Cara Perbanyak Timbangan Kebaikan

Penentu masuk atau tidaknya seseorang ke dalam pintu surga adalah melalui seberapa berat timbangan amalnya selama di dunia. Ustaz Darhan Abu Furayhan menjelaskan beberapa keterangan Allah SWT dan rasul-Nya telah cukup banyak menjelaskan beberapa amal ibadah yang mampu memperbanyak timbangan kebaikan.

Dalam ceramah berjudul Pemberat Timbangan Amal di Masjid Nur ala Nur, Tambun, Kabupaten Bekasi, Ustaz Farhan menjelaskan, hal yang dapat memperberat amal adalah kunjung-mengunjungi (silaturahim), saling duduk atau berkumpul untuk mengkaji kajian agama, dan saling mengasihi karena Allah SWT.

Rasulullah bersabda, Allah SWT berfirman bahwa wajib cinta-Ku pada mereka, yaitu orang- orang yang saling mencintai karena Aku, orang orang yang saling duduk karena Aku dan orang yang saling mengunjungi karena Aku (HR Tirmidzi).

Ustaz Farhan juga menje-laskan hadis yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim bahwa Rasulullah SAW bersabda bahwa terdapat tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan Allah SWT pada hari kiamat.Salah satunya orang yang saling mencintai karena Allah SWT, berkumpul karena Allah SWT, dan berpisah karena Allah SWT pula.

Selain itu, orang yang dijamin masuk surga dan tentu berat amal timbangannya adalah orang yang senantiasa menjaga tali silaturahim. Ada sebuah kisah yang diceritakan Rasulullah SAW kepada sahabatnya, Abu Hurairah RA bahwa ada seorang pemuda yang menempuh sebuah per- jalanan panjang untuk mengunjungi saudaranya.

Dalam perjalanan, turunlah seorang malaikat yang bertanya padanya Wahai fulan, hendak ke mana engkau? Lalu fulan menjawab, Aku hendak mengunjungi saudaraku di daerah ini. Lalu malaikat kembali bertanya, Apa kah kunjunganmu ini karena keuntungan duniawi yang engkau harapkan darinya (sauda ramu)? Fulan menjawab, Sama sekali tidak, saya ingin menemuinya semata-mata karena aku mencintainya karena Allah. Maka, malaikat tersebut menjawab, Sesungguhnya Allah telah cinta padamu karena engkau telah cinta pada hamba-Nya karena- Nya (HR Muslim).

Seluruh hubungan yang terjalin di dunia ini yang tidak berasas takwa atau bukan karena Allah akan sirna dan berujung pada permusuhan. Yang tersisa dan kekal hanya hubungan yang dibangun di atas takwa, kata Ustaz Farhan kepada para jamaah, belum lama ini.

Dia mengatakan, dalam Alquran tertulis, orang-orang yang saling mengasihi di dunia akan saling bermusuhan pada hari kiamat, kecuali mereka yang bertakwa kepada Allah. Menurut dia, ayat ini ditafsirkan bahwa segala hubungan yang tidak berasas pada keridhaan Allah akan sirna dan berujung pada permusuhan kecuali mereka yang berhubungan karena ketakwaan.

Dalam hadis yang disampaikan Abu Hurairah RA, Rasulullah bersabda bahwa orang yang saling mencintai pada hari kiamat akan dipanggil oleh Allah SWT. Mereka akan dinaungi oleh naungan Allah dan mereka berada di atas mimbar mimbar yang terbuat dari cahaya (HR Muslim).

Selain mempererat tali silaturahim, perbuatan yang dapat memberatkan timbangan amal adalah menuntut ilmu. Sebuah kisah diceritakan oleh sahabat Rasulullah SAW, Abu Darda RA.

Ada seorang pemuda yang datang padanya, lalu Abu Darda menanyakan alasan kedatangan pemuda tersebut.Pemuda itu pun menjawab, Sesungguhnya aku datang untuk mendengar sabda Rasulullah yang telah engkau dengar langsung darinya.

Mendengar alasan pemuda tersebut, Abu Darda langsung berkata, Sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah bersabda bahwa barang siapa yang telah menempuh sebuah perjalanan untuk menuntut ilmu agama maka akan dibentangkan padanya jalan menuju surga dan malaikat akan meletakkan sayap- sayap mereka untuk para penuntut ilmu, (HR Tirmidzi).

Ustaz Farhan juga menjelaskan bahwa keutamaan orang yang berilmu (alim) dibandingkan orang yang rajin beribadah (abid) bagikan bulan purnama dan ribuan bintang. Menurut dia, satu alim lebih baik dibandingkan ratusan abid, sama halnya seperti ratusan bintang yang tidak dapat menyaingi terangnya bulan purnama.

