: SPO = Utsman membeli kitab.

Ketiga: SP Pel = Ulama berbicara tegas.

Keempat: SPO Pel = Kholid membelikan adiknya mushaf baru.

Kelima: SPK = Umar belajar di masjid.

Keenam: SPOK = Ahmad memasukkan mushaf ke saku.

Ketujuh: SP Pel K = Muhammad berbelanja sendirian di toko buku.

Kedelapan: SPO Pel K = Ummi mengirimi saya uang setiap bulan.

Struktur kalimat dalam bahasa Arab

Pertama: Fi’il – fa’il

نام الطالب

Kedua: Fi’il – fa’il – maf’ul bih

قرأت القرآن

Ketiga: Fi’il – fa’il – hal

شربت الماء جالسا

Keempat: Fi’il – fa’il – tamyiz

طاب محمد بدنا

Kelima: Fi’il – fa’il – huruf jar – isim majrur

ذهبت إلى المسجد

Keenam: Fi’il – na’ibul fa’il

كتب الدرس

Ketujuh: Mubtada – khabar

الأستاذ في المسجد

Kedelapan: Inna – isim inna- khabar inna

إنكم مسئولون

Kesembilan: Kaana – isim kaana – khabar kaana

كان العلماء حاضرین

Kesepuluh: Harfun nida – munada

يا أحمد أقم الصلاة

Padanan istilah dalam dua struktur bahasa

Pertama: Subjek adalah unsur kalimat yang berfungsi sebagai inti pembicaraan yang dijelaskan oleh fungsi/unsur kalimat lainnya dan menjadi jawaban “siapa” atau “apa”. Subjek bisa berupa nomina (kata benda), frasa nomina, atau klausa.

Dengan demikian, subjek bisa berupa: fa’il, na’ibul fa’il, mubtada’, isim kana, dan isim inna.

Kedua: Predikat adalah unsur kalimat yang menjelaskan subjek secara langsung dan sebagai jawaban dari “mengapa” atau “bagaimana”.

Dengan demikian, predikat bisa berupa: khabar, khabar inna, khabar kana.

Ketiga: Objek adalah unsur kalimat yang melengkapi predikat atau yang dikenai pekerjaan pada kalimat transitif. Secara umum berupa kata benda atau yang dianggap benda.

Dengan demikian, objek berupa: maf’ul bih.

Keempat: Keterangan adalah unsur kalimat yang menerangkan berbagai hal unsur kalimat lainnya (menerangkan S/P/O/Pel) dan dapat diletakkan secara bebas dalam kalimat. Dengan demikian, keterangan bisa berupa: na’at, maf’ul ma’ah, ma’ul liajlih, taukid, idhafah, hal.

***

Penulis: Sa’id Abu Ukkasyah

© 2023 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/85213-bekal-menerjemahkan-bahasa-arab-bag-1.html

Cara Mudah Belajar Bahasa Arab tanpa Butuh Biaya Mahal

Tahukah kamu? Bahasa arab merupakan Bahasa yang di gunakan oleh 22 negara anggota UNESCO dan menjadi salah satu Bahasa resmi organisasi tersebut. Hal inilah juga yang menjadikan Bahasa arab di tetapkan sebagai bahasa internasional oleh UNESCO.

Dari data tersebut dizaman sekarang atau di era milenial ini mempelajari Bahasa arab adalah suatu kebutuhan. Bahasa di zaman sekarang bukan lagi sebagai Bahasa kuno yang hanya dipelajari oleh anak pesantren dan sekolah sekolah yang berbasis islam untuk mempelajari kitab kitab yang bertuliskan dengan berbahasa arab contohnya seperti memahami kitab kuning. Oleh karena itu, banyak dari mereka yang mengeluarkan biaya mahal untuk menguasai Bahasa asing ini terutama untuk mereka yang ingin melanjutkan Pendidikannya di luar negri.

