Meninggal Ketika Menuju Ke Masjid Mendapat Jaminan Surga

Terdapat hadits yang menjelaskan bahwa seseorang yang berwudhu dari rumah, kemudian menuju masjid dan meninggal dalam keadaan tersebut yaitu baik dalam perjalanan ataupun telah sampai di masjid, maka Allah akan memberikan jaminan surga padanya.

 

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda bersabda,

ﺧﺼﻼﺕ ﺳﺖ، ﻣﺎ ﻣﻦ ﻣﺴﻠﻢ ﻳﻤﻮﺕ ﻓﻲ ﻭاﺣﺪﺓ ﻣﻨﻬﻦ , ﺇﻻ ﻛﺎﻥ ﺿﺎﻣﻨﺎ ﻋﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﺃﻥ ﻳﺪﺧﻠﻪ اﻟﺠﻨﺔ….ﻭﺭﺟﻞ ﺗﻮﺿﺄ ﻓﺄﺣﺴﻦ اﻟﻮﺿﻮء , ﺛﻢ ﺧﺮﺝ ﺇﻟﻰ ﻣﺴﺠﺪ ﻟﺼﻼة، ﻓﺈﻥ ﻣﺎﺕ ﻓﻲ ﻭﺟﻬﻪ , ﻛﺎﻥ ﺿﺎﻣﻨﺎ ﻋﻠﻰ اﻟﻠﻪ

“Enam keadaan yang mana jika seseorang meninggal pada salah satu keadaan tersebut, maka Allah Ta’ala menjamin untuk memasukkannya dalam surga,…dan diantara keadaan tersebut adalah seseorang berwudhu dengan baik sesuai sunnah kemudian keluar masjid untuk shalat dan jika dia meninggal pada keadaan tersebut maka dia mendapatkan jaminan dari Allah Ta’ala.” [HR. Thabrani, Ash-Shahihah no.3384]

Abu Hasan Ali Al-Mawardi menjelaskan bahwa ini untuk semua jenis shalat, baik yang wajib maupun sunnah dan di masjid manapun. Beliau berkata,

(ثم خرج إلى المسجد لصلاة) ؛ أي: إلى أية صلاة كانت في أي مسجد كان؛ (فإن مات في وجهه) ؛ أي: في حال خروجه لذلك؛ (كان ضامنا على الله) ؛ كرره للتأكيد أيضا

“Keluar menuju masjid untuk shalat yaitu untuk shalat apapun dan di masjid manapun. Meninggal pada arah tersebut maksudnya yaitu pada keadaan dia keluar (kemudian meninggal). Allah menjamin yaitu kata ini diulang kembali untuk penekanan lafadz.” [Faidhul qadir hal 41.]

 

Ini merupakan jaminan Allah kepada orang yang cinta kepada masjid. Dalam hadits lain disebutkan bahwa orang yang hatinya selalu terpaut dengan masjid untuk shalat dan melakukan aktivitas lainnya akan mendapat naungan Allah di hari kiamat.

Rasulullahu shalllahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِيْ ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ: اَلْإِمَامُ الْعَادِلُ، وَشَابٌّ نَشَأَ بِعِبَادَةِ اللهِ ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْـمَسَاجِدِ ، وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللهِ اِجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ ، وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ ، فَقَالَ : إِنِّيْ أَخَافُ اللهَ ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tujuh golongan yang dinaungi Allah dalam naungan-Nya pada hari dimana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya: (1) Imam yang adil, (2) seorang pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allah, (3) seorang yang hatinya bergantung ke masjid, (4) dua orang yang saling mencintai di jalan Allâh, keduanya berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya, (5) seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik, lalu ia berkata, ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allah.’ Dan (6) seseorang yang bershadaqah dengan satu shadaqah lalu ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfaqkan tangan kanannya, serta (7) seseorang yang berdzikir kepada Allah dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air matanya.”[HR. Bukhari & Muslim]

 

Memakmurkan masjid adalah tanda keimanan seseorang. Allah berfirman,

إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا اللَّهَ ۖ

“Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain Allah.” [At-Taubah/9:18]

