Nikmat-Nikmat Yang Terlupakan!

Allah Swt Berfirman :

وَءَاتَىٰكُم مِّن كُلِّ مَا سَأَلۡتُمُوهُۚ وَإِن تَعُدُّواْ نِعۡمَتَ ٱللَّهِ لَا تُحۡصُوهَآۗ إِنَّ ٱلۡإِنسَٰنَ لَظَلُوم كَفَّار

“Dan Dia telah memberikan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, manusia itu sangat zhalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” (QS.Ibrahim:34)

Banyak sekali ayat-ayat Al-Qur’an yang mengajak kita untuk mengingat nikmat-Nya. Karena di saat kita mengingat kenikmatan maka kita akan ingat pula kepada Pemberinya.

Orang yang paling berbahagia dalam kehidupan ini adalah yang selalu mengingat nikmat-nikmat yang Allah berikan kepadanya, kemudian bersyukur atas nikmat-nikmat tersebut. Kenapa bisa di sebut orang paling bahagia?

Karena dia yakin sekali bahwa di sisi lain banyak orang-orang yang tidak mendapatkan kenikmatan seperti yang ia dapatkan.

Ketika kau tidur di malam hari tanpa bantuan obat…

Lalu bangun di pagi harinya tanpa merasakan rasa sakit..

Lalu kau berjalan tanpa bantuan orang lain yang memegangimu..

Lalu kau pun bebas memakan apa yang kau inginkan tanpa ada pantangan dari dokter..

Dan kau pun bersama orang-orang yang kau cintai berada dalam kesehatan, keamanan dan kesejahteraan.

Maka sepanjang pagi dan malam teruslah berucap :

ALHAMDULILLAH… ALHAMDULILLAH… ALHAMDULILLAH…

Ingatlah orang-orang yang tidak mendapatkan kenikmatan semacam ini, agar engkau menyadari betapa mahalnya kenikmatan yang kau miliki saat ini !

Berapa banyak mereka yang tidak mendapatkan kenikmatan yang engkau dapatkan ? Walaupun seakan bagimu ini semua hal yang remeh, tapi ketika kau kehilangan salah satu darinya baru akan terasa begitu mahal harganya.

Pernahkah kita berpikir berapa banyak nikmat Allah yang kita rasakan lalu kita lupakan tanpa ada rasa syukur kepada-Nya?

Rasulullah Saw bersabda :

مَنْ أصبَحَ منكمْ آمنًا في سِرْبِهِ ، معافًى فِي جَسَدِهِ ، عندَهُ قوتُ يومِهِ ، فكأنَّما حِيزَتْ لَهُ الدنيا بحذافِيرِهَا

“Barangsiapa dari kalian yang di pagi harinya dalam keadaan aman di tengah kaumnya, sehat tubuhnya, memiliki penghidupan untuk harinya, maka seakan-akan dunia dan seluruh isinya sedang berpihak kepadanya.”

Bangun ! Ingatlah setiap kenikmatan yang Allah berikan kepadamu. Jangan lepaskan hatimu dari rasa syukur selalu. Karena kebahagiaan ada dalam rasa syukurmu.

Semoga bermanfaat..

KHAZANAH ALQURAN

Keadaan Susah atau Stres, Tetap Perhatikan Kebutuhan Hidup dan Keadaan Diri

Terkadang kita mendapatkan ujian dari Allah berupa keadaan yang sulit atau susah, bahkan dalam keadaan stres. Sebagian orang ketika keadaan susah atau stres, mereka tidak memperhatikan keadaan diri. Ketika stress, mereka tidak memperhatikan makan-minumnya sehingga terlihat kurang gizi dan lemah, atau mereka tidak memperhatikan penampilan diri sehingga terlihat lusuh, kusut dan tidak terawat, atau bisa jadi tidak memperhatikan kesehatan diri.