Sebenarnya banyak cara yang sederhana dan efektif untuk meningkatkan kemampuan berbahsa arab. Berikut adalah 6 cara yang dapat meningkatkan berbahasa arab:

1. Membaca

Yang sama kita ketahui bahwa saat membaca mata akan mengenali kata sedangkan pikiran menghubungkan dengan maknanya. Maka dari itu cara pertama untuk mengasah kemampuan berbahasa arab kita adalah dengan membaca buku atau literatur yang berbahasa arab. Jika kita suka dengan mengikuti berita atau gosip seputar selebriti dikoran atau majalah, kita bisa membaca dari situs luar negri. Jika kita termasuk penggemar novel atau komik, kita bisa mencoba baca novel fiksi dan komik yang berbahasa arab. Dan kita bisa menemukan berbagai ebook yang bisa dibaca kapan saja dari internet, dengan harga murah maupun gratis dan tidak menghabiskan biaya yang besar seperti jika kita harus membeli buku berbahasa arab yang dicetak di atas kertas.

2. Mengamati.

Maksud dari mengamati disini adalah mengamati segala hal yang berhubungan dengan Bahasa arab yang ada disekitar kita. Misalnya seperti poster di jalanan atau menonton film yang pengisi suara nya dengan Bahasa arab dan dari menonton tadi kita bisa mencoba untuk mengamati dialognya tanpa terlalu sering melihat keterjemahannya. Dan kita juga bisa memperhatikan cara pengucapan, kosa kata, atau penggunaan frase tertentu dalam berbagai konteks yang diucapkan para aktor dan aktris dalam film. Jika kita termasuk orang yang suka menonton bola kita bisa mencoba untuk menonton di server arab.

3. Menulis

Setelah banyak membaca dan mengamati, pemahaman kita terhadap bahasa arab pasti akan bertambah dan meningkat. Tetapi ini masih menjadikan kita dalam pengguna Bahasa arab pasif. Untuk meningkatkan kemampuan Bahasa arab, kita bisa mencoba untuk menulis dalam Bahasa arab. Kita juga bisa melatih diri dengan menulis Kembali novel atau catatan kedalam Bahasa arab. Ini akan meningkatkan berbahasa arab dan akan menambah kosakata baru yang sebelumnya belum kita ketahui dan ini juga menjadikan kita lebih mudah mengevaluasi kesalahan tatabahasa yang kita miliki.

4. Praktik percakapan

Setelah mengikuti tiga cara tersebut kita belum sepenuhnya mahir dalam berbahasa arab tanpa ada praktik. Tatabahasa yang bagus tidak akan ada artinya jika kita tidak mempraktikannya dalam percakapan. Karena salahsatu tujuan pandai berbahasa arab adalah untuk berkomunikasi, maka kita harus belajar untuk mengkomunikasikan secara lisan dalam berbahasa arab. Kita juga bisa mempraktikan dengan teman kita atau keluarga terdekat kita dan kita harus berusaha agar percakapan yang kita sampaikan dimengerti oleh orang lain. Setelah terbiasa bercakap-cakap dalam bahasa arab, secara otomatis kita juga akan belajar untuk memperbaiki tata bahasa yang kita gunakan dalam berbicara.

5. Memanfaatkan internet dan media sosial.

Tahukah kamu? Dizaman sekarang gadget atau medsos tidak asing lagi bagi kita. Maka dari itu, ini adalah salah satu cara yang mudah untuk meningkatkan kemampuan berbahasa arab. Dengan memanfaatkan media sosial yang kita punya, kita dapat mencari teman yang berada diluar negri dan mencoba untuk memulai percakapan, dengan berinteraksi dengan mereka kita berkesempatan untuk mempunyai kosakata baru. Kita juga bisa setting media sosial dengan menggunakan Bahasa arab.

6. Buat catatan kecil

Setelah lima cara tersebut di lakukan kita juga bisa melakukan langkah terakhir untuk memaksimalkan bahasa arab yang kita miliki dengan cara membuat catatan kecil. Fungsi dari catatan kecil ini adalah jika kita menemukan kosakata baru yang tidak kita ketahui artinya. Tidak ada salahnya bukan, kalau membuat catatan kecil untuk membantu kita lebih mudah mengingat dan mempelajarinya lagi saat ada waktu. Ini bukan usaha yang sulit, atau kita tidak perlu membawa-bawa pensil dan buku ke mana-mana. Cukup catat di ponsel.