Orang yang datang ke masjid untuk shalat dan menyempurnakan wudhunya, ia akan mendapatkan keutamaan yang besar yaitu diampuni dosanya setiap langkah dan dinaikkan derajatnya. Ketika shalat berjamaah, maka malaikat akan medoakan rahmat kepadanya.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

صَلَاةُ الرَّجُلِ فِـي الْـجَمَاعَةِ تُضَعَّفُ عَلَىٰ صَلَاتِهِ فِـيْ بَيْتِهِ ، وَفِـيْ سُوْقِهِ ، خَمْسًا وَعِشْرِيْنَ ضِعْفًا ، وَذٰلِكَ أَنَّهُ إِذَا تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوْءَ ، ثُمَّ خَرَجَ إِلَى الْمَسْجِدِ لَا يُخْرِجُهُ إِلَّا الصَّلَاةُ ، لَمْ يَخْطُ خَطْوَةً إِلَّا رُفِعَتْ لَهُ بِهَا دَرَجَةٌ وَحُطَّ عَنْهُ بِهَا خَطِيْئَةٌ ، فَإِذَا صَلَّىٰ لَمْ تَزَلِ الْمَلَائِكَةُ تُصَلِّـيْ عَلَيْهِ مَا دَامَ فِـيْ مُصَلَّاهُ: اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ ، اَللّٰهُمَّ ارْحَمْهُ ، وَلَا يَزَالُ أَحَدُكُمْ فِـيْ صَلَاةٍ مَا انْتَظَرَ الصَّلَاةَ

Shalat seorang laki-laki dengan berjama’ah akan dilipat-gandakan 25 (dua puluh lima) kali lipat daripada shalat yang dilakukan di rumah dan di pasarnya. Yang demikian itu, apabila seseorang berwudhu’, lalu ia menyempurnakan wudhu’nya, kemudian keluar menuju ke masjid, tidak ada yang mendorongnya untuk keluar menuju masjid kecuali untuk melakukan shalat. Tidaklah ia melangkahkan kakinya, kecuali dengan satu langkah itu derajatnya diangkat, dan dengan langkah itu dihapuskan kesalahannya. Apabila ia shalat dengan berjama’ah, maka Malaikat akan senantiasa bershalawat (berdoa) atasnya, selama ia tetap di tempat shalatnya (dan belum batal). Malaikat akan bershalawat untuknya, ‘Ya Allah! Berikanlah shalawat kepadanya. Ya Allah, berikanlah rahmat kepadanya.’ Salah seorang di antara kalian tetap dalam keadaan shalat (mendapatkan pahala shalat) selama ia menunggu datangnya waktu shalat.” [HR. Bukhari & Muslim]

Baca selengkapnya https://muslim.or.id/45725-meninggal-ketika-menuju-ke-masjid-mendapat-jaminan-surga.html

Kisah-kisah Khusnul Khotimah

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,

[1] Wudhu Terakhir

Dari Ummu Hisyam at-Thaiyah

رأيت عبد الله بن بسر يتوضأ، فبينما هو يتوضأ خرجت نفسه

Aku melihat Abdullah bin Busr berwudhu. Di tengah beliau wudhu, ruhnya keluar (meninggal). (Tarikh Abu Zur’ah ad-Dimasyqi, 1/255)

[2] Meninggal ketika membaca al-Quran

Ketika Misrah bin Muslim mendekati kematian, beliau mulai membuka al-Quran, dan tepat di surat Thaha. Hingga ketika sampai di firman Allah,

وَعَجِلْتُ إِلَيْكَ رَبِّ لِتَرْضَى

“Aku bersegera kepada-Mu. Ya Tuhanku, agar supaya Engkau ridha (kepadaku).”