Perhatikan kisah Maryam, beliau mendapatkan ujian berupa beberapa keadaan sulit yaitu mendapat fitnah bahwa ia wanita berzina, kemudian terpaksa menjauh dari kaumnya dan melahirkan sendiri tanpa ada bantuan siapapun dari keluarga dan orang dekatnya. Dalam keadaan sulit seperti ini, Maryam tetap diperintahkan untuk bersenang hati, makan dan minum, serta memperhatikan keutuhan hidup dan keadaan dirinya.

Allah berfirman mengenai kisah Maryam,

فَنَادَاهَا مِنْ تَحْتِهَا أَلَّا تَحْزَنِي قَدْ جَعَلَ رَبُّكِ تَحْتَكِ سَرِيًّا. وَهُزِّي إِلَيْكِ بِجِذْعِ النَّخْلَةِ تُسَاقِطْ عَلَيْكِ رُطَبًا جَنِيًّا. فَكُلِي وَاشْرَبِي وَقَرِّي عَيْنًا

“Maka menyerunya dari tempat yang rendah: “Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu, maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu.” (QS:Maryam | Ayat: 24-26).

At-Thabari menjelaskan hal ini dan beliau berkata,

فكلي من الرطب الذي يتساقط عليك، واشربي من ماء السريّ الذي جعله ربك تحتك، لا تخشي جوعًا ولا عطشًا( وَقَرِّي عَيْنًا ) يقول

وطيبي نفسا وافرحي بولادتك إياي ولا تحزني

“Hendaknya Maryam makan kurma basah yang jatuh padanya dan minum air yang Allah jadikan muncul di bawah kakimu. Janganlah takut (susah) dalam keadaan lapar dan haus, bersenanglah hatimu dan bergembiralah dengan kelahiran bayimu dan jangan bersedih.” [Tafsir AT-Thabari]

Perhatikan juga cara agar bahagia adalah dengan mensyukuri nikmat Allah yang ada pada saat ini, karena nikmat Allah itu sangat banyak. Yang perlu kita ingat:

“Bersyukur dahulu baru bahagia, bukan menunggu bahagia dahulu baru bersyukur”

Inilah maksud dari firman Allah,

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

Artinya: “Ingatlah tatkala Rabb kalian menetapkan: jika kalian bersyukur niscaya akan Ku tambah (nikmatku) pada kalian, dan jika kalian mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat pedih”. QS. Ibrahim (14): 7.

Syaikh Abdurrahman As-Sa’diy menjelaskan bahwa bersyukur tersebut dengan menggunakan nikmat Allah untuk mencari ridha Allah. Beliau berkata,

والشكر: هو اعتراف القلب بنعم الله والثناء على الله بها وصرفها في مرضاة الله تعالى. وكفر النعمة ضد ذلك

“Bersyukur adalah mengakui dengan hati atas nikmat Allah, memuji Allah atas nikmat serta menggunakan nikmat untuk mencari ridha Allah. Kufur nikmat adalah kebalikan dari hal ini.” [Tafsir As-Sa’diy]

Setelah tahu bahwa bersyukur itulah yang membuat kita bahagia, lalu bagaimana cara kita agar bisa selalu bersyukur? Caranya adalah sering-sering melihat orang lain yang dunianya di bawah kita untuk memudahkan kita bersyukur.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

انظروا إلى من هو أسفل منكم ولا تنظروا إلى من هو فوقكم ، فهو أجدر أن لا تزدروا نعمة الله عليكم

Lihatlah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan dunia) dan janganlah engkau lihat orang yang berada di atasmu. Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu.” [HR. Bukhari dan Muslim]

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إذا نظر أحدكم إلى من فضل عليه في المال والخلق فلينظر إلى من هو أسفل منه

Jika salah seorang di antara kalian melihat orang yang memiliki kelebihan harta dan bentuk (rupa) , maka lihatlah kepada orang yang berada di bawahnya. [HR. Bukhari dan Muslim]

Jadi termasuk orang yang tidak bersyukur adalah yang tidak menggunakan nikmat Allah berupa ketersediaan makanan dan minuman serta rasa aman tersebut. Jika keadaan susah atau stres kemudian ia tidak memperhatikan keadaan diri, maka termasuk yang kufur nikmat.

