Perekrutan Hafiz Quran Masuk Akpol Sebuah Kebanggaan

Pimpinan Pondok Pesantren Daarul Muhsinin, Labuhanbatu, Sumatera Utara Dr H Muhammad Umar Syadat Hasibuan mengatakan, trobosan Wakil Kepala Kepolisian Republik Indonesia, Komjen Syafruddin, yang mencanangkan perekrutan lulusan Pesantren untuk masuk Akademi Kepolisian (Akpol) maupun sekolah calon Bintara, merupakan kebahagiaan yang patut disyukuri.

“Sebagai pimpinan Pesantren Daarul Muhsinin, Labuhanbatu, Sumut, tentu saya sangat mengapresiasi hal tersebut,” katanya dalam keterangannya yang disampaikan kepada Republika.co.id, Selasa (17/4).

Selain itu, kata dia, pernyataan Wakapolri yang akan merekrut hafiz Alquran pada tahun ini untuk masuk Akpol adalah sebuah kebanggaan bagi seluruh Pesantren di Indonesia. “Pesantren-pesantren di Indonesia wajib merespons program Polri ini dengan mempersiapkan mutu pendidikan yang lebih berkualitas bagi santri-santri agar lulusan pesantren mampu bersaing memasuki Akpol maupun Bintara,” ujarnya.

Selama ini, kata dia, lulusan pesantren terkesan dianaktirikan untuk memasuki sekolah kedinasan tersebut. Padahal, berkat didikan Pondok Pesantren yang mengutamakan kedisiplinan, tidak hanya kecerdasan emosional, tetapi mengutamakan kematangan emosional dan spiritual, sehingga lulusannya mampu dan unggul untuk menjadi taruna-taruna Kepolisian yang handal.

Pondok Pesantren juga menekankan pendidikan bertaraf Internasional, namun tidak lupa kebudayaan dan kearifan lokal. Hal ini menjadi kekhasan Pondok Pesantren. Pendidikan yang diberikan tidak menjauhkan santri-santri dari realitas keseharian. Hal ini adalah dasar SDM yang dibutuhkan Polri yang Promoter (Profesional, Modern dan Terpercaya)

“Saya mengapresiasi langkah Wakapolri yang rajin mengunjungi Pondok Pesantren dan ulama. Semoga hubungan Polri dengan Umat Islam semakin baik,” ujarnya.

Sebelumnya, Wakil Kepala Kepolisian Republik Indonesia Komjen Polisi Syafruddin mencanangkan, perekrutan lulusan pesantren untuk masuk Akademi Kepolisian (Akpol) maupun sekolah calon bintara.

“Pada tahun ini, kami canangkan merekrut para lulusan pesantren untuk masuk Akpol maupun bintara. Akan tetapi, karena memang karena di sana-sini belum sempurna, kami masih perlu melakukan revisi,” katanya selepas memberikan perkuliahan di Pondok Pesantren Modern Tazakka di Batang, Selasa (17/4).

Ia mengatakan, Polri akan memberikan kemudahan bagi lulusan ponpes yang akan masuk sekolah kepolisian. “Nanti kami atur regulasinya dan aturannya. Pada tahun ini, Polri akan merekrut hafiz Alquran untuk menjadi anggota Polri,” katanya.

 

REPUBLIKA

Cerita Aswar Anas, Hafiz Qur’an Indonesia di Turki

Ada berbagai kisah menarik di balik kehidupan mahasiswa Indonesia yang belajar di Turki. Salah satunya adalah Aswar Anas, mahasiswa di Universitas Kastamonu yang didaulat jadi imam shalat tarawih di Turki.

Anas merupakan hafiz Al Qur’an 30 juz yang sudah dihafal sejak usia 14 tahun. Sebelum kuliah di Turki, Anas merupakan seorang siswa Pesantren Terpadu Darul Quran Mulia di Bogor.

Jelang bulan suci Ramadhan, pemuda lajang ini sudah didaulat untuk menjadi imam tarawih di Masjid Kara Mustafa Pasya. Masjid berada di kota Kastamonum, yang berjarak sekitar empat jam dari ibu kota Ankara.

Terdapat 44 mahasiswa dan mahasiswi Indonesia yang menuntut ilmu di Universitas Kastamonu. Anas sendiri lulus ujian masuk Universitas Kastamonu yang diselenggarakan di Jakarta pada 2015 lalu.

Pada 2016 lalu, Anas menjadi imam shalat tarawih di Masjid Suci Darende, tidak jauh dari tempatnya menetap di Kastamonu. Padahal, di Turki sendiri, jadi imam shalat tarawih sesuatu yang istimewa.

Ada kualifikasi khusus yang dipersyaratkan untuk menjadi imam. Namun, Anas sangat memenuhi kualifikasi tersebut. Anas semakin dikenal di sana, terutama karena jarang orang asing jadi imam di masjid-masjid Turki.

Tahun ini, Anas akan menjadi imam tarawih hatim atau akan menamatkan 30 juz Al Quran selama bulan Ramadhan, atau satu juz tiap malam. Masyarakat Kastamonu yang religius sangat suka dengan kehadiran Anas.

Tampaknya, mereka meyakini kalau imam tarawih ini akan menjadi imam rumah tangga yang baik. Buktinya, beberapa orang tua Turki menawarkan putrinya untuk menjadi pendamping hidup bagi Anas, sang mahasiswa dan imam tarawih.

Selain dikenal sebagai imam tarawih, Anas merupakan Ketua MPA Perhimpunan Pelajar Indonesia Kastamonu Turki. Ia giat pula berbisnis untuk memenuhi kehidupannya, dengan berbagai usaha sedang ditekuninya.

Tentu, mahasiswa-mahasiswa seperti Anas ini yang menjadi duta bangsa. Sebab, kehadirannya tentu sekaligus mengharumkan nama Indonesia di pergaulan bangsa bangsa di dunia.

 

REPUBLIKA ONLINE