Lalu beliau meninggal dunia. (Tartib al-Madarik, al-Qadhi Iyadh, 6/217)

[3] Dari Abul Husain bin Fadhl al-Qatthan, beliau bercerita,

Saya menemui Abu Bakr an-Naqqasy – ketika itu bertepatan hari selasa tanggal 3 Syawal tahun 351 H. Abu Bakr sangat memperhatikan untuk beramal baik. Beliau bergumam sesuatu, saya tidak tahu apa yang beliau baca. Tiba-tiba beliau membaca ayat ini dengan keras,

لِمِثْلِ هَذَا فَلْيَعْمَلِ الْعَامِلُونَ

“Yang kemenangan seperti inilah seharusnya dijadikan tujuan orang-orang yang beramal.” (QS. as-Shaffat: 61)

Beliau baca sebanyak 3 kali, lalu beliau meninggal.. (Tarikh Baghdad, al-Khatib al-Baghdadi, 2/607).

[4] Dari Abu Bakr bin Ziyad

Saya ikut menyaksikan proses kematian Ibrahim bin Hani’. Ketika itu beliau puasa, lalu berkata kepada anaknya,

“Aku haus sekali.”

Datanglah putranya dengan membawa air.

Lalu Ibrahim bertanya, “Apakah matahari sudah tenggelam?”

“Belum.” Jawab anaknya.

Beliaupun menolak untuk minum air itu. Lalu beliau membaca,

لِمِثْلِ هَذَا فَلْيَعْمَلِ الْعَامِلُونَ

“Yang kemenangan seperti inilah seharusnya dijadikan tujuan orang-orang yang beramal.” (QS. as-Shaffat: 61)

Kemudian beliau meninggal.. rahimahullah..

(Tarikh Baghdad, al-Khatib al-Baghdadi, 7/163).

[5] Dikisahkan bahwa Abdullah bin Ibrahim al-Khabari meninggal ketika menulis mushaf.

Beliau sedang duduk menulis mushaf. Lalu beliau letakkan pena dari tangannya, dan bersandar. Lalu beliau mengatakan,

واللّه هذا موت طيّب هيّن

“Demi Allah, ini kematian yang baik, mudah..”

Lalu beliau meninggal. (Thabaqat as-Syafi’iyah, al-Husaini, hlm. 173).

[6] Kisah wafatnya Ismail an-Naisaburi

Menjelang wafat, ibunya bertanya kepadanya.

‘Apa yang terjadi denganmu?’

Ismail tidak bisa bicara. Lalu beliau tuliskan di tangan ibunya,

رَوْحٌ وَرَيْحَانٌ وَجَنَّتُ نَعِيمٍ

“Ketenteraman dan rezeki serta jannah kenikmatan..”

Kemudian beliau meninggal. (Siyar A’lam an-Nubala’, 20/161).

[7] Wafatnya Abu Zur’ah ar-Razi – ulama ahli hadis –

Abu Ja’far, Muhammad bin Ali bercerita,

Kami hadir ketika peristiwa wafatnya Abu Zur’ah. Ketika beliau sakit parah, ada banyak ahli hadis yang menjenguk. Ada Abu Hatim, Ibnu Warah, al-Mundzir bin Syadzan, dan para ulama hadis lainnya.

Merekapun saling mengingatkan untuk mentalqin Abu Zur’ah. Namun mereka semua segan dengan Abu Zur’ah.

“Coba kita bacakan hadis.” Usulan salah satu diantara mereka.

Ibnu Warah, “Telah menceritakan kepada kami Abu Ashim, bahwa Abdul Hamid bin Ja’far telah menceritakan kepada kami…”

Abu Hatim, “Telah menceritakan kepada kami Imam Bundar, bahwa telah menceritakan kepada kami Abu Ashim, bahwa Abdul Hamid bin Ja’far telah menceritakan kepada kami…”

Sementara yang lain terdiam.

Tiba-tiba Abu Zur’ah membuka matanya dalam kondisi mendekati kematian, sambil menyebut hadis,

حدثنا بندار، حدثنا أبو عاصم، حدثنا عبد الحميد، عن صالح بن أبي عريب، عن كثير بن مرة، عن معاذ بن جبل، قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم (من كان آخر كلامه: لا إله إلا الله، دخل الجنة)

“Telah menceritakan kepada kami Imam Bundar, bahwa telah menceritakan kepada kami Abu Ashim, bahwa Abdul Hamid telah menceritakan kepada kami, dari Soleh bin Abi Arib, dari Katsir bin Murrah, dari Muadz bin Jabal, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Siapa yang kalimat terakhirnya, ‘Laa ilaaha illallah’ maka dia akan masuk surga.”

