Metode Al-Qur’an dalam Menyampaikan Sesuatu Yang Besar (Bag 2)

Melanjutkan kajian yang kemarin kita bahas, bahwa setiap akan menyampaikan sesuatu yang besar dan akan mendatangkan “kontroversi” maka Al-Qur’an selalu memulainya dengan pendahuluan-pendahuluan.

Contoh kedua yang akan kita kutip adalah kisah kelahiran Nabi Isa as putra Maryam dari Surat Ali Imran. Tentunya kelahiran tanpa ayah akan menjadi kontroversi besar, namun beginilah cara Al-Qur’an menyampaikan pendahuluan-pendahuluannya.

Pertama: Allah Swt ingin menampakkan kepada tentang sebuah kejadian yang luar biasa. Yaitu dipenuhinya mihrab Maryam dengan makanan dan buah-buahan yang bukan di musimnya. Hingga Nabi Zakariya benar-benar heran dan takjub.

كُلَّمَا دَخَلَ عَلَيۡهَا زَكَرِيَّا ٱلۡمِحۡرَابَ وَجَدَ عِندَهَا رِزۡقٗاۖ قَالَ يَٰمَرۡيَمُ أَنَّىٰ لَكِ هَٰذَاۖ قَالَتۡ هُوَ مِنۡ عِندِ ٱللَّهِۖ إِنَّ ٱللَّهَ يَرۡزُقُ مَن يَشَآءُ بِغَيۡرِ حِسَابٍ

“Setiap kali Zakaria masuk menemuinya di mihrab (kamar khusus ibadah), dia dapati makanan di sisinya. Dia berkata, “Wahai Maryam! Dari mana ini engkau peroleh?” Dia (Maryam) menjawab, “Itu dari Allah.” Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa perhitungan.’ (QS.Ali ‘Imran:37)

Kedua: Ketika Nabi Zakariya as melihat makanan di mihrab Maryam dan itu adalah sebuah hal yang luar biasa, maka ia pun menghadap kepada Allah dan memohon agar diberikan keturunan walaupun umurnya sudah sangat tua.

هُنَالِكَ دَعَا زَكَرِيَّا رَبَّهُۥۖ قَالَ رَبِّ هَبۡ لِي مِن لَّدُنكَ ذُرِّيَّةٗ طَيِّبَةًۖ إِنَّكَ سَمِيعُ ٱلدُّعَآءِ

Di sanalah Zakaria berdoa kepada Tuhannya. Dia berkata, “Ya Tuhanku, berilah aku keturunan yang baik dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa.” (QS.Ali ‘Imran:38)

Disinilah Allah Swt ingin menampakkan kekuasaan-Nya bagaimana seorang Zakariya yang tua renta dan istrinya yang mandul bisa diberi keturunan oleh Allah Swt.

فَنَادَتۡهُ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ وَهُوَ قَآئِمٞ يُصَلِّي فِي ٱلۡمِحۡرَابِ أَنَّ ٱللَّهَ يُبَشِّرُكَ بِيَحۡيَىٰ مُصَدِّقَۢا بِكَلِمَةٖ مِّنَ ٱللَّهِ وَسَيِّدٗا وَحَصُورٗا وَنَبِيّٗا مِّنَ ٱلصَّٰلِحِينَ – قَالَ رَبِّ أَنَّىٰ يَكُونُ لِي غُلَٰمٞ وَقَدۡ بَلَغَنِيَ ٱلۡكِبَرُ وَٱمۡرَأَتِي عَاقِرٞۖ قَالَ كَذَٰلِكَ ٱللَّهُ يَفۡعَلُ مَا يَشَآءُ

Kemudian para malaikat memanggilnya, ketika dia berdiri melaksanakan shalat di mihrab, “Allah menyampaikan kabar gembira kepadamu dengan (kelahiran) Yahya, yang membenarkan sebuah kalimat (firman) dari Allah, panutan, berkemampuan menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang nabi di antara orang-orang shalih.”

Dia (Zakaria) berkata, “Ya Tuhanku, bagaimana aku bisa mendapat anak sedang aku sudah sangat tua dan istriku pun mandul?” Dia (Allah) berfirman, “Demikianlah, Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.” (QS. Ali ‘Imran:39-40)

Setelah berbagai muqoddimah dan pendahuluan ini. Dari keajaiban makanan di mihrab Maryam, kemudian Nabi Zakariya as mendapatkan anak di usia renta dan istri yang tadinya mandul, maka kemudian Allah ingin menampakkan Kuasa-Nya yang lebih agung.

