Perhatikan Ayat Tentang Istidraj, Jangan Sampai Terbuai

Sebagai manusia, kita harus bisa menjaga diri dan tidak terlena dengan perbuatan maksiat. Jika Allah masih sayang kepada hamba-Nya, Allah akan memberi teguran. Bisa jadi berupa musibah, masalah, atau kesulitan. Apabila kita tidak juga sadar setelah ditegur, takutlah saat Allah mengabaikan kita. Cara Allah mengabaikan seorang hamba adalah dengan memberikan istidraj. Ayat tentang istidraj pun difirmankan Allah dalam Al Quran.

Apa itu Istidraj?

‘Uqbah bin ‘Amir ra  menuturkan bahwa Rasulullah bersabda, “Apabila engkau melihat Allah memberikan kepada seorang hamba berupa nikmat dunia yang disukainya padahal dia suka bermaksiat, maka itu hanyalah istidraj belaka”.

Kemudian Rasulullah melanjutkan, “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, Maka ketika itu mereka terdiam berputus asa. (QS.Al An’am: 44)”. (HR.Ahmad).

Ayat Tentang Istidraj

Di Al Quran, Allah memberikan penjelasan tentang istidraj. Berikut ini ayat tentang istidraj yang perlu kita pahami.

1. Peringatan untuk Orang Kafir

“Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir menyangka, bahwa pemberian tangguh Kami kepada mereka adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka; dan bagi mereka azab yang menghinakan.” (QS.Ali ‘Imran: 178)

2. Siksaan Setelah Kesenangan

“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS.Al An’am: 44).

Mau dapat tabungan umroh hingga jutaan rupiah? Yuk download aplikasinya di sini sekarang juga!

3. Harta dan Kesenangan Tidak Selalu Berarti Kebaikan

“Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa), Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka tidak, sebenarnya mereka tidak sadar.” (QS. Al Mu’minun: 55-56)

4. Ayat Tentang Istidraj Ditimpakan kepada Kaum Nabi yang Ingkar

“Kemudian Kami ganti kesusahan itu dengan kesenangan hingga keturunan dan harta mereka bertambah banyak, dan mereka berkata: “Sesungguhnya nenek moyang kamipun telah merasai penderitaan dan kesenangan“, maka Kami timpakan siksaan atas mereka dengan sekonyong-konyong sedang mereka tidak menyadarinya.”

“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.”(QS.Al A’raf: 95-96).

5. Istidraj Mengantarkan pada Kebinasaan

“Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui. Dan Aku memberi tangguh kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku amat teguh.” (QS.Al A’raf: 182-183).

Yuk jadilah tamu istimewa Allah di Tanah Suci dengan temukan paketnya di Umroh.com!

6. Setan Membuai Manusia, Lalu Berlepas Tangan

“Dan ketika setan menjadikan mereka memandang baik pekerjaan mereka dan mengatakan: “Tidak ada seorang manusia pun yang dapat menang terhadapmu pada hari ini, dan sesungguhnya saya ini adalah pelindungmu“. Maka tatkala kedua pasukan itu telah dapat saling melihat (berhadapan), setan itu balik ke belakang seraya berkata: “Sesungguhnya saya berlepas diri daripada kamu, sesungguhnya saya dapat melihat apa yang kamu sekalian tidak dapat melihat; sesungguhnya saya takut kepada Allah“. Dan Allah sangat keras siksa-Nya.” (QS.Al Anfal: 48).

7. Ayat Tentang Istidraj Ditimpakan pada Orang yang Tidak Beriman

“Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada negeri akhirat, Kami jadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka, maka mereka bergelimang (dalam kesesatan).” (QS.An Naml: 4)

“Dan (juga) kaum ´Aad dan Tsamud, dan sungguh telah nyata bagi kamu (kehancuran mereka) dari (puing-puing) tempat tinggal mereka. Dan syaitan menjadikan mereka memandang baik perbuatan-perbuatan mereka, lalu ia menghalangi mereka dari jalan (Allah), sedangkan mereka adalah orang-orang berpandangan tajam.” (QS.Al Ankabut: 38)

8. Azab Dunia bagi Orang yang Terbuai dengan Kejayaan

Ayat tentang istidraj ini berkisah tentang orang musyrik yang enggan menyisihkan hak fakir miskin, walaupun mereka memiliki kebun yang sangat menghasilkan. Allah kemudian menurunkan azab pada mereka.