Lalu beliau meninggal. Rahimahullah…

Kematian itu pasti dan hanya sekali…

Ya Rab.. jadikan kematian kami adalah kematian yang baik.. anugerahkanlah untuk kami husnul khatimah..

Amiin…

Dinukil dari WA grup Syaikh al-Walid Saifun Nashr dan diterjemahkan secara bebas oleh Ustadz Ammi Nur Baits

Read more https://konsultasisyariah.com/31896-kisah-kisah-khusnul-khotimah.html

Demi Bela Quran, Umat Islam Rindukan Syahid seperti Almarhum Syahrie

Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI) Ustad Bachtiar Nasir (UBN) mengaku bangga Allah telah memili (alm) Syahrie Oemar Yunan yang syahid (insyaAllah) karena membela Al-Quran.

“Kemarin betul-betul suci, yang dipilih Allah untuk mendapatkan sertifikasi syahadah, adalah Pak Syahcri itu. Ngiri saya,” ungkapnya pada Malam Peringatan dan Doa untuk syuhada #Aksi411 di Masjid Al Furqon Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), Jl. Kramat Raya 45, Jakarta, Jum’at malam (11/11).

Ustadz Bachtiar melanjutkan dengan bertanya, “Banyak yang pengen mati (syahid) betul?”  Serempak hadirin menjawab “betul!”

Namun demikian, Ustadz Bachtiar mengingatkan, bahwa mati syahid adalah milik orang-orang yang menjaga shalat dengan berjama’ah, dan menjadikan hidup dan matinya hanya untuk Allah.

Karenanya, dia berwasiat kepada siapa saja yang menginginkan mati syahid, untuk melakukan hal tersebut dalam hidupnya.

“Tapi itu hanya akan didapati oleh orang-orang yang tegak solatnya. Tegak solat jama’ahnya, selain sabar, hidupnya: inna sholati wa nusuki wa mahyaya wa mamati lillahi rabbil ‘alamin,” paparnya dalam acara yang diselenggarakan Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI) dan Keluarga Besar Persatuan Pelajar Indonesia (KB PII).

Acara diadakan sebagai ajang berdo’a bersama atas wafatnya Asy-syahid (kama nahsabuhu, red) Syahrie Oemar Yunan dan ratusan korban luka-luka, akibat serangan aparat saat melakukan #AksiBelaQuran 411 di depan istana negara silam.*/Nizar Malisy

 

HIDAYATULLAH

Ingin Khusnul Khotimah, Ikatlah Diri Dengan Zikir Pagi, dan Sore hari

Oleh : DR. Muhammad Widus Sempo, MA

Ingin husnul khatimah? Hidupkan setiap hari zikir pagi dan sore hari. Yang demikian itu bertujuan membentengi diri dari hal-hal yang tidak diinginkan. Di samping itu, yang bezikir pagi dan sore hari, jiwanya senantiasa dalam lingkaran berkah ruh zikir tersebut. Dengan berkahnya, Allah akan memudahkan segala urusannya, menyelamatkannya dari fitnah dan bahaya dan jika ajal menghampirinya, ia masih dalam ruang lingkup ruh zikir, sehingga ia kembali ke rahmat Allah dalam keadaan berzikir.

Yang menemui Allah di akhir hayatnya dalam keadaan berzikir akan selamat dari siksaan Allah. Yang demikian itu karena Allah tidak akan mengazab hamba-Nya dalam keadaan hatinya dipenuhi zikrullah (ingatan Allah) atau bacaan Alqur’an seperti yang diriwayatkan Musannaf Imam Ibn Abi Syaebah dan Sunan Imam at-Darimi.

Yang kembali ke rahmat Allah dalam keadaan berzikir dipuji ayat Alqur’an yang menyanjung orang-orang yang senantiasa mengingat Allah di setiap waktu; berdiri, duduk, berbaring, sebelum tidur dan sesudahnya.

