Hukum Berkurban bagi Anak Yatim

Dalam sebuah kesempatan, pernah ada seseorang yang bertanya mengenai hukum berkurban bagi anak yatim. Pasalnya, di sebuah panti asuhan pernah diadakan patungan di antara anak yatim untuk membeli sapi sebagai kurban. Dalam Islam, bagaimana hukum berkurban bagi anak yatim, apakah boleh?

Terdapat perbedaan pendapat di kalangan para ulama mengenai hukum berkurban bagi anak yatim, atau seseorang berkurban atas nama yatim dengan menggunakan harta anak yatim tersebut. Setidaknya, terdapat dua perbedaan pendapat di kalangan para ulama dalam masalah ini.

Pertama, menurut Imam Al-Syafii dan satu pendapat dari Imam Ahmad, anak yatim tidak dianjurkan berkurban dan seseorang tidak dibolehkan berkurban atas nama anak yatim dengan menggunakan harta anak yatim tersebut. Ini karena harta anak yatim yang dikeluarkan untuk berkurban akan habis, dan seseorang sangat dianjurkan untuk berhati-hati dalam menggunakan harta anak yatim.

Kedua, jika anak yatim mampu dan memiliki harta yang cukup, maka dia boleh berkurban dan seseorang boleh berkurban atas nama anak yatim dengan menggunakan harta anak yatim tersebut. Ini adalah pendapat Imam Abu Hanifah, Imam Malik dan satu pendapat dari Imam Ahmad.

Ini sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Qudamah dalam kitab Al-Mughni berikut;

واختلفت الرواية هل تجوز التضحية عن اليتيم من ماله؟ فروي أنه ليس للولي ذلك، لأنه إخراج شيء من ماله بغير عوض، فلم يجز، كالصدقة والهدية، وهذا مذهب الشافعي. والرواية الثانية: للولي أن يضحي عنه إذا كان موسرا، وهذا قول أبي حنيفة، ومالك.

Riwayat berbeda-beda, apakah boleh berkurban atas nama anak yatim dengan menggunakan hartanya? Diriwayatkan bahwa tidak boleh bagi wali anak yatim melakukan kurban atas nama anak yatim dengan menggunakan harta anak yatim tersebut. Itu termasuk mengeluarkan harta anak yatim tanpa ada penggantinya, dan itu tidak boleh, seperti bersedekah dan hadiah. Ini adalah pendapat Imam Al-Syafii. Riwayat kedua mengatakan bahwa boleh bagi wali anak yatim berkurban atas nama anak yatim jika anak yatim tersebut kaya. Ini adalah pendapat Imam Abu Hanifah dan Imam Malik.

Meski menurut Imam Abu Hanifah dan Imam Malik boleh berkurban atas nama anak yatim dengan menggunakan hartanya, namun daging kurbannya tidak boleh disedekah dan dibagikan kepada orang lain. Melainkan semua daging kurbannya disimpan untuk anak yatim tersebut. Ini karena harta anak yatim tidak boleh dibagikan dan sedekahkan kepada orang lain.

Ini sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Qudamah dalam kitab Al-Mughni berikut;

وعلى كل حال، متى ضحى عن اليتيم لم يتصدق بشيء منها، ويوفرها لنفسه لأنه لا يجوز الصدقة بشيء من مال اليتيم تطوعا

Atas semua pendapat itu, jika seseorang berkurban atas nama anak yatim, maka dia tidak boleh bersedekah dengan daging hewan kurbannya, dan dia hendaknya menyimpan daging kurban itu untuk anak yatim. Ini karena tidak boleh bersedekah sunnah dengan harta anak yatim.

BINCANG SYARIAH