Jika kita ingin meningkatkan Bahasa arab dan tidak memakan banyak biaya kita bisa menggunakan enam cara tersebut.

KHAZANAH REPUBLIKA

Pembelajaran Bahasa Arab di Era Digital

Hai teman-teman tahukah kalian bahwa dunia Pendidikan kita mengalami kemajuan pesat pasca pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi di bidang Pendidikan. Era globalisasi pendidikan saat ini lebih menekankan pada kreativitas dan hubungan-hubungan antara manusia yang bernilai ekonomi tinggi menjadi lebih menonjol daripada intelektualitas dalam bidang matematika dan sains.

Perlu teman-teman ketahui bahwa fakta ini juga menunjukkan bahwa pendidikan itu dinamis bukan statis, mengikuti perkembangan zaman, dan peranan pendidikan untuk memajukan bangsa Indonesia terbukti dalam pembangunan ekonomi, sosial, budaya, dan politik.

Oleh karena itu, maka di era kekinian ini para guru harus mengajar dengan memanfaatkan perangkat teknologi informasi dan komunikasi dalam proses pembelajarannya. Salah satu cara yang menarik perhatian siswa adalah dengan pemanfaatan media presentasi, di samping itu juga berlimpahnya sumber belajar seharusnya membuat tugas para guru semakin mudah dalam menyampaikan bahan ajarnya.

Jika kita mengutip dari hadits atau maqolah yang berbunyi “didiklah anakmu sesuai dengan zamannya”. Pernyataan ini mengandung makna dan mengisyaratkan bahwa kita hidup dalam ruang dan waktu yang senantiasa berubah dan akan selalu berubah menyesuaikan dengan tingkat pemikiran kita.

Demikian juga halnya menjadi pendidik, dituntut untuk bisa menyesuaikan dengan perkembangan globalisasi yang terjadi dalam setiap aspek kehidupan berlangsung dengan cepat terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.

Berikut ini adalah 3 situs yang cocok digunakan dalam pembelajaran Bahasa arab untuk anak-anak:

1. http://www.alef-ba-ta.com/

Program-program dalam web ini di rancang untuk anak-anak usia 4-7 tahun, tanpa kemampuan membaca ataupun menulis. Tahap awal program ini dirancang untuk mengajarkan alfabet dalam berbagai bentuk dan metode, sedangankan untuk tahap selanjutnya dirancang untuk mengajarkan dasar-dasar membaca dan menulis, dengan kemampuan membentuk kalimat-kalimat pendek.

2. http://www.madinaharabic.com/

Situs gratis pembelajaran Bahasa arab online ini mengguankan Bahasa pengantar dengan Bahasa inggris. Sehingga akan mudah untuk dipelajari oleh orang-orang non arab. Dalam situs ini juga terdapat pembelajaran maharah qiroah, muforad aplikatif, latihan-latihan, diskusi dan data-data yang bis akita download.

3. https://arabiyatuna.com/

Pemilik web ini menamai dengan Belajar Bahasa Arab Online ini. Web ini berisi data-data yang dikupulkan dari situs-situs lain, khususnya youtube. Ada banyak video yang telah dikumpulkan yang bis akita manfaatkan dalam pembelajaran Bahasa arab. Dalam web blog ini juga sudah diklasifikasikan kategori-kategori videonya sehingga mempermudah dalam pencarian. Jadi dengan melihat isi blog ini kita semacam melihat khulashoh youtube yang memuat khusus video untuk pembelajaran bahasa arab. Bahasa pengantarnya bahasa Indonesia, jadi lebih mudah

KHAZANAH REPUBLIKA

Pelajarilah Bahasa Arab Agar Memahami Agama

Mempelajari bahasa Arab memiliki peranan penting dalam menuntut ilmu agama. Karena Al Quran, hadis, perkataan para salaf, dan kitab-kitab para ulama, semuanya dalam bahasa Arab. Allah ta’ala berfirman:

إِنَّا جَعَلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ وَإِنَّهُ فِي أُمِّ الْكِتَابِ لَدَيْنَا لَعَلِيٌّ حَكِيمٌ

“Sesungguhnya Kami menjadikan Al Quran dalam bahasa Arab supaya kamu memahami(nya). Dan sesungguhnya Al Quran itu dalam induk Al-Kitab (Lauh Mahfuzh) di sisi Kami, adalah benar-benar tinggi (nilainya) dan amat banyak mengandung hikmah” (QS. Az-Zukhruf: 3-4).

