Kekuatan Istighfar Mendatangkan Rezeki dan Anak

Assalamu’alaikum Ustadzi,

Saya menikah sudah 7 tahun dan belum dikaruniai anak. Seorang teman menasehati agar saya banyak-banyak beristighfar. Mohon penjelasan hubungan istighfar dan keinginan punya anak ini

Wassalam

Umi Pekalongan

Masalah rezeki, uang dan anak merupakan masalah yang menjadi perhatian  seluruh manusia yang hidup di dunia ini. Berapa banyak manusia yang stres, bahkan tidak sedikit dari mereka yang bunuh diri akibat memikirkan harta dan keluarga. Berapa banyak rakyat  kecil yang hidupnya susah, karena sulitnya mencari uang.

Berapa banyak pasangan suami istri di dunia ini yang mengorbankan uang dan tenaga yang tidak sedikit demi untuk mendapatkan seorang anak. Dan berapa banyak orang melakukan kejahatan dan pembunuhan hanya ingin mendapatkan harta dengan cara cepat.

Bukankah dunia ini rusak dan kacau akibat ulah manusia yang berlomba-lomba mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya tanpa mengindahkan hak-hak orang lain? Kenapa mereka semua itu tidak kembali kepada ajaran-ajaran Al Qur’an yang telah menjelaskan cara-cara untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan?

Dalam Surat Nuh, Allah telah menjanjikan kepada siapa saja yang mau beristighfar dan memohon ampun kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan diturunkan kepadanya rezeki yang melimpah dan diberikan kepadanya keturunan yang membawa berkah.

Allah berfirman :

فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا يُرْسِلِ السَّمَاء عَلَيْكُم مِّدْرَارًاوَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَل لَّكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَل لَّكُمْ أَنْهَارًا

”Maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS. Nuh : 10-12).

Berkata Imam al-Qurthubi di dalam tafsirnya (18/302):

في هذه الآية والتي في “هود” دليل على أن الاستغفار يستنزل به الرزق والأمطار

“Ayat ini dan yang terdapat di dalam Surat Hud (ayat 3) merupakan dalil yang menunjukkan bahwa al-Istighfar akan menyebabkan turunnya rezeki dan hujan.“

Hujan lebat pada ayat di atas maksudnya adalah  rezeki yang banyak, karena hujan akan membuat tanah subur dan menumbuhkan banyak tumbuh-tumbuhan sehingga manusia dan hewan bisa makan darinya, negara menjadi makmur, kekeringan bisa terhindar, air minum yang bersih bisa terjangkau oleh semua lapisan masyarakat. Dari hujan yang lebat tersebut, kebun-kebun menjadi hijau dan sungai-sungaipun mengalir sebagaimana yang disebutkan di bagian akhir dari ayat di atas.

Oleh karena itu, ketika Kota Madinah mengalami kekeringan pada masa Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, beliau keluar bersama-sama penduduk Madinah untuk memohon kepada Allah agar diturunkan hujan. Umar waktu itu tidak banyak berdo’a kecuali dengan memperbanyak istighfar saja.

Berkata Ibnu Katsir di dalam Tafsir al-Qur’an al-Adhim (8/233):

ولهذا تستحب قراءة هذه السورة في صلاة الاستسقاء لأجل هذه الآية. وهكذا روي عن أمير المؤمنين عمر بن الخطاب: أنه صعد المنبر ليستسقي، فلم يزد على الاستغفار، وقرأ الآيات في الاستغفار. ومنها هذه الآية { فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا } ثم قال: لقد طلبت الغيث بمجاديح السماء التي ستنزل بها المطر.

“Oleh karena itu dianjurkan membaca surat ini di dalam sholat al-Istisqa’ (sholat meminta hujan) karena terdapat ayat tersebut. Dan demikianlah yang diriwayatkan dari Amirul Mukminin Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, bahwa beliau naik mimbar untuk berdo’a meminta hujan, tidaklah ada yang diucapkan kecuali beristighfar, kemudian membaca ayat-ayat yang berkenaan dengan istghfar, diantaranya adalah ayat ini. (”Maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat ) Kemudian beliau berkata: Saya memohon hujan melalui pintu-pintu langit yang dengannya akan turun hujan.

Ayat di atas juga mengajak siapa saja yang sudah menikah dan belum dikarunia anak, agar memperbanyak istighfar. Begitu juga bagi yang sulit mencari pekerjaan agar selalu banyak istighfar agar Allah memberikannya rezeki yang melimpah.

Berkata al-Qurthubi di dalam tafsirnya ( 18/302 ) :

وقال ابن صبيح : شكا رجل إلى الحسن الجدوبة فقال له : استغفر الله. وشكا آخر إليه الفقر فقال له : استغفر الله. وقال له آخر. ادع الله أن يرزقني ولدا ؛ فقال له : استغفر الله. وشكا إليه آخر جفاف بستانه ؛ فقال له : استغفر الله. فقلنا له في ذلك ؟ فقال : ما قلت من عندي شيئا ؛ إن الله تعالى يقول في سورة “نوح” : {اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّاراً. يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَاراً. مِّدْرَارًا وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَل لَّكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَل لَّكُمْ أَنْهَارًا

Berkata Ibnu Shabih : “Ada seorang laki-laki mengadu kepada al-Hasan al-Bashri tentang kegersangan bumi, maka beliau berkata kepadanya : “’Ber-istighfar-lah kepada Allah.”Kemudian datang orang lain mengadu kepadanya tentang kemiskinan, maka beliau berkata kepadanya : “Ber-istighfar-lah kepada Allah! Dan orang lain berkata kepadanya, ‘Do’akanlah (aku) kepada Allah, agar Ia memberiku anak!, maka beliau mengatakan kepadanya: “Ber-istighfar-lah kepada Allah!. Dan yang lain lagi mengadu kepadanya tentang kekeringan kebunnya, maka beliau mengatakan (pula) kepadanya : “ Ber-istighfar-lah kepada Allah!” Mak kami menanyakan tentang jawaban tersebut kepadanya.  Maka al-Hasan al-Bashri menjawab : “Aku tidak mengatakan hal itu dari diriku sendiri. Tetapi sungguh Allah telah berfirman dalam Surat Nuh. (“Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai- sungai.” (QS: Nuh:  10-12].*/Dr. Ahmad Zain An-Najah, MAPusat Kajian Fiqih Indonesia (PUSKAFI)

HIDAYATULLAH