Ingin menjadi lebih baik dimata Allah

Siapa sih yang tidak ingin menjadi wanita lebih baik dalam hal agama ?

Memang sih dimasa sekarang ini yg namanya syar’i dibilangnya ekstrim lah, teroris lah, pokoknya lebay..

Tapi apa kalian tau bagaimana perjuangan kita untuk mencapai ke titik ini, ini pun masih blm ada apa2nya. Karna manusia tidak akan ada yang sempurna

Berbagi Pengalaman..

Aku pernah seperti kalian, mencintai budaya barat yg sangat bertentangan dengan agamakuAku pernah menjadi bagian dr tim cheerleaders, yang sering dilempar2 dan memakai rok mini

Dari umurku 5th aku sudah menjadi penari tradisional. Semua keluargaku seniman, karna itu menari jadi hobiku sejak kecil. Menari bukan hanya hobiku saja tetapi dengan menari, aku bisa punya pendapatan sendiri. Aku pun menari sudah sampai ke luar negeri dan Alhamdulillah sudah tercapai keinginanku utk memperkenalkan budaya indonesia di negara lain

Aku pun pernah seperti kalian yang bercanda, bercampur baur dengan non-mahram. Pacaran pun jujur aku pernah (Astaghfirullahal’adzim)

Tapi siapa sih yang tau kedepannya akan seperti apa ?

Aku meninggalkan hobiku demi lebih dekat kepada Allah.

Kenapa ?

 

Saat menari, aurat ku terlihat

Walaupun selama ini aku dapat pendapatan lebih dengan menari tapi aku yakin Allah telah merencanakan yg terbaik, dan telah mempersiapkan rezekiku tanpa harus terlihat auratku

Selamat tinggal dunia seni tari yang sudah hampir 20 thn menemaniku

Dan yang tadinya aku sering bercanda, bercampur baur dengan non-mahramSekarang, Alhamdulillah aku bisa menjaga jarak dengan yang bukan mahramku.

Pacaran ?? Terimakasih, tapi tidak ! Kenapa ?Karna pacaran adalah awal timbulnya zina

Dalam Al-Qur’an Allah berfirman dalam surat Al-Isra ayat 32 :

“Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah sesuatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.”

“Demi Allah, sungguh jika kepala salah seorang dari kalian ditusuk dengan jarum dari besi, maka itu lebih baik dari menyentuh wanita yang tidak halal baginya.”(HR. Ath-Thabarani dan Al-Baihaqi dari Ma’qil bin Yasar radhiyallahu ‘anhu, dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 226)

Kamu terlalu indah, terlalu berharga utk kekasih yang belum pasti

Jadi yang pasti-pasti aja ya ukhty sayangAllah telah menyiapkan yang terbaik

Sabar dalam menunggu, sambil menunggu lebih memperbaiki diri lagi, maka Allah pun akan memperbaiki jodohmu

Keep istiqomah O:)

By @vanymeylisa

 

sumber: Dunia Jilbab

Inginkah Derajat kita ditinggikan Allah Swt?

Telah berkejaran manusia di muka bumi untuk meraih derajat tertinggi di mata manusia. Untuk tujuan ‘besar’ ini, seluruh macam pengorbanan pun dilakukan setulus hati, tanpa mengenal lelah dan waktu.

Untuk derajat yang didambakan di dunia terkadang bahkan yang halal menjadi haram, dan yang haram menjadi halal.

Adakah pernah terbersit di dalam hati kerinduan mendapatkan derajat yang tinggi dari Pemilik manusia? Jika keinginan itu pernah ada, adakah upaya yang kita kerahkan jauh melebihi upaya kita meraih derajat tertinggi di mata manusia.

Allah Swt telah menjanjikan derajat itu di dalam Surat Mujadilah/58 ayat 11,

يَرۡفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ دَرَجَـٰتٍ۬‌ۚ

“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”

Syaikh Ahmad al-Musthafa al-Maraghi menjelaskan bahwa makna dari ayat tersebut adalah bahwa Allah Swt akan meninggikan orang-orang yang diberikan ilmu di atas imannya kepada Allah Swt dengan banyak tingkatan (derajat), atau meninggikan orang-orang yang berilmu dari kalangan orang-orang beriman secara khusus dengan banyak tingkatan karamah dan ketinggian martabat.

ويرفع الذين أوتوا العلم درجات ، أي ويرفع العالمين منهم خاصة درجات فى الكرامة وعلوّ المنزلة.