Allah ta’ala juga berfirman:

إِنَّمَا يَسَّرْنَاهُ بِلِسَانِكَ لِتُبَشِّرَ بِهِ الْمُتَّقِينَ وَتُنْذِرَ بِهِ قَوْمًا لُدًّا

“Maka sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Quran itu dengan bahasamu, agar kamu dapat memberi kabar gembira dengan Al Quran itu kepada orang-orang yang bertakwa, dan agar kamu memberi peringatan dengannya kepada kaum yang membangkang” (QS. Maryam: 97).

Dan lisan Nabi Shallallahu ’alaihi wasallam juga merupakan lisan Arab yang jelas dan mudah dipahami, bagi yang memahami bahasa Arab. Allah ta’ala berfirman:

لِسَانُ الَّذِي يُلْحِدُونَ إِلَيْهِ أَعْجَمِيٌّ وَهَذَا لِسَانٌ عَرَبِيٌّ مُبِينٌ

“Padahal orang yang mereka tuduhkan (bahwa) Muhammad belajar kepadanya ia berbahasa ‘Ajam, sedang Al Quran adalah dalam bahasa Arab yang terang” (QS. An Nahl: 103).

Sehingga tidak mungkin bisa memahami agama dengan sempurna kecuali dengan memahami bahasa Arab. Oleh karena itu, para ulama salaf maupun khalaf memotivasi kita untuk mempelajari bahasa Arab.

Umar bin Khathab radhiyallahu ‘anhu berkata:

تعلَّموا العربيةَ؛ فإنها من دينِكم

“Pelajarilah bahasa Arab karena itu adalah bagian dari agama kalian”

Perkataan ini diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushannaf (11/234), juga Al-Baihaqi dalam Sunan Al-Kabir (6/209), namun sanadnya munqathi’ (terputus). Namun secara makna, perkataan ini sahih. Oleh karena itu, riwayat ini disebutkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam kitab Iqtidha Shiratil Mustaqim (hal. 470) ketika beliau membahas pentingnya belajar bahasa Arab.

Imam Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i rahimahullah berkata:

مَا جَهِلَ النَّاسُ، وَلاَ اخْتَلَفُوا إلَّا لِتَرْكِهِم لِسَانَ العَرَبِ، وَمِيلِهِمْ إِلَى لِسَانِ أَرْسطَاطَالِيْسَ.

“Tidaklah manusia itu menjadi jahil (dalam masalah agama), kecuali karena mereka meninggalkan bahasa Arab dan lebih condong pada perkataan Aristoteles” (Siyar A’lamin Nubala, 8/268).

Beliau rahimahullah juga mengatakan:

من تبحّر في النحو اهتدى إلى جميع العلوم

“Siapa yang mahir ilmu nahwu, maka ia akan mendapat petunjuk untuk memahami semua ilmu (agama)” (Syadzarat adz-Dzahab fi Akhbar min Dzahab, Ibnu ‘Imad Al Hambali, 2/407).

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah dalam kitab Iqtidha Shiratil Mustaqim sangat tegas menjelaskan pentingnya belajar bahasa Arab. Beliau mengatakan: “Demikian juga, bahasa Arab itu sendiri adalah bagian dari agama. Dan mempelajarinya wajib hukumnya. Karena memahami Al-Qur’an dan As+Sunnah itu wajib, dan keduanya tidak bisa dipahami kecuali dengan memahami bahasa Arab. Kaidah mengatakan “jika kewajiban tidak bisa sempurna kecuali dengan suatu sarana, maka sarana tersebut hukumnya wajib“. Namun mempelajari bahasa Arab ada yang fardhu ‘ain dan ada yang fardhu kifayah. Inilah makna dari riwayat yang disebutkan Abu Bakr Ibnu Abi Syaibah, Isa bin Yunus telah menuturkan kepada kami, dari Tsaur, dari Umar bin Yazid, ia berkata, Umar bin Khathab menulis surat kepada Abu Musa Al Asy’ari radhiyallahu ‘anhu yang isinya: Amma ba’du, hendaknya kalian mempelajari as-Sunnah, hendaknya kalian mempelajari bahasa Arab, dan i’rab-lah Al Qur’an karena ia dalam bahasa Arab” (Iqtidha Shiratil Mustaqim, hal. 269 – 270).