“Sungguh, Kami telah menguji mereka (orang musyrik Mekah) sebagaimana Kami telah mencobai pemilik-pemilik kebun, ketika mereka bersumpah bahwa mereka sungguh-sungguh akan memetik (hasil)-nya di pagi hari, dan mereka tidak menyisihkan (hak fakir miskin),

lalu kebun itu diliputi malapetaka (yang datang) dari Rabbmu ketika mereka sedang tidur, maka jadilah kebun itu hitam seperti malam yang gelap gulita.

lalu mereka panggil memanggil di pagi hari: “Pergilah di waktu pagi (ini) ke kebunmu jika kamu hendak memetik buahnya.”

Maka pergilah mereka saling berbisik-bisik. “Pada hari ini janganlah ada seorang miskin pun masuk ke dalam kebunmu.” Dan berangkatlah mereka di pagi hari dengan niat menghalangi (orang-orang miskin) padahal mereka (menolongnya).

Tatkala mereka melihat kebun itu, mereka berkata: “Sesungguhnya kita benar-benar orang-orang yang sesat (jalan), bahkan kita dihalangi (dari memperoleh hasilnya)

Berkatalah seorang yang paling baik pikirannya di antara mereka: “Bukankah aku telah mengatakan kepadamu, hendaklah kamu bertasbih (kepada Tuhanmu). Mereka mengucapkan: “Maha Suci Rabb kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zalim.”

Lalu sebagian mereka menghadapi sebagian yang lain seraya cela mencela. Mereka berkata: “Aduhai celakalah kita; sesungguhnya kita ini adalah orang-orang yang melampaui batas.” Mudah-mudahan Rabb kita memberikan ganti kepada kita dengan (kebun) yang lebih baik daripada itu; sesungguhnya kita mengharapkan ampunan dari Rabb kita.

Seperti itulah azab (dunia). Dan sesungguhnya azab akhirat lebih besar jika mereka mengetahui. (QS.Al Qalam: 17-33).

Punya rencana untuk berangkat umroh bersama keluarga? Yuk wujudkan rencana Anda cuma di Umroh.com!

9. Allah Memberikan Kuasa pada Orang yang Mendustakan Al Quran, untuk Kemudian Membinasakan Mereka

“Maka serahkanlah (ya Muhammad) kepada-Ku (urusan) orang-orang yang mendustakan Perkataan ini (Al Quran). Nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui,” (QS.Al Qalam: 44)

10. Sesungguhnya Nikmat adalah Ujian

“Maka apabila manusia ditimpa bahaya ia menyeru Kami, kemudian apabila Kami berikan kepadanya nikmat dari Kami ia berkata, “Sesungguhnya aku diberi nikmat itu hanyalah karena kepintaranku”. Sebenarnya itu adalah ujian, tetapi kebanyakan mereka itu tidak mengetahui.” (QS.Az Zumar: 49)

UMMA

Bahaya dan Cara Mengetahui Istidraj

Asal muasal istidraj ialah lupa kepada Allah, merasa cukup dengan selain Allah, dan berpaling kepada selain Allah. Janganlah engkau tertipu dengan baiknya perilakumu dan baiknya menjaga waktumu, karena Barsiso dan Bal’am adalah lelaki yang ahli ibadah di masanya, dan pada akhir hayatnya mereka mati dalam keadaan suulkhotimah. Bagaimana cara mengetahui istidraj atau bukan tindakan yang kita lakukan?

Jangalah tertipu berteman dengan orang-orang shalih bila di hatimu tidak tertanam rasa hormat kepada mereka. Andaikan pertemanan memberi manfaat tanpa adanya rasa hormat, maka istri Nabi Nuh dan Nabi Luth tidak akan celaka, dan tidak akan membangkang kepada suaminya.

Terkadang Allah menghiasi musuh-musuhnya dengan hiasan para kekasihnya, sehingga mereka tertipu dengan bersihnya waktu, (waktu yang digunakan dalam kebaikan) dan mereka mengira bahwa mereka termasuk para kekasih Allah, mereka tidak sadar bahwa ia masuk dalam jebakan istijrad.

