Lorraine, Mualaf Irlandia yang Perjuangkan Nasib Muslimah

Lorraine O’Connor jatuh cinta dengan seorang pria Muslim dari Libya ketika berusia 20 tahun. Dari pernikahan inilah, Lorraine peroleh hidayah dan memutuskan untuk menjadi Muslim pada usia 30 tahun. 

“Pada awal 80-an, banyak pria Timur Tengah datang untuk belajar dan saya bertemu dengannya saat itu. Saya sendiri berasal dari keluarga besar dan sama sekali tidak ada orang asing dalam keluarga. Butuh waktu lama bagi keluarga saya untuk menerimanya, tetapi pada akhirnya mereka menerimanya,” kata dia dilansir dari laman RSVP Live, Selasa (8/6).

Sebelum mereka menikah, pria itu mengatakan kepadanya bahwa anak-anak mereka harus beragama Islam. Saat itu O’Connor beragama Katolik dan sangat kuat dalam agamanya. Pada akhirnya, cinta mengalahkan segalanya dan mereka pun menikah. Ia mengakui, Islam baginya kala itu terkesan cukup negatif sebelum belajar lebih banyak tentangnya.

“Ada banyak hal di media, dunia Arab digambarkan sebagai tempat di mana ada pembunuhan, perang dan terorisme, hal-hal mengerikan terjadi. Anda akan mengasosiasikan Islam dengan tindakan orang-orang itu. Saya mendapat kesan bahwa laki-laki benar-benar mendominasi dan perempuan tidak memiliki suara,” jelasnya.

Namun, pikiran O’Connor tentang Islam tidak berhenti di situ. Dia ingin tahu lebih banyak soal Islam karena kesan Islam yang bermunculan tidak masuk akal menurutnya. “Pria yang saya cintai dan latar belakang keluarganya dan hubungan yang dia miliki dengan keluarganya, mereka tampak seperti orang-orang yang menyenangkan,” ujarnya.

O’Connor memutuskan untuk pergi ke Masjid di South Circular Road dan bergabung dengan kelompok belajar Alquran. Di sana dia bertemu banyak wanita luar biasa, termasuk beberapa Muslim Irlandia. “Ada banyak gadis Irlandia di sana, dan gegap gempitanya,” kata dia mengenang.

“Anak-anak dan tawa… Itu adalah lingkungan yang indah. Saya pikir saya tidak akan diterima dan tidak ingin berhubungan dengan saya. Tetapi mereka sangat baik. Suatu kali saya sakit dan mereka memasak untuk saya,” ucapnya.

O’Connor tidak hanya terpesona oleh kebaikan para wanita di Masjid, tetapi juga terkesan dengan apa yang dia pelajari tentang Islam. “Apa yang saya pikirkan adalah kebalikan dari apa yang saya ketahui. Saya tidak tahu mereka percaya pada Maria, mereka percaya Yesus lahir dari seorang perawan, semua hal ini saya percaya juga.”

Akhirnya pada tahun 2005, O’Connor memutuskan untuk masuk Islam. “Saya ingat suatu hari duduk dan ada Alquran di rumah dan saya membukanya. Saya memiliki hubungan yang indah dengan Yesus dan saya membaca sebuah bagian dalam Alquran dan saya mengerti saat itu, dan saya sadar saya tidak berada dalam agama yang benar.”

Dia mulai mengenakan jilbab, dan terkejut dengan tanggapan negatif yang dia terima dan merasa asing di negaranya sendiri. “Saya menjadi imigran di negara saya sendiri. Identitas saya diambil dari saya, padahal yang saya lakukan hanyalah mengubah keyakinan saya, saya masih orang yang sama,” katanya.

Orang-orang akan meneriaki saya di jalan, “Kembalilah ke tempat asalmu!” Meski awalnya khawatir tentang jilbab, dia mulai sepenuhnya menghargainya. “Saya selalu mengatakan, ‘Kamu tidak akan pernah menangkap saya dengan jilbab itu’,” ujarnya.

“Orang-orang melihat jilbab sebagai bentuk penindasan tetapi itu adalah bentuk pembebasan. Ini tentang pilihan pribadi. Saya akan memakainya jika saya mau dan tidak ada yang akan menghentikan saya. Mengenakan jilbab adalah tindakan yang indah antara seorang wanita dan penciptanya,” ungkapnya.

Kemudian O’Connor memutuskan untuk melakukan sesuatu untuk mematahkan stereotip seputar Islam dan wanita Muslim. Dia ingin membantu wanita Muslim menemukan suara mereka. Ia pun mendirikan Muslim Sisters of Eire, yang melakukan banyak pekerjaan amal serta memberikan dukungan kepada wanita Muslim dan mendorong integrasi.

“Kami dapat berkontribusi sangat banyak kepada masyarakat Irlandia yang lebih luas. Kita seharusnya tidak tinggal di dalam komunitas atau kelompok etnis kita sendiri. Ini mematahkan stereotip dan kesalahpahaman bahwa perempuan tidak diizinkan keluar dan tidak diizinkan bekerja. Kami memiliki wanita Muslim yang luar biasa yang sangat berpendidikan,”katanya.

IHRAM