Dengan mempelajari bahasa Arab, kita juga bisa menyelami penjelasan para ulama dalam kitab-kitab mereka. Dan terbuka pintu jutaan referensi-referensi ilmu yang telah dikaji para ulama. Sehingga dalam hal ini, keuntungan yang akan didapatkan dengan memahami bahasa Arab adalah:

  • Kita membaca langsung penjelasan ulama dari referensi aslinya. Sehingga tidak terjadi distorsi informasi yang kadang terjadi ketika perkataan ulama disampaikan oleh orang lain.
  • Tidak taqlid pada terjemahan kitab, yang terkadang terjemahan kitab tergantung pemahaman dan kecenderungan dari penerjemahnya.
  • Seolah sedang bicara dengan ulama penulis kitabnya.
  • Lebih yakin dengan materi, karena tahu yang dibaca adalah perkataan ulama, bukan sekedar ustaz atau dai.
  • Lebih menyelami makna-makna dari dalil dan penjelasan ulama karena terkadang kata dalam bahasa Indonesia tidak mewakili makna secara sempurna.

Dan masih banyak lagi keuntungan lainnya. Oleh karena itu, hendaknya kita bersemangat untuk belajar bahasa Arab agar dapat memahami agama kita dengan baik.

Semoga Allah ta’ala memberi taufik.

Penulis: Yulian Purnama

Artikel: Muslim.or.id

Keutamaan Belajar Bahasa Arab dan Ilmu Nahwu

Sebagian umat Islam tidak perhatian bahkan kurang perhatian dengan bahasa Arab. Padahal bahasa Arab adalah bahasa Al-Quran dan Hadits. Sebagian kaum muslimin semangat belajar bahasa Inggris karena sangat bermanfaat untuk dunianya. Hendaknya juga semangat belajar bahasa Arab karena ada beberapa manfaat:

  1. Lebih mudah memahami dan menghapal Al-Quran dan bermunajat dengan Allah
  2. Lebih mudah memahami dan menghapalkan hadits
  3. lebih mudah memahami dan menghapalkan doa-doa serta fokus dan menjiwai makna doa
  4. lebih mudah memahami ilmu agama karena banyak kaidah agama dibangun di atas ilmu nahwu dan bahasa Arab
  5. lebih khusyu’ ketika shalat dan membaca Al-Quran serta lebih merasakan kenikmatan dalam ibadah

Dalil-dalil Keutamaan bahasa Arab sangat banyak, di antaranya firman Allah

Allah  ‘Azza wa Jalla berfirman,

إِنَّا أَنزَلْنَاهُ قُرْآناً عَرَبِيّاً لَّعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ

Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Qur’an dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.” (yusuf:2)

Ibnu Katsir menjelaskan keutamaan bahasa Arab beliau berkata menafsirkan ayat ini,

وذلك لأن لغة العرب أفصح اللغات وأبينها وأوسعها، وأكثرها تأدية للمعاني التي تقوم بالنفوس؛ فلهذا أنزل أشرف الكتب بأشرف اللغات، على أشرف الرسل، بسفارة (8) أشرف الملائكة، وكان ذلك في أشرف بقاع الأرض، وابتدئ إنزاله في أشرفشهور السنة وهو رمضان، فكمل من كل الوجوه

 “Yang demikian itu (bahwa Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab) karena bahasa Arab adalah bahasa yang paling fasih, jelas, luas, dan maknanya lebih mengena lagi cocok untuk jiwa manusiaOleh karena itu kitab yang paling mulia diturunkan (Al-Qur’an) kepada rasul yang paling mulia (Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam), dengan bahasa yang termulia (bahasa Arab), melalui perantara malaikat yang paling mulia (Jibril), ditambah diturunkan pada dataran yang paling muia diatas muka bumi (tanah Arab), serta awal turunnya pun pada bulan yang paling mulia (Ramadhan), sehingga Al-Qur’an menjadi sempurna dari segala sisi.”[Tafsirul Qur’an Al-Adzim 4/366]