(Mufradaat al-Qur’an, Maktabah Syamilah)

Al-Imam Al-Baghawi menegaskan bahwa seorang mukmin yang berilmu posisinya berada di atas orang-orang yang tidak memiliki ilmu beberapa derajat.

المؤمن العالم فوق الذي لا يعلم درجات

(Ma’alim at-Tanzil fi Tafsir al-Qur’an, Maktabah Syamilah)

Al-Imam Al-Qurthubi menjelaskan bahwa balasan bagi orang-orang yang berilmu berupa balasan terbaik di akhirat dan berupa karamah di dunia, dan Allah Swt meninggikan orang-orang mukmin di atas selain mukmin, dan orang-orang berilmu di atas orang-orang yang tidak memiliki ilmu.

الثَّوَابِ فِي الْآخِرَةِ وَفِي الْكَرَامَةِ فِي الدُّنْيَا، فَيَرْفَعُ الْمُؤْمِنَ عَلَى مَنْ لَيْسَ بِمُؤْمِنٍ وَالْعَالِمَ عَلَى مَنْ لَيْسَ بِعَالِمٍ

Beliau juga menjelaskan bahwa Allah Swt meninggikan orang-orang mukmin karena keimanannya terlebih dahulu, baru kemudian meninggikannya lebih tinggi lagi dengan ilmu yang dimilikinya.

فَيَرْفَعُ الْمُؤْمِنَ بِإِيمَانِهِ أَوَّلًا ثُمَّ بِعِلْمِهِ ثَانِيًا

Berkata Ibn ‘Abbas r.a. bahwa Nabi Sulaiman a.s. telah diberikan kesempatan untuk memilih antara ilmu, harta dan kerajaan, maka ia lebih memilih ilmu. Ternyata dengan pilihannya itu ia juga dikaruniai harta dan kerajaan sekaligus.

وَعَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ: خُيِّرَ ]سُلَيْمَانُ] عَلَيْهِ السَّلَامُ [بَيْنَ الْعِلْمِ وَالْمَالِ وَالْمُلْكِ فَاخْتَارَ الْعِلْمَ فَأُعْطِيَ المال والملك معه.

(Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an, Maktabah Syamilah)

Abu al-‘Abbas al-Basili at-Tunisi (830H) ketika menafsirkan ayat tersebut mengutip pendapat Ibn Mas’ud r.a. yakni bertambahnya derajat dalam agama mereka jika mereka mengerjakan apa yang diperintahkan dengannya.

دَرَجَاتٍ فِي دِينِهِمْ إِذَا فَعَلُوا مَا أُمِرُوا بِهِ

(Nuktun wa Tanbihatun fi Tafsir al-Qur’an al-Majid, Maktabah Syamilah).

Al Imam Ibn Katsir menambahkan penjelasannya bahwa Allah Swt Maha Mengetahui orang-orang yang memang berhak mendapatkan hal tersebut dan orang-orang yang tidak berhak mendapatkannya.

Beliau mengangkat satu kisah ketika Khaliah ‘Umar r.a. bertanya kepada Nafi’ bin ‘Abdil Harits r.a., pemimpin Makkah yang telah beliau angkat,

“Siapakah yang engkau angkat sebagai khalifah atas penduduk lembah?” Nafi menjawab:”Yang aku angkat sebagai khalifah atas mereka dialah Ibn Abzi, salah seorang budak kami yang telah merdeka.”

Maka ‘Umar r.a. bertanya: “Benarkah engkau telah mengangkat seorang mantan budak sebagai pemimpin mereka?”

Nafi menjawab:” Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya di adalah seorang yang ahli membaca Al-Qur’an, memahami ilmu waris dan pandai berkisah.”

Lalu ‘Umar r.a. pun mengutip sabda Nabi Saw., “Sesungguhnya Allah Swt mengangkat suatu kaum karena Al-Qur’an ini dan merendahkan dengannya juga sebagian lainnya.”