Semoga kita selalu bisa mensyukuri nikmat Allah agar kita selalu bahagia dengan ridha Allah.

Penyusun: Raehanul Bahraen

Artikel www.muslim.or.id

Mengingat Nikmat Allah Menjauhkanmu dari Sifat Tercela!

 Allah Swt Berfirman :

ٱللَّهُ ٱلَّذِي خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ وَأَنزَلَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءً فَأَخۡرَجَ بِهِۦ مِنَ ٱلثَّمَرَٰتِ رِزۡقٗا لَّكُمۡۖ وَسَخَّرَ لَكُمُ ٱلۡفُلۡكَ لِتَجۡرِيَ فِي ٱلۡبَحۡرِ بِأَمۡرِهِۦۖ وَسَخَّرَ لَكُمُ ٱلۡأَنۡهارَ – وَسَخَّرَ لَكُمُ ٱلشَّمۡسَ وَٱلۡقَمَرَ دَآئِبَيۡنِۖ وَسَخَّرَ لَكُمُ ٱلَّيۡلَ وَٱلنَّهَارَ – وَءَاتَىٰكُم مِّن كُلِّ مَا سَأَلۡتُمُوهُۚ وَإِن تَعُدُّواْ نِعۡمَتَ ٱللَّهِ لَا تُحۡصُوهَآۗ إِنَّ ٱلۡإِنسانَ لَظَلُومٞ كَفَّار

Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air (hujan) dari langit, kemudian dengan (air hujan) itu Dia mengeluarkan berbagai buah-buahan sebagai rezeki untukmu; dan Dia telah menundukkan kapal bagimu agar berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan sungai-sungai bagimu.

Dan Dia telah menundukkan matahari dan bulan bagimu yang terus-menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan malam dan siang bagimu.

Dan Dia telah memberikan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, manusia itu sangat zhalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah). (QS.Ibrahim:32-34)

Dalam banyak ayat-ayat Al-Qur’an Allah Swt menyebut manusia dengan sifat-sifat yang tercela, seperti :

Sangat dzalim dan mengingkari nikmat Allah. (ظلومٌ كفّار)

Suka membantah (خصيم مبين)

Sangat ingkar kepada Tuhannya (لربه لكنود)

Sangat dzalim dan bodoh (ظلومًا جهولًا)

Dan banyak lagi sifat-sifat tercela yang lain. Lalu bagaimana kita bisa menghindari sifat-sifat tercela tersebut?

Tentunya ada banyak cara untuk kita terlepas dari berbagai sifat buruk yang lekat dengan manusia.

Salah satu cara paling efektif untuk terlepas dari sifat-sifat buruk ini adalah dengan merubah cara pandang kita terhadap nikmat Allah Swt. Bumi dan seisinya, langit, hujan, buah-buahan yang beragam dan semua yang kita miliki adalah pemberian Allah Swt.

وَءَاتَىٰكُم مِّن كُلِّ مَا سَأَلۡتُمُوهُۚ

“Dan Dia telah memberikan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya.”

Dengan kita sering merenungkan nikmat Allah Swt, maka kita akan lebih mudah untuk membangun karakter diri yang lebih baik dan menjauhi sifat-sifat tercela di atas.

Sadari lah bahwa manusia bergantung 100% terhadap bantuan serta pemberian Allah Swt. Semakin sering kita menyadari kelemahan dan kebergantungan kita kepada Allah, maka kita akan semakin tunduk dan patuh. Karena fitrah manusia akan mencintai, menghormati dan respect terhadap sesuatu yang berjasa dalam hidupnya.

Mengapa kita sering dan mudah melakukan maksiat? Mengapa sifat-sifat tercela di atas masih melekat di diri kita?