Para salaf dan ulama pun banyak yang memotivasi agar kita semangat belajar bahasa Arab. Umar bin Khattab menegaskan bahwa bahasa Arab adalah bagian dari agama. Beliau berkata,

تعلموا العربية فإنها من دينكم 

Pelajarilah bahasa Arab, sesungguhnya ia bagian dari agama kalian.” (Iqtidha’ shiratal mustaqim 527-528 jilid I, tahqiq syaikh Nashir Abdul karim Al–‘Aql]

Belajar bahasa Arab juga merupakan sarana untuk lebih memahami agama. Barang siapa yang ingin mendalami agama dan mengajarkan agama ke banyak orang (menjadi ustadz) hendaknya belajar bahasa Arab. Imam Asy-Syafi’i berkata,

من تبَحَرَّ فى النحو اهتدى إلى كل العلوم

 “Siapa yang menguasai nahwu, dia dimudahkan untuk memahami seluruh ilmu.” [Syadzarat ad-Dzahab, hlm. 1/321]

Hendaknya kaum muslimin tidak memandang remeh bahasa Arab, dalam artian menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa yang tidak diperhatikan dan lebih fokus dan menaruh perhatian ke bahasa lainnya. Imam Asy Syafi’i berkata,

سمى الله الطالبين من فضله في الشراء والبيع تجاراً، ولم تزل العرب تسميهم التجار ثم سماهم رسول الله صلى الله عليه وسلم بما سمى الله به من التجارة بلسان العرب، والسماسرة اسم من أسماء العجم، فلا نحب أن يسمى رجل يعرف العربية تاجراً، إلا تاجراً، ولا ينطق بالعربية فيسمي شيئاً بأعجمية، وذلك أن اللسان الذي أختاره الله عز وجل لسان العرب، فأنزل به كتابه العزيز وجعله لسان خاتم أنبيائه محمد صلى الله عليه وسلم، ولهذا نقول: ينبغي لكل أحد يقدر على تعلم العربية أن يتعلمها، لأنها اللسان الأولى، بأن يكون مرغوباً فيه من غير أن يحرم على أحد أن ينطق بأعجمية.

“Allah  menamakan orang-orang yang mencari karunia Allah  melalui jual-beli (berdagang) dengan nama tujjar  (para pedagang-pent), kemudian Rasululah  shallallahu ‘alaihi wa sallam  juga menamakan mereka dengan penamaan yang Allah  telah berikan, yaitu (tujjar) dengan bahasa Arab. Sedangkan “samaasiroh” adalah nama dari bahasa ‘ajam (selain Arab). Maka kami tidak menyukai seseorang yang mengerti bahasa Arab menamai para pedagang kecuali dengan nama “tujjar” dan janganlah seseorang yang berbahasa Arab lalu ia menamakan sesuatu dengan bahasa ‘ajam. Hal ini karena bahasa Arab adalah bahasa yang telah dipilih oleh Allah , sehingga Allah  menurunkan kitab-Nya dengan bahasa Arab dan menjadikan bahasa Arab menjadi bahasa penuntup para nabi, yaitu Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itu, kami katakan sepantasnya setiap orang yang mampu belajar bahasa Arab mempelajarinya karena bahasa Arab adalah bahasa yang paling pantas dicintai tanpa harus melarang seseorang berbicara dengan bahasa yang lain.”

فقد كره الشافعي لمن يعرف العربية، أن يسمى بغيرها،

وأن يتكلم بها خالطاً لها بالعجمية

Imam Syafi’i membenci orang yang mampu berbahasa Arab namun dia menamakan dengan selain bahasa Arab atau dia berbahasa Arab namun mencampurinya dengan bahasa ‘ajam .” (lihat Iqtidho’ shiratal mustaqim hal 521-522 jilid I).

