Jangan Berputus Asa

Orang mukmin tidak akan pernah berputus asa karena kegagalan atau musibah yang menimpanya.

Setiap manusia pasti pernah gagal. Ada cita yang tak tercapai dan harapan yang tak sesuai keinginan. Kegagalan sering kali memunculkan penyesalan. Penyesalan membutakan pikiran dan berujung pada buruk sangka kepada Allah SWT.

Kecewa adalah naluri. Penyesalan adalah manusiawi. Namun, kecewa dan penyesalan yang berlebihan adalah suatu kesalahan. Penyesalan jangan sampai menghilangkan harapan.

Dalam menjalani hidup, kita bak orang yang menaiki perahu yang berbeda di tengah laut yang sama. Hidup bukan untuk dibandingkan, apalagi disandingkan. Setiap orang punya momennya. Setiap individu ada takdirnya.

Berbaik sangkalah kepada Allah. Imani takdir kehidupan. Menari mengikuti alur yang telah ditentukan. Mengharmonisasikan harapan dengan ketentuan yang telah Allah siapkan.

Percayalah bahwa setelah mengalami banyak kegagalan dan kesulitan pasti akan datang berbagai kemudahan. Sebagaimana firman Allah Ta’ala, “… Maka sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan; sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan …” (QS al-Insyirah: 5-6).

Teruslah berikhtiar dan berdoa kepada Allah. Kuatkan kesabaran dan jangan berputus asa. Allah SWT berfirman, ” Tidak ada yang berputus asa dari rahmat Tuhannya kecuali orang yang sesat” (QS al-Hijr: 56).

Orang mukmin tidak akan pernah berputus asa karena kegagalan atau musibah yang menimpanya. Imannya akan tetap kuat. Sabar dan tabah menjadi senjata untuk menghadapi kesulitan yang menerpa. https://www.youtube.com/embed/-KuSjcmMCuc

Kuatkan keimanan dan yakinlah bahwa orang beriman tidak berjalan sendiri. Belajarlah untuk ikhlas menerima takdir dari Allah SWT. Tanamkan keyakinan bahwa suatu saat nanti Allah akan menghilangkan semua kesulitan itu. Hal itu sesuai dengan firman-Nya: “Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang telah beriman” (QS al-Hajj: 38).

Teruslah berharap kepada Allah karena Dia sebaik-baiknya pengharapan. Jadilah orang yang persisten dalam berdoa karena Allah tahu kapan waktu terbaik untuk menjawab doa hambanya.

Mengenai hal ini, ada kata mutiara yang sangat indah dari Ibnu Athaillah, “Jangan sampai tertunda karunia Allah kepadamu, setelah kau mengulang-ulang doamu, membuatmu putus asa. Karena dia menjamin pengabulan doa sesuai pilihannya, bukan sesuai pilihanmu, pada waktu yang diinginkannya, bukan pada waktu yang engkau inginkan.”

Yakinlah pada doa. Cepat atau lambat anugerah dari Allah akan menghampiri kita. Sebagaimana dikatakan oleh Syekh asy-Sya’rawi, “Kamu akan dikejutkan dengan sesuatu yang pernah engkau minta pada Allah sejak waktu yang begitu lama. Mungkin engkau sudah lupa, tapi Allah tidak pernah melupakannya (doamu).”

Wallahu a’lam.

Abdillah

KHAZANAH REPUBLIKA

Jangan Berputus Asa

Dewasa ini sering ditemukan manusia-manusia yang mengeluh merasa kesusahan karena musibah atau ujian yang diterima. Keluhan ini banyak beredar di media sosial dimana setiap orang bisa mengakses.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Al Washliyah Dai Nasional Kiai Haji Masyhuril Khamis menyebut keluhan ini muncul karena banyak faktor, yang ujungnya membuat manusia merasa berputus asa. Ia pun ingin mengingatkan kepada umat Muslim agar tidak putus asa dalam menghadapi cobaan Allah.

“Ujian dan musibah ini sering kita temui di kehidupan kita sehari-hari. Ada musibah yang menimbulkan kesakitan dan musibah yang menimbulkan kebahagiaan. Manusia rentan lupa kepada Allah ketika diberi musibah yang membahagiakan,” ujarnya di Masjid Jami’ An-Nur, Jalan Percetakan VII, Jakarta Pusat, Sabtu (1/9).

Ia pun menuturkan, semua catatan pengalamannya sejak awal melakukan tausiyah mengenai masalah manusia sudah ia bukukan. Buku yang diterbitkan awal 2011 dan mengalami revisi ini berjudul “Jangan Berputus Asa dari Rahmat Allah”.

Dalam buku ini ditulis orang kerap berputus asa karena ia tidak bisa mengatur musibahnya. Rasa putus asa, merasa diri lemah dan tidak berdaya muncul karena manusia ini tidak mampu menghadapi cobaan yang datang kepadanya.

“Orang itu cenderung tidak siap menerima musibah. Padahal kalau mau naik tingkat derajatnya di mata Allah atau kalau imannya benar-benar bagus, harus siap menerima musibah,” lanjutnya.

Kiai Khamis menekankan bahwa setiap orang yang beriman pasti diuji. Karena itu hendaklah manusia khususnya umat Muslim yang sedang diuji merasa senang, sebab artinya Allah sayang pada dia.

Kedua, orang yang sedang mengalami musibah kedepannya akan terlihat perbedaan Iffa atau harga diri tiap manusia. Ketika diberi musibah dan mampu mengelolanya, maka ia tidak akan terjerembab pada kemalangan atau keputusasaan dan menyebabkan harga diri orang ini semakin tinggi.

“Yang gampang berputus asa, secara kejiwaan bisa dinilai mereka ini lemah. Tapi kalau ia bisa bangkit dari masalahnya maka harga dirinya bisa lebih tinggi. Seperti bola basket yang meski dipantulkan ke bawah, loncatannya semakin tinggi,” ucap pria kelahiran Sumatera ini.

Dalam kegiatan bedah buku karangannya ini, sang Kiai pun menyatakan agar umat Muslim menjadi orang yang kuat. Alasan ketiga ini adalah salah satu cara untuk menghindarkan diri dari keputusasaan yang sering dihadapi manusia.

Orang yang bisa menjaga nafsu dan emosinya berarti orang yang kuat dan imannya teruji. Banyak orang penting atau pejabat yang tidak mampu menjaga dirinya, menghadapi cobaan kenikmatan, sehingga mengambil yang bukan hak dan miliknya.

Terakhir, ia meminta majelis yang hadir di Masjid Jami’ An-Nur untuk selalu bercermin pada alam. Jangan pernah selalu melihat hasil tanpa mau melihat dan merasakan prosesnya.

“Orang banyak yang ingin hasil jadinya saja, nggak peduli pada prosesnya. Sementara proses ini yang menuntun kita agar menjadi sesuati yang lebih baik,” ucap Sekjen Al-Washliyah Dai Nasional.

REPUBLIKA