Salah satu sebab utamanya adalah karena kita merasa punya kemampuan untuk melakukan sesuatu semaunya. Kita tidak merasa bergantung kepada Allah sehingga bebas melakukan apapun. Nah, bila kita sering mengingat betapa besarnya nikmat Allah dan betapa lemahnya diri kita tanpa bantuan Allah, maka secara otomatis kita akan berpikir berkali-kali untuk melawan perintah Allah Swt. Kita akan lebih fokus untuk bersyukur dan memanfaatkan kenikmatan ini untuk kebaikan, karena semua yang kita miliki adalah pemberian Allah Swt.

Semoga Bermanfaat…

KHAZANAH ALQURAN

Agar Merasa Cukup dan Tak Meremehkan Nikmat Allah

HADITS ini penting dipelajari mengajarkan bagaimana bisa nerimo, memiliki sifat qanaah. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

“Pandanglah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan dunia) dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu (dalam masalah ini). Itulah yang lebih pantas. Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah kepadamu.” (HR. Muslim, no. 2963).

Takhrij Hadits: Hadits ini dikeluarkan oleh Imam Muslim dalam Kitab “Az-Zuhud wa Ar-Raqaiq”, no. 2963 dari jalur Al-Amasy, dari Abu Shalih, dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu.

Kosakata Hadits: Asfala minkum, yang dimaksud adalah di bawahmu dalam urusan dunia, yaitu lebih rendah dalam kedudukan, tempat tinggal, dan dalam hal kendaraan.

Faedah Hadits:

– Jika seseorang mengambil nasihat ini, ia pasti akan menjadi orang yang hidupnya sabar, bersyukur, dan ridha.
– Dalam masalah dunia, hendaklah melihat pada orang yang berada di bawah kita.
– Dalam masalah dunia, janganlah pandang orang yang berada di atas kita karena: (a) kita akan meremehkan nikmat Allah; (b) kita akan capek terus mengejar dunia; (c) akan timbul hasad dan tidak suka kepada orang lain.
– Untuk urusan akhirat, hendaklah melihat kepada orang yang berada di atas kita, biar ada yang menjadi teladan dan kita jadi semangat beramal.

INILAH MOZAIK

Nikmat yang Berujung Siksa

MUHAMMAD bin Ahmad bin Muhammad bin Katsir berkata, sebagai penduduk Hijaz berkata, Abu Hazim mengatakan, “Setiap nikmat yang tidak digunakan untuk mendekatkan diri pada Allah, itu hanyalah musibah.” (Jami Al-Ulum wa Al-Hikam, 2:82)

Allah mencela orang yang disebut kanud yaitu yang tidak mensyukuri nikmat. Mengenai ayat,

“Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Rabbnya.” (QS. Al-Adiyat: 6). Al-Hasan Al-Bashri mengatakan mengenai ayat ini, orang yang kanud adalah yang terus menerus menghitung musibah demi musibah, lantas melupakan berbagai nikmat yang telah Allah beri.

Karenanya Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengabarkan bahwa kebanyakan wanita menjadi penduduk neraka karena sifat di atas. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

“Seandainya engkau berbuat baik kepada salah seorang istri kalian pada suatu waktu, kemudian suatu saat ia melihat darimu ada sesuatu (yang tidak berkenan di hatinya) niscaya ia akan berkata, Aku sama sekali belum pernah melihat kebaikan darimu.” (HR. Bukhari, no. 5197 dan Muslim, no. 907). Kalau tidak mensyukuri pemberian suami saja hukumannya seperti ini, padahal hakikatnya nikmat tersebut juga berasal dari Allah, bagaimana lagi jika kita enggan bersyukur atas nikmat Allah sama sekali. Lihat Iddah Ash-Shabirin, hlm. 151.

Hanya Allah yang memberi taufik dan hidayah. [rumaysho]

INILAH MOZAIK

Wujud Syukur dengan Amal Kebaikan

SYUKUR yang tepat, bukan hanya pandai mengucapkan alhamdulillah. Sudah semestinya, syukur itu diwujudkan dalam amalan.