Demikian semoga bermanfaat

Penyusun: Raehanul Bahraen

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/51084-keutamaan-belajar-bahasa-arab-dan-ilmu-nahwu.html

Balaghah, Ilmu Pengkaji I’jaz Qur`an

Dalam berbagai literatur disebutkan bahwa disiplin ilmu ini merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang menjadi alat untuk menguak kemukjizatan al-Qur`an. Posisinya dalam tatanan kelompok ilmu-ilmu Arab persis seperti posisi ruh dari jasad. Dengan kata lain, ilmu ini merupakan media yang dapat menghantarkan seseorang memahami ke-i’jaz-an al-Qur`an.

Seseorang yang ingin menjadi mufassir, mutlak menguasai ilmu ini agar bisa memahami  isi dan pesan-pesan yang tersirat maupun tersurat dalam al-Qur`an. Dalam hal ini al-Zamakhsyari mengatakan bahwa ilmu yang paling sarat dengan rahasia yang rumit, paling padat isinya sehingga membuat manusia kesulitan memahaminya, termasuk orang alim sekalipun, yaitu ilmu tafsir. Dan, tidak akan mampu mendalami hakikat ilmu ini kecuali memiliki kompetensi dan kredibilitas dalam dua spesifik ilmu yaitu ilmu ma’ani dan bayan. Kedua ilmu ini dipelajari dalam ilmu balaghah.

Secara ilmiah, ilmu balaghah merupakan suatu disiplin ilmu yang mengarahkan pembelajaran untuk dapat mengungkapkan gagasan, pikiran, dan perasaan seseorang berdasarkan pada kejernihan dan ketelitian dalam menangkap keindahan bahasa. Juga mampu menjelaskan perbedaan yang ada di antara macam-macam uslub (ungkapan). Dengan menguasai konsep-konsep balaghah akan mengetahui rahasia-rahasia bahasa Arab dan seluk beluknya. Juga akan mampu membuka rahasia-rahasia kemu’jizatan al-Qur`an dan al-Hadits.

Al-Balaghah dibagi menjadi beberapa kelompok. Pertama, ilmu ma’ani,  yang mempelajari susunan bahasa dari sisi penunjukkan maknanya dan mempelajari cara menyusun kalimat agar sesuai dengan muqtadhaa al-haal. Kedua, ilmu bayan, yang mempelajari cara-cara penggambaran imajinatif. Ketiga, ilmu badi’, yang mempelajari karakter lafazh dari sisi kesesuaian bunyi atau kesesuaian makna.

Perkembangan Ilmu Balaghah

Pada dasarnya ilmu yang terkait ketepatan dan keindahan berbahasa ini telah menjadi pengetahuan yang menghiasi berbagai perkataan orang Arab, baik dalam puisi maupun prosa, jauh sebelum al-Qur’an turun. Namun, kehadiran al-Qur’an telah menjadi salah satu faktor munculnya ilmu balagha. Keindahan bahasa al-Qur’an membuat pakar bahasa waktu itu kagum. Al-Qur’an diakui sebagai kitab yang memiliki ketepatan dan keindahan berbahasa Arab yang tak tertandingi.

Para pakar bahasa Arab yang biasa berbangga dengan keindahan syair mulai terperangah dengan keindaahan bahasa al-Qur’an. Dari sinilah mulai berkembang benih-benih ilmu balaghah.

Pada perkembangan selanjutnya, semakin luasnya percampuran orang Arab dengan non-Arab ternyata butuh ilmu bahasa yang berfungsi mengukur ketepatan dan keindahan berbahasa Arab. Orang-orang non-Arab tidak dapat mengetahui keindahan bahasa Arab tanpa mempelajari kaidah bahasa yang benar yang berlaku di bangsa Arab.

Tema-tema ilmu balaghah sendiri muncul setelah ilmu nahwu dan sharaf berkembang pesat di zaman Khalifah Umayyah. Ketika itu para ulama pakar sastra mulai bicara tentang makna fashahah dan balaghah dan berusaha menjelaskannya dengan contoh dan bukti-bukti yang diriwayatkan dari orang-orang sebelum mereka.

