Jangan Menyembah Allah Sebatas Keperluan Duniawi

SUATU hari ada orang yang menguburkan sejumlah harta berharganya di suatu tempat. Jaman itu, cara inilah yang paling lazim dan aman dilakukan. Mau dititipkan mana makhluk yang bernama manusia, ternyata sangatlah sulit yang amanah. Mau disimpan di lemari, semua maling menduga lemari sebagai tempat menyimpan barang berharga. Dipendamlah hartanya di suatu tempat.

Seiring berjalannya waktu, orang itu terlupa tempat penyimpananya. Saat dibutuhkan, betapa pusing kepalanya mengingat tempat penyimpanan hartanya itu. Lalu, datanglah dia kepada Imam Abu Hanifah, seorang alim, faqih dan wara’ untuk memohon petunjukknya di mana tempat barang itu disimpan. Sang Imam menjawab: “Itu bukan masalah fikih (hukum Islam), namun cobalah engkau shalat malam saja, semoga segera ketemu.”

Tengah malam, shalat malamlah lelaki itu. Tak lama shalat, dalam shalatnya dia ingat tempat penyimpanan barang itu. Setelah salam, digalilah tempat itu, dan benar diketemukannya. Dia bahagia sekali. Ternyata shalat malam jadi solusi.

Pagi-pagi datanglah dia kepada Imam Abu Hanifah menceritakan peristiwa semalam dengan bangga bahagianya. Sang imam berkata: “Syetan tak akan membiarkanmu shalat khusyuk, maka diingatkanlah engkau pada masalah di luar shalat. Apakah engkau lanjutkan shalat setelah barang itu ketemu sebagai syukurmu kepada Allah?” Lelaki itu terdiam.

Hikmah kisah: pertama, konsultasikan masalah kepada orang yang tepat, orang yang alim; kedua, jadikan ibadah sebagai solusi; ketiga, semakin giatlah beribadah sebagai tanda syukur atas ditemukannya solusi masalah; keempat, waspadalah pada jebakan syetan.

O ya, yang terakhir juga penting: doakan penulis status ini panjang umur, sehat dan bahagia dalam iman dan Islam agar terus bisa menyapa pembaca dengan tulisan.

Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi 

INILAH MOZAIK