Misalnya, ada ribuan abid yang gemar berpuasa, gemar beribadah dan lainnya, tapi jumlah mereka tidak akan bermanfaat dibandingkan seorang alim karena mereka membawa perubahan, kata Ustaz Farhan.

Dia menjelaskan, kebaikan ilmu yang dimiliki seolah alim akan menyebar kepada orang lain dan terus mengalirkan pahala bagi nya sehingga timbangan kebaik annya pun akan terus bertambah. Berbeda dengan seorang abid yang hanya mengandalkan dirinya sendiri untuk menambah timbangan kebaikannya.

Oleh karena itu, banyak ulama yang menyatakan bahwa satu alim itu lebih dahsyat pengaruh- nya bagi setan dibandingkan seribu abid karena seorang alim akan membawa perubahan dengan ilmu yang dimilikinya. Sedangkan, abid tidak dapat mengajarkan ilmu-ilmu bermanfaat kepada umat karena dia hanya dapat beribadah dan bermanfaat bagi dirinya sendiri.

REPUBLIKA

Jangan Berputus Asa

Dewasa ini sering ditemukan manusia-manusia yang mengeluh merasa kesusahan karena musibah atau ujian yang diterima. Keluhan ini banyak beredar di media sosial dimana setiap orang bisa mengakses.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Al Washliyah Dai Nasional Kiai Haji Masyhuril Khamis menyebut keluhan ini muncul karena banyak faktor, yang ujungnya membuat manusia merasa berputus asa. Ia pun ingin mengingatkan kepada umat Muslim agar tidak putus asa dalam menghadapi cobaan Allah.

“Ujian dan musibah ini sering kita temui di kehidupan kita sehari-hari. Ada musibah yang menimbulkan kesakitan dan musibah yang menimbulkan kebahagiaan. Manusia rentan lupa kepada Allah ketika diberi musibah yang membahagiakan,” ujarnya di Masjid Jami’ An-Nur, Jalan Percetakan VII, Jakarta Pusat, Sabtu (1/9).

Ia pun menuturkan, semua catatan pengalamannya sejak awal melakukan tausiyah mengenai masalah manusia sudah ia bukukan. Buku yang diterbitkan awal 2011 dan mengalami revisi ini berjudul “Jangan Berputus Asa dari Rahmat Allah”.

Dalam buku ini ditulis orang kerap berputus asa karena ia tidak bisa mengatur musibahnya. Rasa putus asa, merasa diri lemah dan tidak berdaya muncul karena manusia ini tidak mampu menghadapi cobaan yang datang kepadanya.

“Orang itu cenderung tidak siap menerima musibah. Padahal kalau mau naik tingkat derajatnya di mata Allah atau kalau imannya benar-benar bagus, harus siap menerima musibah,” lanjutnya.

Kiai Khamis menekankan bahwa setiap orang yang beriman pasti diuji. Karena itu hendaklah manusia khususnya umat Muslim yang sedang diuji merasa senang, sebab artinya Allah sayang pada dia.

Kedua, orang yang sedang mengalami musibah kedepannya akan terlihat perbedaan Iffa atau harga diri tiap manusia. Ketika diberi musibah dan mampu mengelolanya, maka ia tidak akan terjerembab pada kemalangan atau keputusasaan dan menyebabkan harga diri orang ini semakin tinggi.

“Yang gampang berputus asa, secara kejiwaan bisa dinilai mereka ini lemah. Tapi kalau ia bisa bangkit dari masalahnya maka harga dirinya bisa lebih tinggi. Seperti bola basket yang meski dipantulkan ke bawah, loncatannya semakin tinggi,” ucap pria kelahiran Sumatera ini.

Dalam kegiatan bedah buku karangannya ini, sang Kiai pun menyatakan agar umat Muslim menjadi orang yang kuat. Alasan ketiga ini adalah salah satu cara untuk menghindarkan diri dari keputusasaan yang sering dihadapi manusia.

Orang yang bisa menjaga nafsu dan emosinya berarti orang yang kuat dan imannya teruji. Banyak orang penting atau pejabat yang tidak mampu menjaga dirinya, menghadapi cobaan kenikmatan, sehingga mengambil yang bukan hak dan miliknya.

Terakhir, ia meminta majelis yang hadir di Masjid Jami’ An-Nur untuk selalu bercermin pada alam. Jangan pernah selalu melihat hasil tanpa mau melihat dan merasakan prosesnya.

“Orang banyak yang ingin hasil jadinya saja, nggak peduli pada prosesnya. Sementara proses ini yang menuntun kita agar menjadi sesuati yang lebih baik,” ucap Sekjen Al-Washliyah Dai Nasional.

REPUBLIKA