Coba perhatikan ibarat syukur yang diungkapkan oleh Ibnul Qayyim rahimahullah,

“Syukur itu dengan hati, dengan tunduk dan merasa tenang. Syukur itu dengan lisan, dengan memuji dan mengakui. Syukur itu dengan anggota badan, yaitu dengan taat dan patuh pada Allah.” (Madarij As-Salikin, 2:246)

Seorang yang dikenal zuhud di masa silam, yaitu Abu Hazim berkata,

“Siapa saja yang bersyukur dengan lisannya, namun tidak bersyukur dengan anggota badan lainnya, itu seperti seseorang yang mengenakan pakaian. Ia ambil ujung pakaian saja, tidak ia kenakan seluruhnya. Maka pakaian tersebut tidaklah manfaat untuknya untuk melindungi dirinya dari dingin, panas, salju dan hujan.” (Jami Al-Ulum wa Al-Hikam, 2:84)

INILAH MOZAIK

Mengapa Mereka Tak Pandai Bersyukur?

“Dan Kami jadikan padanya kebun-kebun kurma dan anggur dan Kami pancarkan padanya beberapa mata air, supaya mereka dapat makan dari buahnya, dan dari apa yang diusahakan oleh tangan mereka. Maka mengapakah mereka tidak bersyukur?” (QS. Yasin: 34-35)

Penjelasan ayat: Allah jadikan di bawah pohon-pohon kurma dan anggur pancaran mata air, supaya mereka bisa menyantap makanan dan buah yang dihasilkan. Semua hasil itu bisa diperoleh karena nikmat dari Allah, Allah yang mengadakan, Allah yang memberikan rezeki yang seharusnya membuat kita semakin bersyukur kepada-Nya.

Ada dua makna, “dan dari apa yang diusahakan oleh tangan mereka” yaitu:
– Makanan dan buah-buahan itu mereka usahakan dan mereka tanam. Harusnya disyukuri karena Allah mudahkan kita mendapatkan hasilnya. Kata “maa” di sini bermakna isim maushul yang berarti “yang”.
– Makanan dan buah-buahan itu tidak diusahakan oleh tangan mereka begitu saja, namun Allah yang mengizinkan makanan dan buah-buahan itu ada. Kata “maa” dalam ayat punya makna nafiyah berarti “tidak”. Lihat At-Tashil li Tawil At-Tanzil Tafsir Juzu Yasin. Hlm. 60.

Ibnu Abbas dan Qatadah menyatakan bahwa semuanya itu dari rahmat Allah, bukan dari usaha, kekuatan, dan kerja keras manusia semata. Lihat Tafsir Al-Quran Al-Azhim, 6:339.

Pelajaran dari Ayat:
– Kita diberikan makanan dan buah-buahan semata-mata karena karunia Allah. Karena manusia jika bersatu mengeluarkan satu biji-bijian saja, ia tentu tidak bisa tidak mampu mengeluarkannya.
– Mendapatkan makanan dan buah-buahan adalah nikmat dari Allah.
– Wajib bersyukur atas nikmat yang Allah berikan.

INILAH MOZAIK

Syukur Pengundang Karunia

SAHABAT yang baik, jika kita ingin bahagia dalam menjalani hidup ini, maka salah satu keterampilan yang harus kita miliki adalah keterampilan dalam bersyukur, karena Allah memberikan tambahan nikmat dan karunia kepada orang-orang yang paling banyak bersyukur bukan kepada orang yang memiliki banyak keinginan.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman: “…Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambahkan (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku) maka sesungguhnya azabku sangat pedih.” (Q.S Ibrahim 14 : 7)

Jadi yang mengundang bertambahnya nikmat dan karunia dari Allah itu adalah syukur. Jadi jangan takut terhadap nikmat yang belum ada, tapi takutlah jika kita tidak bisa mensyukuri nikmat yang sudah ada karena karunia dari Alloh itu ada di setiap saat, hanya saja kita sering lupa untuk mensyukuri nikmat dan karunia tersebut.