Yang berzikir dipercepat hizab amalnya di hari kiamat seperti yang ditemukan Wahab bin Munabbih di kitab Zabur. Amal yang dipercepat hizabnya indikasi kuat dari keselamatan pemilik amal itu sendiri. Jika Anda bertanya: “kenapa orang yang berzikir punya keistimewaan seperti ini?” Jawabku: “zikir itu terhitung ibadah yang enteng dilakukan. Olehnya itu, banyak orang yang lalai bahkan meremehkannya. Karena dia ringan dilakukan, ia pun berpeluang besar selamat dari puji diri. Bukankah yang biasanya dicampuri riya’ ibadah-ibadah besar yang kadang sulit dilaksanakan seperti: shalat, zakat dan haji. Zikir punya keistimewaan dan pahala yang besar. Yang demikian itu karena tidak ada yang mengetahui isi hati orang yang berzikir kecuali orang itu sendiri. Boleh jadi orang yang berzikir dikira lagi menghayal, mengingau, berpikir atau sedang menghitung laba dan rugi pekerjaannya, padahal, hatinya ternyata lagi terjalin dengan pemilik Arsy yang Maha Agung dalam sebuah komunikasi zikir. Sementara itu, semakin tersembunyi sebuah ibadah, semakin tinggi pahalanya. Puasa salah satu contohnya punya pahala yang besar karena yang tahu benar atau bohongnya orang yang mengaku berpuasa hanyalah Allah Semata. Demikian juga dengan zikir, hanya Allah yang tahu.”

Yang berzikir senantiasa menghadirkan Allah SWT dalam hatinya, meski itu hanya sebatas perasaan. Yang berzikir merasa dekat dengan-Nya, meski itu hanya sebatas makna. Tentunya, yang dekat dengan Allah akan selamat jika ditakdirkan berpulang ke rahmat Allah SWT dalam keadaan seperti ini.

Wahai para pedamba husnul khatimah, pagari dirimu dengan zikir pagi dan sore hari sehingga kalian senantiasa dalam ruang lingkup berkah zikir tersebut. Wahai yang menginginkan husnul khatimah, bentengi dirimu dengan doa sebelum dan sesudah tidur sehingga engkau tetap dalam cakupan berkah doa tersebut. Dan jika Anda sekalian ditakdirkan kembali ke rahmat Allah SWT dalam keadaan seperti ini, insyaallah Anda sekalian berpeluang menutup lembaran hidup dengan tetes akhir tinta husnul khatimah yang mengharukan.

Berikut ini contoh zikir pagi dan sore hari seperti yang diriwayatkan hadits-hadits Rasulullah Saw.

Di waktu pagi membaca:

“kami telah menghirup udara pagi dan kekuasaan pun di tangan Allah sehingga segala puji bagi-Nya. Tidak ada tuhan selain Allah yang tidak memiliki sekutu. Bagi-Nya kekuasaan dan pujian. Dia Maha Mampu untuk melakukan sesuatu terhadap segala sesuatu. Ya Allah, aku memohon kebaikan hari ini dan apa yang ada setelahnya dan meminta perlindungan dengan-Mu dari kejahatan apa pun yang ada di hari ini dan kejahatan apa yang datang setelahnya. Ya Allah, saya meminta perlindungan dengan-Mu dari kemalasan dan keburukan masa tua. Ya Allah, saya meminta perlindungan dengan-Mu dari azab neraka dan azab kubur.”  (Hadits riwayat Abdulllah bin Mas’ud di Shahih Imam Muslim)

(أَصْبَحْنَا وَأَصْبَحَ الْمُلْكُ لِلَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ، رَبِّ أَسْأَلُكَ خَيْرَ مَا فِيْ هَذَا الْيَوْمِ وَخَيْرَ مَا بَعْدَهُ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا فِيْ هَذَا الْيَوْمِ وَشَرِّ مَا بَعْدَهُ، رَبِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْكَسَلِ وَسُوْءِ الْكِبَرِ، رَبِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابٍ فِي النَّارِ وَعَذَابٍ فِي الْقَبْرِ).