Allah menghiasi mereka dengan kemuliaan, pangkat, dan kedudukan. Mereka mengira bahwa mempunyai keutamaan di sisi Allah, padahal mereka tidak sadar bahwa hal tersebut merupakan istidraj atau azab berwujud kenikmatan.

Allah menghiasi mereka dengan bermacam kenikmatan dan mereka tertipu dengan berbagai hiasan dan glamornya kehidupan.

Mereka mengira kenikmatan yang ia rasakan adalah anugerah dari Allah, dan mereka tidak sadar semua kenikmatannya adalah istidraj.

Istidraj bisa menimpa semua kalangan baik orang awam, ahli imu, ahli ibadah, dan lain sebagainya. Cara mengetahui istidraj atau bukan tindakan kita itu bisa merujuk pada pandangan Imam Ar-Rifa’i dalam kitab Halatu Ahli Al-Haqiqati Ma’allahi Ta’ala, (juz 1, hlm. 104)

واستدراج أهل الذنوب الركون إليها، والإصرار على الإعراض عن الله سبحانه

Istidrajnya ahli maksiat berupa kecondongan untuk berbuat maksiat, dan terus menerus berpaling menjauh dari Allah.

واستدراج أهل العلم طلب الجاه والمنزلة عند الخلق

Istidrajnya ahli ilmu berupa ingin memperoleh kedudukan dan derajat dihadapan mahluk.

واستدراج أهل الاجتهاد الاستكثار والإعجاب

Istidrajnya ahli ijtihad (ahli hukum fikih) berupa gemar memperbanyak ibadah (dohir) dan ujub dengan ibadahnya tersebut.

واستدراج المريدين تطلعهم إلى العطايا والكرامات وسكونهم إليها

Istidrajnya ahli suluk (murid)  senang memperlihatkan kelebihan dan kekeramatan yang diberikan oleh Allah dan senangnya mereka terhadap kekeramatan itu.

واستدراج العارفين استغناؤهم بالمعرفة دون المعروف حتى جعلوا لها حداً وغاية ونهاية

Istidrajnya ahli makrifat berupa merasa cukupnya mereka dengan kemakrifatannya tersebut namun justru lalai dari Allah yang memberikan kemakrifatan tersebut, sehingga mereka menjadikan kemakrifatan itu sebagai tujuan akhirnya.

BINCANG SYARIAH

Ciri-Ciri Orang yang Terkena Istidraj

Sudah menjadi hal yang lumrah bahwa manusia selalu berharap akan pemberian dari Sang Maha Kuasa, padahal meskipun tak diharapkan Allah Swt. senantiasa mencukupi kebutuhan hamba-nya, bahkan ketika kita menghitung jumlah kenikmatan yang diperoleh dari-Nya niscaya kita tak akan mampu untuk menghitungnya, sebagaimana firman-Nya:

وان تعدوا نعمة الله لا تحصوها

“Dan apabila engkau menghitung nikmat Allah Swt. (yang diberikan kepadamu) maka tidak pernah akan bisa menghitungnya”( QS. An-Nahl: 18).

Pemberian Allah Swt., apapun bentuknya, merupakan hal yang wajib kita terima dengan lapang dada, baik berupa kenikmatan ataupun musibah, karena pada hakikatnya musibah merupakan sebuah ujian atau teguran dari-Nya atas perbuatan kita yang tidak selaras dengan ajaran syariat. Meskipun demikian, tidak sedikit dari kita yang tidak menjalankan syariat-Nya pun selalu mendapatkan karunia-Nya, bahkan biasanya kita mendapatkan lebih banyak dan lebih mengenakkan secara kasat mata.