Yaitu kelahiran Isa as tanpa seorang ayah. Dan tentunya ini adalah hal yang sangat luar biasa dan tidak mampu dijangkau oleh akal.

إِذۡ قَالَتِ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ يَٰمَرۡيَمُ إِنَّ ٱللَّهَ يُبَشِّرُكِ بِكَلِمَةٖ مِّنۡهُ ٱسۡمُهُ ٱلۡمَسِيحُ عِيسَى ٱبۡنُ مَرۡيَمَ وَجِيهٗا فِي ٱلدُّنۡيَا وَٱلۡأٓخِرَةِ وَمِنَ ٱلۡمُقَرَّبِينَ – وَيُكَلِّمُ ٱلنَّاسَ فِي ٱلۡمَهۡدِ وَكَهۡلٗا وَمِنَ ٱلصَّٰلِحِينَ – قَالَتۡ رَبِّ أَنَّىٰ يَكُونُ لِي وَلَدٞ وَلَمۡ يَمۡسَسۡنِي بَشَرٞۖ قَالَ كَذَٰلِكِ ٱللَّهُ يَخۡلُقُ مَا يَشَآءُۚ إِذَا قَضَىٰٓ أَمۡرٗا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُۥ كُن فَيَكُونُ

(Ingatlah), ketika para malaikat berkata, “Wahai Maryam! Sesungguhnya Allah menyampaikan kabar gembira kepadamu tentang sebuah kalimat (fir-man) dari-Nya (yaitu seorang putra), namanya Al-Masih Isa putra Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat, dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), dan dia berbicara dengan manusia (sewaktu) dalam buaian dan ketika sudah dewasa, dan dia termasuk di antara orang-orang shalih.” Dia (Maryam) berkata, “Ya Tuhanku, bagaimana mungkin aku akan mempunyai anak, padahal tidak ada seorang laki-laki pun yang menyentuhku?” Dia (Allah) berfirman, “Demikianlah Allah menciptakan apa yang Dia kehendaki. Apabila Dia hendak menetapkan sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu. (QS.Ali ‘Imran:45-47)

Maka ayat ini sangat sesuai karena ayat ini menggunakan kata خَلَقَ (menciptakan)

قَالَ كَذَٰلِكِ ٱللَّهُ يَخۡلُقُ مَا يَشَآءُۚ إِذَا قَضَىٰٓ أَمۡرٗا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُۥ كُن فَيَكُونُ

“Demikianlah Allah menciptakan apa yang Dia kehendaki. Apabila Dia hendak menetapkan sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu. (QS.Ali ‘Imran:47)

Sementara dalam kisah penciptaan Nabi Yahya as, Al-Qur’an menggunakan kata يَفعَل

قَالَ كَذَٰلِكَ ٱللَّهُ يَفۡعَلُ مَا يَشَآءُ

Dia (Allah) berfirman, “Demikianlah, Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.” (QS.Ali ‘Imran:40)

Dan mungkin perbedaan pemilihan kata ini juga bisa dipengaruhi oleh perbedaan penciptaan keduanya.

Yahya as diciptakan dengan cara yang alami seperti biasa sementara Isa as diciptakan dengan cara yang tidak biasa. Inilah wujud nyata dari firman-Nya :

إِنَّمَآ أَمۡرُهُۥٓ إِذَآ أَرَادَ شَيۡـًٔا أَن يَقُولَ لَهُۥ كُن فَيَكُونُ

Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu. (QS.Ya-Sin:82)

Semoga bermanfaat.

KHAZANAH ALQURAN

Metode Al-Qur’an dalam Menyampaikan Sesuatu Yang Besar

Kita melihat kebiasaan Al-Qur’an dalam menyampaikan urusan-urusan besar selalu melalui muqoddimah dan persiapan secara bertahap. Tujuannya adalah agar jiwa manusia bisa menerima dan mau menjalankannya. Hal ini juga terkait dengan alasan kenapa Allah disebut (Ar-Rab) yang diambil dari kata Tarbiyah (yakni mendidik). Artinya, Al-Qur’an selalu berusaha membangun dan mengembangkan potensi manusia secara bertahap menuju kesempurnaan.