Di waktu sore hari membaca:

““kami telah menghirup udara sore dan kekuasaan pun di tangan Allah sehingga segala puji bagi-Nya. Tidak ada tuhan selain Allah yang tidak memiliki sekutu. Bagi-Nya kekuasaan dan pujian. Dia Maha Mampu untuk melakukan sesuatu terhadap segala sesuatu. Ya Allah, aku memohon kebaikan malam ini dan apa yang ada setelahnya dan meminta perlindungan dengan-Mu dari kejahatan apa pun yang ada di malam ini dan kejahatan apa yang datang setelahnya. Ya Allah, saya meminta perlindungan dengan-Mu dari kemalasan dan keburukan masa tua. Ya Allah, saya meminta perlindungan dengan-Mu dari azab neraka dan azab kubur.”  (hadits riwayat Abdulllah bin Mas’ud di Sunan Imam at-Tirmidsi)

(أَمْسَيْنَا وَأَمْسَى الْمُلْكُ لِلَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ، رَبِّ أَسْأَلُكَ خَيْرَ مَا فِيْ هَذِهِ الللَّيْلَةِ وَخَيْرَ مَا بَعْدَهَا، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا فِيْ هَذِهِ الللَّيْلَةِ وَشَرِّ مَا بَعْدَهَا، رَبِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْكَسَلِ وَسُوْءِ الْكِبَرِ، رَبِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابٍ فِي النَّارِ وَعَذَابٍ فِي الْقَبْرِ).

Di samping itu, Rasulullah Saw menghadiahkan para pedamba husnul khatimah raja istighfar dilihat dari kelebihannya. Zikir ini dapat dibaca kapan pun seperti berikut:

“Raja istighfar itu dengan membaca: Ya Allah, Engkau adalah Tuhanku, tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau. Engkau telah menciptakanku dan aku adalah hamba-Mu. Aku menetapi perjanjian-Mu dan janji-Mu sesuai dengan kemampuanku. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan perbuatanku, aku mengakui dosaku kepada-Mu dan aku akui nikmat-Mu kepadaku, maka ampunilah aku. Sebab tidak ada yang dapat mengampuni dosa selain-Mu.”

Beliau bersabda: “Jika ia mengucapkan di waktu siang dengan penuh keyakinan lalu meninggal pada hari itu sebelum waktu sore, maka ia termasuk penghuni surga. Dan jika ia membacanya di waktu malam dengan penuh keyakinan lalu meninggal sebelum masuk waktu pagi, maka ia termasuk penghuni surga.” (Hadits riwayat Syaddad bin Aws di Shahih Imam Bukhari)

(سَيِّدُ الِاسْتِغْفَارِ أَنْ تَقُولَ اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوءُ لَكَ بِذَنْبِي، فَاغْفِرْ لِي فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ).

(قَالَ: وَمَنْ قَالَهَا مِنْ النَّهَارِ مُوقِنًا بِهَا فَمَاتَ مِنْ يَوْمِهِ قَبْلَ أَنْ يُمْسِيَ فَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ، وَمَنْ قَالَهَا مِنْ اللَّيْلِ وَهُوَ مُوقِنٌ بِهَا فَمَاتَ قَبْلَ أَنْ يُصْبِحَ فَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ).

Di penghujung tulisan ini saya mengajak para pedamba husnul khatimah untuk memanjatkan doa berikut ini:

“Ya Allah, takdirkanlah kami kembali ke rahmat-Mu dalam keadaan diliputi ruh zikir pagi dan sore hari. Ya Allah, takdirkanlah kami dari penghuni surgamu yang menghidupkan raja zikir yang punya kelebihan seperti yang diberitakan Rasulullah Saw sehingga kami tetap dalam ruang lingkup berkah zikir ini meski ajal telah datang menjemput. Ya Allah, takdirkanlah kami sebagai ahli zikir yang selamat di hari hizab, hari yang memperlihatkan semua amal manusia. Ya Allah, takdirkanlah kami sebagai ahli zikir yang disanjung Alqur’an karena mengisi waktu dengan zikrullah. Amin ya rabbal alamin.”

 

sumber: Era Muslim