Terkait hal ini, Ibnu ‘Athaillah dalam al-Hikam mengatakan demikian:

خف من وجود احسانه اليك ودوام اسأتك معه ان يكون ذالك استدراجا لك, سنستدرجهم من حيث لا يعلمون

“Takutlah Anda atas karunia Allah yang selalu Anda dapatkan, (sedangkan) Anda tetap berbuat buruk pada-Nya, sebab bisa jadi itu istidraj bagi Anda (yang ama-lama akan menghancurkan Anda), akan kami biarkan mereka berangsur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui”

Menyikapi hal demikian Imam Ibnu ‘Athoillah dalam karyanya Al-Hikam, menegaskan bahwa kita harus waspada terhadap karunia Allah yang senantiasa kita peroleh, sedangkan kita selalu melanggar perintah-perintah-nya dan bermaksiat kepada-Nya, karena pemberian tersebut bukanlah sebuah kenikmatan melainkan Istidraj agar kita puas dalam kehanyutan murka-Nya kelak di Akhirat, Na’udzu bi-llah.

Kalam hikmah di atas memberikan informasi kepada kita bahwa tanda-tanda pemberian Allah yang merupakan sebuah istidraj yaitu apabila:

Pertama, selalu mendustakan ayat-ayat-Nya dan nikmat-Nya, sebab meremehkan dan enggan untuk mengamalkan dalam keseharian mereka, padahal mereka telah mengetahuinya, hal tersebut selaras dengan firman-Nya:

والذين كذبوا باياتنا سنستدرجهم من حيث لا يعلمون

“Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, akan kami biarkan mereka berangsur-angsur (kearah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui”(QS. Al A’raf: 182).

Kedua, selalu berbuat maksiat dengan melanggar yang telah diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya, serta mengufuri nikmat-Nya, merasa tidak puas atas karunia-Nya.

Sedikit nikmat yang diberikan kepada kita, kalau kita terima dengan rasa syukur, niscaya akan bertambah keberkahannya, sebagaimana disebutkan dalam Alquran:

لئن شكرتم لازيدن كم

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambahkan (nikmat-Ku) kepadamu” (QS. Ibrahim: 7).


Wallahu a’lam.

BINCANG SYARIAH

Ini Arti Istidraj dalam Islam, Hati-hati dengan Nikmat Dunia!

Tidak sedikit orang yang lalai dalam ibadah justru diberikan harta yang berlimpah dari Allah SWT. Dalam Islam, kenikmatan dunia itu disebut dengan istidraj.

Allah SWT melimpahkan rezeki, kebahagiaan, dan kenikmatan dunia lainnya kepada setiap orang yang Dia kehendaki. Kenikmatan tersebut bisa menjadi peringatan akan azab Allah apabila diberikan kepada orang yang sering melalaikan ibadah dan merasa tenang dalam maksiatnya.

Peringatan istidraj termaktub dalam QS. Al An’am ayat 44 sebagai berikut:

فَلَمَّا نَسُوا۟ مَا ذُكِّرُوا۟ بِهِۦ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَٰبَ كُلِّ شَىْءٍ حَتَّىٰٓ إِذَا فَرِحُوا۟ بِمَآ أُوتُوٓا۟ أَخَذْنَٰهُم بَغْتَةً فَإِذَا هُم مُّبْلِسُونَ

Artinya: “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS. Al An’am: 44)

Dalam tafsir Al Ahzar jilid 3, istidraj menurut ayat di atas artinya dikeluarkan dari garis lurus kebenaran tanpa disadari. Allah SWT memperlakukan apa yang dia kehendaki, dibukakan segala pintu, hingga orang tersebut lupa diri.

Ibaratnya tidak ingat bahwa sesudah panas pasti ada hujan, sesudah lautan tenang gelombang pasti datang. Mereka dibiarkan berbuat maksiat dengan hawa nafsunya hingga tersesat jauh. Lalu, siksaan Allah datang sekonyong-konyong.

Dalam Ensiklopedia Tasawuf Imam Al-Ghazali, istidraj artinya pembiaran. Yaitu pembiaran karena tidak mau berhenti melakukan hal-hal yang memalukan (maksiat). Istidraj merupakan peringatan keras dari Allah SWT.

Malik Al-Mughis dalam bukunya yang berjudul Demi Masa menjelaskan, istidraj adalah pemberian kesenangan untuk orang-orang yang dimurkai Allah agar mereka terus menerus lalai. Hingga pada suatu ketika semua kesenangan itu dicabut oleh Allah, mereka akan termangu dalam penyesalan yang terlambat.