Contoh dari metode ini adalah :

(1). Kisah Perubahan Kiblat

Perubahan kiblat menjadi perkara yang kontroversial di zaman itu. Tidak mudah bagi kaum muslimin menerima perubahan kiblat secara langsung. Namun lihatlah metode Al-Qur’an dalam menjelaskannya dengan berbagai mukoddimah terlebih dahulu.

Pertama : Al-Qur’an menyebutkan tentang penghapusan ayat :

مَا نَنسَخۡ مِنۡ ءَايَةٍ أَوۡ نُنسِهَا

“Ayat yang Kami batalkan atau Kami hilangkan dari ingatan.”

Kedua : Pasti akan diganti oleh Allah dengan yang lebih baik.

نَأۡتِ بِخَيۡرٖ مِّنۡهَآ أَوۡ مِثۡلِهَآۗ

“Pasti Kami ganti dengan yang lebih baik atau yang sebanding dengannya.” (QS.Al-Baqarah:106)

Ketiga : Bahwa Allah Maha Kuasa dan Maha Mengetahui atas segala sesuatu.

أَلَمۡ تَعۡلَمۡ أَنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٌ

“Tidakkah kamu tahu bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu?” (QS.Al-Baqarah:106)

Maka dengan Kuasa dan Ilmu-Nya, Allah Swt lebih mengetahui bahwa pilihan yang kedua pasti lebih baik dari yang pertama.

Keempat : Peringatan agar jangan menjadi seperti umat Musa as yang selalu memberikan protes kepada Nabi Musa as. Kaum muslimin diperintahkan untuk menerima segala keputusan Rasulullah Saw dengan patuh dan lapang dada.

أَمۡ تُرِيدُونَ أَن تَسۡـَٔلُواْ رَسُولَكُمۡ كَمَا سُئِلَ مُوسَىٰ مِن قَبۡلُۗ

“Ataukah kamu hendak meminta kepada Rasulmu (Muhammad) seperti halnya Musa (pernah) diminta (Bani Israil) dahulu?” (QS.Al-Baqarah:108)

Kelima: Peringatan kepada kaum muslimin agar tidak mendengarkan orang-orang Yahudi dan tidak menuruti syubhat-syubhat mereka. Karena mereka ingin mengembalikan kaum muslimin kepada kekafiran setelah mereka melihat kebenaran secara nyata.

وَدَّ كَثِيرٞ مِّنۡ أَهۡلِ ٱلۡكِتَٰبِ لَوۡ يَرُدُّونَكُم مِّنۢ بَعۡدِ إِيمَٰنِكُمۡ كُفَّارًا حَسَدٗا مِّنۡ عِندِ أَنفُسِهِم مِّنۢ بَعۡدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ ٱلۡحَقُّۖ

“Banyak di antara Ahli Kitab menginginkan sekiranya mereka dapat mengembalikan kamu setelah kamu beriman, menjadi kafir kembali, karena rasa dengki dalam diri mereka, setelah kebenaran jelas bagi mereka.” (QS.Al-Baqarah:109)

Keenam: Memberi kabar bahwa masuk surga tidaklah didapat dengan mengikuti Yahudi atau Nasrani. Namun surga akan didapat dengan menyerahkan diri mutlak kepada Allah dengan cara yang benar dan dibarengi dengan amal dan niat hanya untuk Allah Swt.

وَقَالُواْ لَن يَدۡخُلَ ٱلۡجَنَّةَ إِلَّا مَن كَانَ هُودًا أَوۡ نَصَٰرَىٰۗ تِلۡكَ أَمَانِيُّهُمۡۗ قُلۡ هَاتُواْ بُرۡهَٰنَكُمۡ إِن كُنتُمۡ صَٰدِقِينَ – بَلَىٰۚ مَنۡ أَسۡلَمَ وَجۡهَهُۥ لِلَّهِ وَهُوَ مُحۡسِنٞ فَلَهُۥٓ أَجۡرُهُۥ عِندَ رَبِّهِۦ وَلَا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُونَ

Dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata, “Tidak akan masuk surga kecuali orang Yahudi atau Nasrani.” Itu (hanya) angan-angan mereka. Katakanlah, “Tunjukkan bukti kebenaranmu jika kamu orang yang benar.” Tidak! Barangsiapa menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, dan dia berbuat baik, dia mendapat pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati. (QS.Al-Baqarah:111-112)

Ketujuh: Al-Qur’an mengabarkan tentang keluasan Rahmat-Nya. Maka jangan menganggap kiblat pertama tidak akan sampai ke Allah atau kiblat kedua tidak akan sampai, karena kemanapun kamu menghadap disitu engkau menghadap kepada Allah.