Namun ilmu ini mulai dikenal luas saat dinasti Abbasiyah. Pada saat itu, terjadi perdebatan yang sengit di kalangan para sastrawan dan para ahli bahasa dalam mengungkap mukjizat al-Qur`an. Ketegangan ini ditimbulkan oleh salah satu pendapat Ibrahim al-Nidzam yang mengatakan bahwa al-Qur’an tidak memiliki kekuatan mukjizat berupa kefasihan dan kebalighannya. Bahkan, semua orang Arab pasti bisa membuat kalimat yang nilainya sama dengan bahasa yang digunakan al-Qur`an. Pendapat ini mengundang reaksi keras para pakar sastra dan ulama waktu itu. Mereka kemudian menulis sebuah risalah yang isinya menolak semua argumen Ibrahim al-Nidzam, dan mengungkap kebobrokan aliran yang dianut olehnya.

Kitab yang pertama kali disusun dalam bidang balaghah yaitu kitab Majazul Qur’an karangan Abu ‘Ubaidah Ma’mar bin Al-Mutsanna (wafat 208 H), murid Al-Khalili (wafat 170 H). Kitab ini berisi ilmu bayan.  Sedangkan ilmu ma’ani, tidak diketahui pasti orang yang pertama kali menyusunnya. Namun, ilmu ini sangat kental dalam pembicaraan para ulama, terutama al-Jahidz (wafat 225 H) dalam I’jazul Qur’an. Adapun penyusun kitab  ilmu badi’ pada masa awal adalah Abdullah Ibn al-Mu’taz (wafat 296 H) dan Qudamah bin Ja’far dengan Naqd asy-Syi’r dan Naqd an-Natsr (wafat 337 H).

Baru pada abad kelima hijriyah muncul seorang ulama yang menggabungkan ilmu-ilmu tersebut bernama Abu Bakar Abdul Qahir al-Jurjani (wafat 471 H). Al-Jurjani  mengarang kitab tentang ilmu ma’ani dengan judul Dalailul I’jaz, dan tentang ilmu bayan dengan judul Asrorul Balaghah. Kemudian setelah itu datanglah Abu Ya’qub Sirajuddin Yusuf as-Sakakiy al-Khawarizmi (wafat 626 H) dengan kitabnya yang membahas tentang ilmu balaghah lebih lengkap daripada lainnya, yaitu kitab dengan judul Miftah al-‘Ulum.

Pada masa tersebut ilmu balaghah berkembang pesat karena adanya persinggungan dengan ilmu kalam dan filsafat terkait dengan i’jazul Qur’an. Persinggungan ini memunculkan istilah Madrasah Adabiyyah dan Madrasah Kalamiyyah berdasar kecenderungan yang dipilih dalam melakukan pembahasan balaghah.

Tiap-tiap madrasah ini memiliki ciri khas tersendiri. Para pakar Madrasah Kalamiyyah memfokuskan pembahasan balaghahdengan membuat batasan-batasan lafdzi dan spirit perdebatan. Kemudian fokus dengan membuat berbagai macam definisi-definisi dan kaidah-kaidah tanpa banyak menunjukkan contoh-contoh bukti sastrawi baik puisi maupun prosa. Untuk menentukan tepat dan indah atau tidaknya bahasa, mereka banyak berpegang pada analogi filsafat dan kaidah-kaidah logika.

Sedangkan Madrasah Adabiyyah, sangat berlebihan dalam mengajukan bukti-bukti (contoh-contoh) sastrawi baik puisi maupun prosa, dan sedikit sekali memperhatikan tentang definisi dan lain-lainnya. Untuk menentukan tepat dan indah atau tidaknya bahasa mereka lebih banyak berpegang pada rasa seni, keindahan daripada kepada filsafat ataupun logika.

Madrasah Kalamiyyah memang sangat berkepentingan dengan penguatan i’jazul Qur’an. Karena hal itu adalah titik temu antara sastra, aqidah, filsafat ketuhanan, dan lainnya. Sedangkan Madrasah Adabiyyah, penguatannya pada karya sastra, latihan menyusun bahasa yang baik, dan mendidik rasa kritis. Akhirnya, Madrasah Kalamiyyah yang lebih unggul dan berkembang sampai sekarang.*/Bahrul Ulum

HIDAYATULLAH