Mudah-mudahan kita bisa menjadi orang yang senantiasa bersyukur kepada hal sekecil apapun. [*]

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar

INILAH MOZAIK

Manusia yang Pandai Bersyukur

Ketika kita menggemakan takbir terutama saat berhari raya tersirat pemahaman bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. Allah Mahabesar, sementara kita yang diciptakannya adalah kecil. Kita hina dan tak punya daya dan kekuatan untuk berkiprah, kecuali karena kemurahan dan kebesaran Allah. Karena itu, ketika kita telah merampungkan sebuah perjuangan (baca; Ramadhan), maka perbanyaklah takbir.

Dan hendaklah bertakbir atas anugerah yang telah Allah berikan. Semoga kalian menjadi hamba-Nya yang bersyukur.” (QS al-Baqarah [2]: 185). Ayat ini merupakan satu rangkaian dengan perintah puasa (QS [2]: 183).

Ramadhan mencetak kita menjadi hamba-Nya yang bertakwa. Dan orang yang bertakwa, akan senantiasa mengingat kebesaran Allah, termasuk semua nikmat yang telah diberikan kepadanya.

Di lidah ia mengucapkan kalimat takbir, dalam amal perbuatan ia menerjemahkannya dengan rasa syukur. Karena itu, menjadi pribadi yang bertakwa belum cukup bila tidak dibarengi dengan pribadi yang bersyukur. Kenapa? Karena maqam syukur lebih tinggi dari maqam takwa. Sebab, syukur menjadi maqam-nya para nabi dan rasul. Karenanya, Allah menegaskan, hanya sedikit dari hamba-Nya yang pandai bersukur (QS Saba [34]: 13).

Syukur merupakan satu stasiun hati yang akan menarik seseorang pada zona damai, tenteram, dan bahagia. Ia juga akan mendapatkan kesuksesan baik di dunia maupun di akhirat, sekaligus mendapatkan insentif pahala dan kenikmatan yang terus bertambah dari Allah SWT (QS Ibrahim [14:] 7).

Rasul SAW adalah manusia yang pandai bersyukur. Suatu ketika, beliau pernah ditanya Bilal, Apakah yang menyebabkan baginda menangis, padahal Allah telah mengampuni dosa-dosa baginda, baik yang dahulu maupun yang akan datang?” Beliau menjawab, Tidakkah engkau suka aku menjadi seorang hamba yang bersyukur?”

Dzunnun al-Mishri memberi tiga gambaran tentang manifestasi syukur dalam kehidupan sehari-hari. Pertama, kepada yang lebih tinggi urutan dan kedudukannya, maka ia senantiasa menaatinya (bit-tha’ah). Hai orang-orang beriman, taatlah kalian kepada Allah dan taatlah kepada Rasul dan kepada ulil amri  di antara kalian …” (QS an-Nisa [4]: 59).

Kedua, kepada yang setara, kita mengejawantahnya dengan bil-hadiyyah. Saling tukar pemberian. Kita harus sering-sering memberi hadiah kepada istri atau suami, saudara, teman seperjuangan, sejawat dan relasi. Dengan cara itu, maka akan ada saling cinta dan kasih.

Ketiga, kepada yang lebih bawah dan rendah dari kita, rasa syukur dimanifestasikan dengan bil-ihsan. Selalu memberi dan berbuat yang terbaik. Kepada anak, adik-adik, anak didik, para pegawai, buruh, pembantu di rumah dan semua yang stratanya di bawah kita, haruslah kita beri sesuatu yang lebih baik. Jalinlah komunikasi dan berinteraksilah dengan baik, dan kalau hendak men-tasharuf-kan rezeki, berikan dengan sesuatu yang baik (QS as-Syu’ara [26]: 215 dan al-Baqarah [2]:195). Wallahu a’lam.

Oleh: Muhammad Arifin Ilham