وَلِلَّهِ ٱلۡمَشۡرِقُ وَٱلۡمَغۡرِبُۚ فَأَيۡنَمَا تُوَلُّواْ فَثَمَّ وَجۡهُ ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ وَٰسِعٌ عَلِيمٞ

“Dan milik Allah timur dan barat. Kemanapun kamu menghadap di sanalah wajah Allah. Sungguh, Allah Mahaluas, Maha Mengetahui.” (Qs.Al-Baqarah:115)

Kedelapan: Al-Qur’an menjelaskan tentang kebesaran dan keagungan Baitul Haram dan kemuliaan pengikutnya.

۞وَإِذِ ٱبۡتَلَىٰٓ إِبۡرَٰهِـۧمَ رَبُّهُۥ بِكَلِمَٰتٖ فَأَتَمَّهُنَّۖ قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامٗاۖ قَالَ وَمِن ذُرِّيَّتِيۖ قَالَ لَا يَنَالُ عَهۡدِي ٱلظَّٰلِمِينَ – وَإِذۡ جَعَلۡنَا ٱلۡبَيۡتَ مَثَابَةٗ لِّلنَّاسِ وَأَمۡنٗا وَٱتَّخِذُواْ مِن مَّقَامِ إِبۡرَٰهِـۧمَ مُصَلّٗىۖ وَعَهِدۡنَآ إِلَىٰٓ إِبۡرَٰهِـۧمَ وَإِسۡمَٰعِيلَ أَن طَهِّرَا بَيۡتِيَ لِلطَّآئِفِينَ وَٱلۡعَٰكِفِينَ وَٱلرُّكَّعِ ٱلسُّجُودِ

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat, lalu dia melaksanakannya dengan sempurna. Dia (Allah) berfirman, “Sesungguhnya Aku menjadikan engkau sebagai pemimpin bagi seluruh manusia.” Dia (Ibrahim) berkata, “Dan (juga) dari anak cucuku?” Allah berfirman, “(Benar, tetapi) janji-Ku tidak berlaku bagi orang-orang zhalim.” Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah (Ka’bah) tempat berkumpul dan tempat yang aman bagi manusia. Dan jadikanlah maqam Ibrahim itu tempat shalat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail, “Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang tawaf, orang yang iktikaf, orang yang rukuk dan orang yang sujud!” (QS.Al-Baqarah:124-125)

Kesembilan: Kemudian Al-Qur’an menyebutkan keutamaan umat ini bahwa umat ini adalah umat yang moderat, yang adil dan yang terbaik. Dan Nabinya adalah sebaik-baik Nabi, Kitabnya adalah sebaik-baik.kitab dan agamanya juga sebaik-baik agama. Bahkan kiblatnya pun adalah sebaik-baik kiblat.

Setelah seluruh mukaddimah ini, baru kemudian datanglah perintah untuk perpindahan kiblat menuju masjidil Haram.

قَدۡ نَرَىٰ تَقَلُّبَ وَجۡهِكَ فِي ٱلسَّمَآءِۖ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبۡلَةٗ تَرۡضَىٰهَاۚ فَوَلِّ وَجۡهَكَ شَطۡرَ ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡحَرَامِۚ وَحَيۡثُ مَا كُنتُمۡ فَوَلُّواْ وُجُوهَكُمۡ شَطۡرَهُۥۗ وَإِنَّ ٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡكِتَٰبَ لَيَعۡلَمُونَ أَنَّهُ ٱلۡحَقُّ مِن رَّبِّهِمۡۗ وَمَا ٱللَّهُ بِغَٰفِلٍ عَمَّا يَعۡمَلُونَ

Kami melihat wajahmu (Muhammad) sering menengadah ke langit, maka akan Kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau senangi. Maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidilharam. Dan di mana saja engkau berada, hadapkanlah wajahmu ke arah itu. Dan sesungguhnya orang-orang yang diberi Kitab (Taurat dan Injil) tahu, bahwa (pemindahan kiblat) itu adalah kebenaran dari Tuhan mereka. Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan. (QS.Al-Baqarah:144)

Inilah metode Al-Qur’an saat akan menyampailan sesuatu yang besar, yaitu dengan mukoddimah dan pendahuluan yang tepat. Nantikan bagian kedua esok hari, Insya Allah !

Semoga bermanfaat.

KHAZANAHALQURAN.COM