Allah SWT berfirman dalam QS. al-Qalam ayat 44 sebagai berikut:

فَذَرْنِى وَمَن يُكَذِّبُ بِهَٰذَا ٱلْحَدِيثِ ۖ سَنَسْتَدْرِجُهُم مِّنْ حَيْثُ لَا يَعْلَمُونَ

Artinya: “Maka serahkanlah (ya Muhammad) kepada-Ku (urusan) orang-orang yang mendustakan perkataan ini (Al Quran). Nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui,” (QS. al-Qalam: 44)

Orang mukmin akan merasa takut dengan istidraj, yakni kenikmatan semu yang sejatinya murka Allah SWT. Namun sebaliknya, orang-orang yang tidak beriman akan beranggapan bahwa kesenangan yang mereka peroleh merupakan sesuatu yang layak didapatkan.

Biasanya, istidraj diberikan kepada orang-orang yang mati hatinya. Mereka adalah orang yang tidak merasa bersedih atas ketaatan yang ditinggalkan dan tidak menyesal atas kemaksiatan yang terus dilakukan.

Cara termudah untuk membedakan kesenangan yang datangnya dari kemurahan Allah dengan istidraj adalah ketakwaan. Jika orang tersebut taat dalam beribadah, bisa jadi nikmat yang diterima adalah kemurahan Allah. Begitupun sebaliknya, apabila orang tersebut lalai dalam ibadah bisa jadi itu merupakan istidraj.

Dalam sebuah hadits riwayat Imam Ahmad yang berasal dari sahabat Rasulullah SAW, ‘Uqbah bin Amir, Rasulullah SAW bersabda: “Apabila engkau lihat Allah memberikan sebagian keduniaan kepada hamba-Nya, apa saja yang diingininya dengan serba-serbi kemaksiatannya maka pemberian yang demikian adalah istidraj.” (HR. Ahmad)

Sebagai Muslim, kita harus berhati-hati dengan nikmat yang diberikan oleh Allah SWT. Untuk itu, kita diperintahkan untuk menafkahkan sebagian harta yang kita peroleh kepada orang yang membutuhkan.

Detik

Berhati-hatilah, Pemberian dari Allah Bisa Jadi Istidraj

Orang yang melakukan maksiat harus hati-hati.

Di dunia ini mungkin sering dijumpai orang-orang yang gemar melakukan maksiat dan perbuatan dosa, tapi mereka selalu hidup dalam kesenangan. Orang-orang semacam itu harus hati-hati karena bisa jadi kesenangannya itu membuat mereka semakin melupakan Allah SWT.

Syekh Ibnu Atha’illah dalam Kitab Al-Hikam mengingatkan orang-orang yang selalu mendapat karunia atau pemberian dari Allah SWT, sementara mereka selalu berbuat maksiat. Menurut Syekh Ibnu Atha’illah, orang-orang itu harus hati-hati terhadap istidraj.

“Seharusnya kamu merasa takut jika kamu selalu mendapat karunia dari Allah, tapi kamu tetap melakukan perbuatan maksiat kepada-Nya. Sebab bisa jadi karunia itu istidraj bagi kamu (yang lambat laun akan menghancurkan kamu).” (Syekh Ibnu Atha’illah, Al-Hikam)

Terjemah Al-Hikam karya Ustadz Bahreisy menjelaskan arti istidraj. Istidraj, yaitu mengulur waktu dan memberi terus-menerus agar bertambah lupa, kemudian dibinasakan. Istidraj juga dapat berarti memperdaya.

فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّىٰ إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ

“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS Al-An’am: 44)

Ayat tersebut mencontohkan istidraj. Setiap berbuat dosa, ditambah dengan pemberian kesenangan, supaya mereka lupa untuk memohon ampun kepada Allah SWT.

KHAZANAH REPUBLIKA

Nasihat Ibnu Al-Utsaimin Tentang Istidraj

Allah Ta’ala berfirman dalam Al Qur’an:

فلما نسوا ما ذكروا به فتحنا عليهم أبواب كل شيء حتى إذا فرحوا بما أوتوا أخذنا هم بغتة فإذا هم مبلسون

Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka, sehingga apabila mereka gembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa” (QS. Al-An’am : 44).