إن اله يرفع بهذا اكتب قوما و يضع به آخرين

(Muhammad Ali Ash-Shabuni, Mukhtashar Tafsir Ibn Katsir, Beirut: Dar Al-Fikr, Tanpa Tahun, hlm. 465)

Syaikh Wahbah az-Zuhaili menjelaskan bahwa ayat ini turun di hari Jum’at, sebagaimana riwayat dari Muqatil melalui Ibn Abi Hatim, dimana adanya kaum muslimin dari Ahlu Badr yang tentu telah dikenal sebagai kaum yang lebih awal masuk ke dalam Islam, lebih terhormat posisi dan kedudukannya, datang ke majelisnya Rasulullah Saw, namun tidak mendapatkan tempat untuk duduk sehingga mereka berdiri. Tingkat keilmuan mereka memberikan hak lebih kepada mereka atas dasar kehormatan para Ahlu Badr. (Tafsir al-Wasith, Jakarta:GIP, Jilid 3, hlm. 612)

Ayat ini menjadi ayat yang dipilih oleh Al-Imam Al Bukhari sebagai awal dari Kitab Ilmu dalam Shahih Bukhari. Al Hafizh Ibn Hajar Al Atsqalani menjelaskan bahwa derajat yang tinggi mempunyai dua konotasi, yaitu secara ma’nawiyah di dunia dengan memperoleh kedudukan yang tinggi dan reputasi yang bagus, dan hissiyah di akhirat dengan kedudukan yang tinggi di Surga. (Fathul Bari, Jilid 1, Jakarta: Pustaka Azzam, 2002, hlm. 263)

Jika derajat dari Pemilik manusia yang kita harapkan, dengan izin-Nya, derajat di sisi manusia akan diperoleh dengan penuh keberkahan.

Namun jika hanya derajat dari manusia yang diharapkan, khawatirlah jika kehinaan yang disematkan-Nya di akhirat kelak.

Wallahul musta’an.

Dr. Wido Supraha

 

sumber: Islam Media

Benarkah Derajat Manusia Dihadapan Allah Sama?

Allah menciptakan manusia dengan dibekali akal untuk berfikir, sehingga oleh karena itu manusia disebut sebagai makhluk terbaik diantara makhluk-makhluk ciptaan Allah.

Dalam kehidupan ini, kita tentu berdampingan dengan berbagai macam jenis sifat-sifat yang dimiliki oleh manusia. Apakah Anda pernah mendengar kalimat “manusia sebagai makhluk ciptaan Allah itu memiliki derajat yang sama dimata Allah, sehingga satu sama lain tidak boleh ada yang merasa paling benar“.

Kalimat-kalimat semacam itu atau yang serupa memang sekilas terasa indah dan tidak salah, namun itulah salah satu kelebihan setan dalam upaya menyesatkan manusia. Setan selalu membisikkan kalimat-kalimat yang indah, namun isinya mengandung kesesatan.

Itulah kalimat-kalimat racun yang dapat merusak aqidah umat Islam. Allah berfirman,

“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.” [QS. Al-An’am ayat 112]

Kita semua sepakat bahwa seluruh manusia adalah ciptaan Tuhan, namun benarkah derajat manusia sebagai ciptaan Tuhan itu sama dimata Tuhan? jika ada yang menganggap bahwa derajat manusia itu sama dimata Allah, maka itu adalah anggapan yang keliru.

Mengapa demikian? banyak alasan yang mendukung mengapa derajat manusia dimata Allah itu tidak sama. Salah satunya adalah karena yang buruk dan yang baik itu tidaklah sama. Allah SWT berfirman,

“Katakanlah: “Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu,…”. [QS. Al-Maidah ayat 100]

Kemudian, derajat antara orang-orang kafir dan orang mukmin juga berbeda. Allah sendiri menyebut orang mukmin sebagai makhluk terbaik dan menyebut orang kafir sebagai seburuk-buruk makhluk.

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.” [QS. Al-Bayyinah ayat 6-7]

Dari ayat diatas jelas disebutkan bahwa orang-orang kafir dan kaum musyrikin adalah orang yang diberikan predikat seburuk-buruk makhluk oleh Allah SWT dan orang beriman yang mengerjakan amal saleh adalah sebaik-baik makhluk, ini Allah yang mengatakan, bukan manusia.

Kemudian, Allah SWT juga membedakan antara orang yang berilmu dan tidak berilmu. Allah berfirman,

“(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” [QS. Az-Zumar ayat 9]

Ayat diatas menjelaskan tentang keutamaan orang yang berilmu di atas selainnya. Itulah alasan kenapa derajat manusia dihadapan Tuhan itu tidak sama.

Sebagai muslim, wajib untuk saling mengingatkan. Karena membenarkan yang benar dan menyalahkan yang salah, itu bukti iman. Dan Allah memerintahkan kita untuk memerangi orang-orang yang menyimpang dari ajaran Islam.

“Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk.” [QS. At-Taubah ayat 29]

Semoga bermanfaat.

 

 

sumber: Makintau