Mengisi Hari Libur Puasa Dawud dengan Puasa Senin Kamis?

Bismillahirrahmanirrahim….

Puasa Dawud adalah puasa sunnah yang paling utama. Dasarnya adalah cakupan makna umum dari hadis sahabat ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya,

صُم من الشَّهر ثلاثةَ أيام

“Puasalah tiga hari dalam sebulan!”

Aku sungguh mampu melakukan puasa lebih banyak dari itu, wahai Nabi.” Kata ‘Abdullah bin ‘Amr.

Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan,

صُم يومًا وأفطِر يومًا؛ فذلك صيام داودَ، وهو أفضل الصيام

Puasalah sehari, berbukalah sehari! Itu adalah puasa Dawud. Dan itu adalah puasa yang paling utama.”

‘Abdullah bin ‘Amr kembali menanggapi, “Aku mampu lebih dari itu, wahai Rasulullah.”

لا أفضلَ من ذلك

“Tidak ada puasa (sunnah) yang lebih utama dari itu. Jawab Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam.

Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah menerangkan,

قوله: ( وَأَحَبُّ الصِّيَامِ إِلَى اللَّهِ صِيَامُ دَاوُدَ ) يقتضي ثبوت الأفضلية مطلقا، ورواه الترمذي من وجه آخر عن أبي العباس عن عبد الله بن عمرو بلفظ: ( أفضل الصيام صيام داود )، وكذلك رواه مسلم من طريق أبي عياض عن عبد الله، ومقتضاه أن تكون الزيادة على ذلك من الصوم مفضولة

Hadis Nabi (yang berbunyi), “Puasa (sunnah) yang paling dicintai Allah adalah puasa Dawud” menunjukkan bahwa puasa Dawud adalah puasa (sunnah) yang paling utama secara mutlak. Pada riwayat yang lain, yaitu riwayat Tirmidzi, dari Abul ‘Abbas dari ‘Abdullah bin ‘Amr dengan lafadz, “Puasa yang paling utama adalah puasa Dawud.” Keterangan yang sama juga ada dalam hadis riwayat Muslim dari jalur Abu ‘Iyadh dari ‘Abdullah. Ini menunjukkan bahwa puasa tambahan dari rutinitas puasa Dawud, statusnya sebagai puasa yang mafdhul (kurang utama).” (Fathul Bari, 4: 220-221)

Saat sedang berada di hari libur puasa dalam siklus puasa Dawud, bertepatan dengan hari Senin dan Kamis. Apakah dianjurkan juga untuk puasa Senin Kamis?

Berdasarkan dalil tentang keutamaan puasa Dawud di atas dan keterangan para ulama tentang masalah menggabungkan puasa Dawud dengan puasa-puasa sunnah lainnya, dapat dibagi menjadi dua rincian berikut ini:

Pertama, menambah puasa sunnah yang dapat mengubah ciri khas (tatanan) puasa Dawud secara terus-menerus. Seperti menambah puasa Dawud dengan puasa Senin dan Kamis atau puasa Ayyamul Bidh.

Maka puasa Dawud sudah mencukupi, tidak perlu lagi menambah dengan puasa sunnah Senin Kamis atau Ayyamul Bidh. Karena kalau ditambah dengan puasa itu, tatanan puasa Dawud yang sehari puasa sehari tidak, menjadi hilang.

Dasarnya adalah keumuman sabda Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam tentang puasa Dawud,

لاَ أَفْضَلَ مِنْ ذَلِكَ

“Tidak ada puasa sunnah yang lebih utama dari puasa Dawud.”

Hadis ini merupakan dalil bahwa puasa Dawud secara mutlak adalah puasa sunnah yang paling utama. Sehingga semua puasa sunnah selain puasa Dawud saat disandingkan dengan puasa Dawud statusnya menjadi puasa yang mafdhul (kurang utama). Mafdhul adalah lawan kata dari afdhol. Afdhol itu ungkapan hiperbola yang artinya adalah paling utama. Sehingga mafdhul adalah kebalikannya yaitu, kurang utama. Sementara semua memaklumi bahwa sesuatu yang derajatnya mafdhul tidak boleh ‘merusak’ isi (ciri khas) dari sesuatu yang afdhol.

Kedua, menambah puasa sunnah yang dapat mengubah ciri khas/tatanan puasa Dawud secara terus-menerus seperti menyisipkan puasa Asyura dan puasa Arafah.

Maka hukumnya boleh.

Hal ini karena tidak mengubah tatanan puasa Dawud secara terus-menerus. Karena puasa seperti itu sangat jarang dalam satu tahun. Sesuatu yang jarang, tidak dinilai keberadaannya, sebagaimana diterangkan dalam kaidah fikih,

النادر لا حكم له

Suatu yang jarang, tidak memiliki hukum.” (Islamqa.info)

Demikian, semoga dapat mencerahkan.

Wallahu a’lam bis showab.

***

Penulis: Ahmad Anshori, Lc.

Sumber: https://muslim.or.id/68299-mengisi-hari-libur-puasa-dawud-dengan-puasa-senin-kamis.html