Dunia dengan segala kemegahannya seringkali membuat silau hingga tenggelam serta sibuk dalam buaian kebahagiaan. Sebagai mukmin yang memiliki jiwa bersih hendaknya lebih jeli kala menghadapi saat-saat indah ini, karena jika ia tak menyadari semua itu bisa berubah menjadi prahara. Realitanya, tak sedikit manusia terlena dengan kesenangan semu ini, bahkan melakukan dosa, maka inilah istidraj.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Apabila engkau melihat seorang hamba masih mendapatkan karunia dunia dari Allah sesuka hatinya sementara ia masih gemar melakukan maksiat sesungguhnya karunia itu tidak lain adalah istidraj” (HR. Ahmad dalam [4/145], dari hadits Uqbah bin Amir radhiallahu’anhu). Maka waspadalah terhadap istidraj!

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin memberikan nasehat yang indah tentang hal ini: “Allah memberikan kesempatan kepada seseorang hamba yang berbuat zalim dan tidak menyegerakan siksanya. Ini merupakan ujian, kita memohon semoga melindungi kita semua. Diantara sikap istidraj adalah diberi kesempatan untuk berbuat zalim dan tidak segera dihukum, sehingga dia melakukan banyak kezaliman kepada manusia. Jika Allah mengazabnya dengan azab yang pedih. Allah subhanallahu wa ta’ala berfirman:

وكذلك أخذ ربك إذا أخذ القرى و هي ظلمة إن أخذه أليم شديد

Dan begitulah azab Tuhanmu, apabia Dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya azab-Nya adalah sangat pedih lagi keras”. (QS. Huud: 62).

Kepada orang yang zalim hendaklah dia tidak terperdaya oleh dirinya sendiri dan tidak pula dengan karunia Allah yang diberikan kepadanya karena semua itu hakikatnya musibah di atas musibah. Karena jika manusia dihukum oleh Allah dengan segera atas kezalimannya mungkin dia akan selalu ingat dan meninggalkan kezaliman. Tetapi jika dia masih diberi kesempatan terus untuk berbuat zalim dan melakukan perbuatan dosa maka kezalimannya terus bertambah dan dosa-dosanya menumpuk sehingga hukumannya semakin berat. Kita memohon kepada Allah semoga kita diberi karunia untuk bisa mengambil pelajaran dari tanda-tanda kebesaran-Nya dan semoga Allah melindungi dari kezaliman diri kita dan kezaliman orang lain. Innahu Jawwaadun Kariim” (Syarah Riyadhus Shalihin, Juz I hadits no.1191 hal 953-934)

Inilah nasehat indah agar kaum mukminin selalu berhati-hati agar tidak berbuat zalim. Dan tidaklah pantas kita terpedaya orang-orang yang dibukakan pintu-pintu kenikmatan dunia namun mereka melupakan karunia Allah Ta’ala, tidak mensyukurinya bahkan memanfaatkannya di jalan-jalan yang dibenci Allah ‘Azza wa Jalla.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berwasiat : “Demi Allah, bukan kemiskinan yang aku khawatirkan terhadap diri kalian. Tetapi yang aku khawatirkan justru apabila dunia ini dibentangkannya kepada kalian, sebagaimana dahulu juga dibentangkan di hadapan umat-umat sebelum kalian. Lalu kalianpun memperebutkannya. Hingga akhirnya dunia ini membinasakan kalian sebagaimana dahulu dunia itupun membuat mereka binasa” (HR. Ahmad no.539, Al-Hakim [2/582], dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu).

Wallahul muwaffiq.

Referensi:
1. Saat Hidayah Menyapa, Fariq Gasim Anuz, Daun Publising, Cirebon, 2010
2. Sandiwara Langit, Abu Umar Basyier, Shofa Publika, Magelang, 2008

Penulis: Isruwanti Ummu Nashifa

Artikel Muslimah.or.id

Istidraj: Ketika Ahlul Maksiat Bergelimang Harta Dunia

Jika Kita Tidak Segera Melakukan Perbaikan Diri Dengan Menjauhi Mindset Materialisme Dari Dalam Diri Kita, Sehingga Kita Terlena Dengan Kehidupan Dunia Yang Fana ini, Akhirnya Terjebak Istidraj dari ALLAH, Karena Kelalaian Kita Sendiri. Ujung-Ujungnya adalah Musibah dan Kerugian di Akhirat Kelak.!

APA ITU ISTIDROJ ?

ISTIDROJ itu adalah Azab Yang Diundur- Undur Oleh ALLAH Ta’ala, Namun ALLAH Tetap Memberikan Kita :

1). Harta Yang Berlimpah; Padahal Tidak Pernah Bersedekah. !

2). REZEKI BERLIPAT-LIPAT; Padahal Jarang Shalat, Tidak Senang pada Nasihat Ulama, dan Terus Berbuat Maksiat.. !

3). DIKAGUMI, DIHORMATI; Padahal Akhlak Bejat.

4). DIIKUTI, DITELADANI dan DIIDOLAKAN; Padahal Bangga Mengumbar Aurat Dalam Berpakaian.. !

5). SANGAT JARANG DIUJI SAKIT; Padahal Dosa-Dosa Menggunung dan Membukit. !

6). TIDAK PERNAH DIBERIKAN MUSIBAH; Padahal Gaya Hidupnya Sombong, Meremehkan Manusia, Angkuh dan Bedebah.. !

7). ANAK-ANAK SEHAT-SEHAT, CERDAS-CERDAS; Padahal Diberikan Makan Dari Harta Hasil Yang Haram (Menipu, Korupsi, Riba’, dll )..

8). HIDUP BAHAGIA PENUH CANDA TAWA; Padahal, Banyak Orang Karenanya Ternoda dan Terluka.

9. KARIRNYA TERUS MENANJAK; Padahal Banyak Hak Orang Yang Diinjak-Injak.. !

10. SEMAKIN TUA SEMAKIN MAKMUR; Padahal Berkubang Dosa Sepanjang Umur.. !

Hati-Hati, Karena itulah yang Dinamakan ISTIDRAJ.

RENUNGKAN AYAT INI :

ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala., berfirman:

فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّىٰ إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ

Artinya:
“Maka Tatkala Mereka Melupakan Peringatan yang telah diberikan kepada mereka, KAMI pun Membukakan Semua Pintu-Pintu Kesenangan Untuk Mereka; Sehingga apabila Mereka Bergembira Dengan Apa yang Telah Diberikan Kepada Mereka, KAMI Siksa Mereka Dengan Sekonyong-Konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.”
(QS. AL-‘AN’ĀM : 44 )

RASULULLAH Shallallahu ‘Alaihi Wassalam., bersabda:

إِذَا رَأَيْتَ اللّهَ يُعْطِي الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا عَلَى مَعَاصِيهِ مَا يُحِبُّ، فَإِنَّمَا هُوَ اسْتِدْرَاجٌ

“Jika Kamu Melihat ALLAH Memberikan Dunia Kepada Seorang Manusia Pelaku Maksiat, Dengan Sesuatu YANG ia (pelaku maksiat) Sukai, Maka Sesungguhnya Itu adalah ISTIDRAJ.”
(HR. AHMAD )

Maka Jangan Silau Dengan Kesuksesan dan Kemegahan Yang Ditampilkan Seseorang.. !!! Maka Waspadalah.. !!! Bisa Jadi Dia Sedang Mengalami ISTIDRAJ.

Dan pada Sagatnya Nanti, ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala., Tiba-Tiba Mencabut Semua Kenikmatan itu, Tanpa Dia Sadari. !!!

Sebagai Orang Beriman yang Dikasihi ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala., maka ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala., akan Selalu Menjaga Kita dari Segala Kemaksiatan, Tidak Dibiarkan Dalam Kesesatan. !

Jadi kalau kita sudah Beramal Sholeh, Namun Kita Masih Diberi Ujian / Cobaan, Maka Itulah Tanda Kasih Sayang ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala., pada Hamba-Hamba-NYA, Berupa Keringanan Dosa dan Menuju Ampunan-NYA. !

SEMOGA KITA SELAMAT DARI ISTIDRAJ.

AAMIIN YAA RABBAL AL AAMIIN (kk/wa)

 

ERA MUSLIM